Sehelai Daun

Kumpulan-puisi-cerpen-dan-sastra-sehelai-daun
Perekah-Kata.blogspot.com


Prolog…

 

Dulu sebelum angin memberikan kesejukan, air hujan hadir lebih awal memberikan ketenangan menemani setiap pertumbuhan daun, menghiasi warna daun dan memberikan kesegaran mengembun dan menyejukkan. Hingga akhirnya musim kenangan itu berakhir berganti menjadi musim gugur yang memberikan kisah baru. Saat musim gugur tiba Sang Angin datang menawarkan kesejukan berhembus membawa kesyahduan.

Sebait kisah yang Kiara tuliskan dalam buku berwarna ungu.

 

Kiara Khanza Sugandi perempuan aneh, penakut yang hidup dengan berbagai imanjisasi, yang setia meluapkan keluh-kesah dan kebahagiaan dalam buku catatan harian. Seperti namanya Kiara yang dalam Bahasa Sunda memiliki arti “Pohon Beringin” rindang namun identic dengan kemistisan, mistis namun mampu memberikan keteduhan, Ada banyak kebiasaan aneh yang tumbuh sejak di bangku putih biru, salah satunya curhat diatas sehelai daun. Kebiasaan yang tak pernah Kiara lewatkan setiap pekannya, menuliskan mimpi harapan dan kesedihan yang Ia rasakan dalam sehelai daun lalu disimpan dalam tabung rahasia atau diterbangkan dengan segala harapan yang ada. Dengan berjalannya waktu kebiasaan aneh ini mulai hilang dan hidup kembali setelah Dia bertemu dengan seseorang yang dia juluki Sang Angin.

 

 

 

 


 

Part 1 Pergi tuk Kembali
        

17.09.17

3 hari sebelum kepergian Kiara dari kampung halamannya, banyak kisah yang Ia buat. Memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sangat baik dan menciptakkan momen mengesankan di detik-detik terakhir. Di sisa waktu yang tinggal menghitung jam, Dia habiskan untuk mengeratkan interaksi bersama keluarga, setiap malam tidur bersama, dan berbincang banyak hal tentang bagaimana nanti setelah dia pergi merantau. Selain mengeratkan hubungan dengan keluarga, ada satu kisah yang berhasil membuat Kiara mengingat kejadian itu tanpa terkecuali. Mr. Ahmad yaa… seseorang yang berhasil masuk dalam catatan harian Kiara. Di akhir sisa malam kedua, ada satu kenangan yang menjadi harapan yang akan terus tumbuh di masa depan. Mr. Ahmad sang hujan yang tumbuh dalam setiap perasaan, ingatan dan harapan Kiara.

Dimalam yang hening Sang Hujan datang seperti biasa sebagai pelanggan setia Rumah Makan milik keluarga Kiara. Waktu itu tidak seperti biasanya karena sudah ada janji diantara Kiara dan Mr. Ahmad, janji untuk memberikan bibit tanaman buah Ball. Bagi Kiara bibit buah ini bukan sekedar bibit biasa namun bibit harapan yang akan terus tumbuh di pekarangan dengan sejuta harapan. Sebagai kenang-kenangan terakhir dari Kiara yang akan segera berjuang diperantauan. Ada dua bibit yang telah Kiara siapkan, bibit yang pertama dengan senang hati Dia berikan kepada Mr. Ahmad dan bibit yang satunya lagi Ia tanam di pekarangan rumah sebagai symbol terus tumbuhnya perasaan. Kejadian ini pun berlangsung tanpa di ketahui keluarga Kiara, namun keesokan harinya ada obrolan yang berhasil membuat harapan dan kebaperan Kiara kian tumbuh dan menjadi-jadi. Disaat Ayah Kiara dan Mr. Ahmad, terlihat seperti pemandangan anak dan ayah itulah yang terlihat di mata Kiara, sedikit menguping ada kata-kata yang menjurus pada bibit yang diam-diam Dia berikan.

***

 

 

 

Selepas shalat magrib berjamaah di Masjid Al-barokah ada seseorang yang harus segera Ahmad temui, seseorang yang tinggal hitungan hari lagi berada di tempat ini. Mungkin ini akan menjadi malam terakhir bagi Ahmad melihat senyuman Kiara, perempuan yang menjadi bayangan kedua dalam benaknya. Starter motor dinyalakan, dengan cepat Ahmad melajukan motor kesayangan dengan harapan semoga tepat berjumpa dengan Kiara. Kemarin siang, Ahmad menanyakan keberangkatan Kiara dari percakapan singkat yang mengahadirkan kesimpulan bahwa yang tersisa tinggal satu hari lagi. Di kesempatan terakhir ini Ahmad bertanya tentang bibit buah ball kepada Kiara, buah unik berwarna merah mirip jambu lilin dengan rasa yang berbeda, dan menjadi buah favorit Ahmad sejak gigitan pertama. Kebetulan pohon buah ball hanya tumbuh di pekarangan saudara Kiara. Dan diluar dugaan Ahmad, ternyata Kiara menawarkan bibit buah ball pada Ahmad, yang langsung Dia iyakan.

Beberapa menit kemudian sampailah lajuan motor Ahmad di Rumah Makan langganannya itu, tempat kedua setelah sekolah yang menjadi tempat bertukar informasi dan interaksi dengan Kiara.

 

            “Assalamualaikum… Indi?” ucap Ahmad dengan senyuman khasnya.

            “Waalaikumsalam…” jawab Kiara

            “Gimana bibit buahnya udah ada” Tanya Ahmad.

            “Iya, ini ada Mr.” jawab Kiara dengan menunjukkan bibit buah ball.

            “ Wah… makasih ya. Semoga bibit pohon ini tumbuh subur dan berbuah.” Ujar Ahmad.

            “ Iya sama-sama Mr.”

            “ Dii, tolong bungkusin nasi sama ayam goreng ya”  pinta Ahmad

“ Baik Mr.” dengan segera Kiara membungkusnya.

“Besok kamu berangkat ke perantauan ya? Semoga diberikan kemudahan dan kesuksesan dalam menggapai mimpi. Dan bisa kembali dengan ilmu yang bermanfaat. Sukses selalu”  ucap Ahmad dengan penuh ketulusan.

“ Iya makasih untuk doanya Mr.” sambung Kiara dengan memberikan pesanan Ahmad.

 

 

Hari terakhir,

Tepat di hari Selasa menjadi hari terakhir bagi Kiara untuk duduk di kursi rumah dan menikmati semilir angin yang menyejukkan. Untuk pertamakalinya Kiara pergi jauh dari orangtua, keluarga, saudara dan sahabat. Pergi merantau untuk menggapai cita meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi, meninggalkan orangtua dan saudara membuatnya berada dalam kesedihan yang mendalam. Setelah empat jam perjlanan, sampailah Kiara dan keluarganya di sebuah bangunan berlantai tiga dengan cover abu, sebuah tempat yang akan menjadi peristirahatan kedua bagi Kiara. Tanpa terasa keheningan malam sudah menyelimuti, dengan seksama Kiara memandang dalam-dalam wajah Ibu, Ayah, adik dan Kakaknya yang ikut mengantar Kiara. Ada kesedihan yang disembunyikan, disaat mereka terlelap dalam mimpi Kiara justru diliputi kesedihan pedihnya sebuah perpisahan kemudian Dia memeluk erat tubuh ibunnya seakan tidak ingin lepas. Untuk malam dan pelukan yang terasa sangat singkat.

Jingga diwaktu senja telah menampakkan sinarnya pertanda perpisahan yang sesungguhnya akan segera menghampiri Kiara, disaat orangtua dan saudaranya harus pergi kembali ke rumah ada isak tangis yang menjadi backsound kesedihan, begitu perpisahan itu tiba setiap orang mendapatknan pelukan hangat Kiara dan pelukan yang paling sulit Ia lepaskan adaalah pelukan ibunya yang sama-sama menangis dalam pelukan, diikuti Ayahnya yang sesekali terlihat menyeka air mata. Dan yang paling klimaks ketika Billa adik bungsunya memeluk dan tak henti-hentinya menangis sampai matanya sembab. Lambaian tangan mereka dari balik jendela mobil dan masih dengan tangisan si bungsu berhasil membuat pertahanan air mata Kiara terus mengalir, dipandanginya bumper mobil hitam sampai hilang ditelan belokan.

 

 

 

Babak baru

Selepas kepergian keluarganya, kini Kiara sendirian dan hanya ditemani rasa sepi. Langkah kecil Kiara berpindah menuju kamar kosan yang menjadi tempat dan teman yang akan menemani episode kehidupannya. Keheningan dan masih dengan keheningan yang menemani kosan putri Barokah dengan latar bagian dalam yang berwarna hijau dan pink, dipenuhi lorong dan dihiasi pajangan lukisan topeng, remang kian menambah kemistisan yang Kiara rasakan. Tinggal sendirian di kamar paling ujung ditemani lukisan yang bergambarkan Nyi Roro Kidul membuat Kiara semakin tak enak hati. Si penakut Kiara terus dihantui keheningan untuk pertamakalinya dia tidur sendirian dengan tema yang mengerikan. Pikirannya terbang kemana-mana, hanya shalat dan mebaca alquran yang dapat membuat rasa takutnya enyah dari permukaan.

Disaat malam tiba, kontak yang bertuliskan My Fisrt Love berdering memanggil membuncahkan lamunan dan ketakutan Kiara.

 

Sejauh apapun kau pergi, senyaman apapun tempat yang kau singgahi pada akhirnya tempat pulang ternyaman adalah Keluarga.

Shd_


 

Part 2
Keputusan

 

Semester pertama,

 

Terjebak dalam keputusan yang telah dia buat dengan melibatkan perasaannya sendiri. Hasil keputusan yang subjektif. Pendidikan Bahasa Inggris menjadi pilihan kedua dan keputusan terakhirnya setelah perjuangan panjang yang berhasil ia lalui, menggugurkan mimpi dan cita yang pernah ia rangkai dan tuliskan dalam catatan harian. Kehidupan kuliah yang nyatanya tidak sesuai khayalan, teman-teman kelas yang menghadirkan kejulitan belum lagi kejadian hilangnya handphone membuat Kiara ingin menyerah dengan setiap keputusan yang telah dia pilih. Rindu dan ingin pulang itu saja yang ada dalam benak Kiara, sesekali dia pun menangis menyesali setiap keputusan yang telah dia buat sendiri.

Dalam tangisan yang kian menjadi-jadi Kiara menuliskan kegalauannya dalam buku catatan harian bersampul biru dongker, warna dark yang menggambarkan terjalnya perjalanan hidup. Sekilas dia membaca ulang rangkaian kata yang pernah Ia tuliskan semasa duduk dibangku putih abu, masa peralihan yang membuat hidupnya kian membaik, masa yang menghadirkan cahaya cinta yang ia rasakan setiap harinya. Ada satu halaman yang membuatnya tersenyum, mengembalikan semangat yang mulai luntur. Halaman yang  bertuliskan inisial “A” , air  hujan yang selalu memberikan kesejukan bagi Kiara. Tulisan tentang bagaimana pada akhirnya dia mengambil keputusan ini, Mr. A yang ikut serta dalam menentukkan keputusan dan memberikan arahan kepada Kiara dalam melangkah meneruskan pendidikan.

 

 

 

 

 

            12-06-17

            Dear diary,

            Hari ini diA kembali menjadi Air yang menyejukkan, terlihat jelas keantusiasannya dalam memberikan arahan. Hari ini juga adalah hari penentuan keputusan dan diA adalah pemberi saran yang aku dengarkan.

-hujan

 

Keesokan harinya,

Setelah dua bulan perkuliahan berjalan, perasaan yang sama masih  Kiara rasakan, hari ini menjadi hari yang bersejarah yang akan sulit untuk dilupakan. Kejulitan teman-teman sekelas yang kian menjadi-jadi, perkubuan yang sangat terasa jelas. Di kelas 1B ini terbagi menjadi beberapa kubu baik laki-laki maupun perempuan. Di kubu pertama ada kubu yang dia juluki kubu ”caper” dimana orang-orang dalam perkubuan ini selalu ingin menjadi yang terdepan dalam segala hal dan itu jelas terlihat sejak saat masa PKKMB. Kubu kedua adalah kubu “santuy” orang-orang di kubu ini slow dan cinta damai, tidak pernah rusuh hanya mengikuti alur yang ada. Kubu ketiga kaum adam yang duduk berjejeran dinamai kubu “julid” sekumpulan mahasiswa laki-laki yang julid terhadap segala hal termasuk julid pada penampilan oranglain. Dan kubu yang Kiara diami adalah kubu “sayur” dimana nama sayur itu hasil plesetan dari kata “sayang”.

 

08.40

Di jam pertama perkuliahan yang terbilang cukup pagi ini, menjadi pusat perburuan bangku bagi para mahasiswa tingkat 1. Ada satu kejadian yang membuat Kiara semakin tidak merasakan kenyamanan. Setelah kumpulan semangat yang mulai kembali hadir dalam hidupnya justru hampir gugur dengan satu kejadian menyesakkan. Tepatnya pagi hari ini, saat dia ingin duduk di bangku depan di benak dia mungkin dengan duduk di bangku depan akan membuat kepercayadirian yang mulai hilang akan kembali, saat Dia duduk dibangku depan ada salah satu member the caper yang mengurungkann niat Kiara dan menyisakan sesak yang mendalam.

 

“Eh… maaf ya jangan duduk disini. Udah di booking Rahma” ujar Fira ketus.

“Oh iya.” Jawab Kiara sembari pindah kebelakang dengan wajah kesal.

 

Kejadian itu benar-benar menjadi kejaadian yang membuatnya semakin tidak betah diam di kelas 1B untung saja ada sahabat-sahabat baru yang selalu memberikan senyuman dan tempat yang luas bagi Kiara.

 


 

Part 3
Komunitas Hijrah

 

Penghujung semester pertama,

Setelah banyak kisah dan kerinduan yang Dia tahan, sang waktu membawanya pada pertemuan-pertemuan baru yang mengisnpirasi. 3 bulan berlalu membuat Kiara semakin mengerti tentang makna kehidupan yang sebenarnya.  Lingkungan kampus yang hampir membuat Kiara merasa dihukumi karma. Namun kepedihan mampu membuatnya bangkit dan menemukan cahaya yang selama ini Ia rindukan. Kiara mulai mengikuti komunitas-komunitas hijrah, dimana ada ketenangan dan kesejukan yang Dia rasakan hal yang kontras dengan keadaan yang Ia rasakan di dalam kelas. Salah satu komunitas yang selalu membuat Kiara merasa bersyukur adalah komunitas “Aku Bisa Ngaji” setelah melewati proses persyaratan yang panjang akhirnya Kiara resmi menjadi volunteer ABi. Sebuah komunitas yang memiliki misi mulia untuk memberantas buta baca Quran. Di setiap mingggunya ada pertemuan-pertemuan, sharing, dan kajian yang menjadi supply vitamin bagi rohani Kiara.

Di saat kejadian-kejadian menyebalkan yang terjadi dikampus membuat pertahanan Kiara runtuh, Abi menjadi komunitas yang mengingatkannya agar tetap semangat dan bersyukur. Hal yang membuat Kiara kian betah di pertemuan tiap minggu itu adalah adanya renungan di akhir pertemuan yang selalu disampaikan oleh Ustadz Dik-dik.

            Hari ini semua kesedihan Kiara seakan tersapu bersih oleh renungan Sang Ustadz.

 

Pejamkan mata kalian dan resapi setiap kata yang teruntai.

“ Kita sering disibukkan dengan kesenangan yang sesaat dan sibuk mencari nikmat , padahal kenikmatan hadir ketika rasa syukur ditambahkan. Banyak diantara kita yang kufur akan nikmat yang telah Allah SWT berikan, melupakannya bahkan untuk hal yang dianggap kecil.”

            Tarik nafas dalam-dalam…

“ Rasakan setiap hembusan nafas yang masih Allah berikan dan alirkan, betapa Maha Baiknya Allah. Pernahkah kita merenung, tentang nikmat oksigen yang Allah berikan? Di rumahsakit harga oksigen per/jam begitu mahal. Bayangkan jika oksigen yang kita hirup ini harus dibayar maka kita takkan sanggup untuk membayarnya. Maka mulai dari sekarang syukuri setiap hal yang terjadi dalam hidup ini, susah senang semuanya mengandung hikmah yang harus kita syukuri. “

Lanjutnya

“Teman-teman sekalian, mulai dari sekarang mari kita tuliskan setiap nikmat yang Allah berikan. Minimal tuliskan tiga nikmat itu di setiap harinya.”

 

Masih dalam pejaman mata yang dialiri air mata isak Kiara kian menjadi-jadi betapa tidak bersyukur dan banyak mengeluhnya dia, padahal kenikmatan mengalir setiap hari dalam kehidupan yang Ia jalani. Ketika orang lain ingin dan berusaha untuk bisa duduk diposisinya saat ini duduk dibangku kuliah dengan biaya yang sudah dijamin oleh orangtua, dia malah ingin mundur dan menyerah.  Renungan Pa Ustadz benar-benar menjadi obat mujarab dalam sakitnya menjadi kobaran api semangat dan menjadi pengingat terbaik bagi Kiara. Sejak saat itu Kiara mulai menuliskan setiap nikmat dan syukur kepada Sang Pencipta dalam buku yang bersampul sama, sampul biru dongker.

 

Selain Ustadz Dikdik yang menjadi inspirasi ada juga seorang perempuan sholihah yang anggun, pintar, ramah dan tangguh yang tak asing bagi Kiara, ya benar ternyata dia Teh Nisa mahasiswa lulusan terbaik di kampusnya, aktivis dakwah yang menjadi pembicara di acara seminar yang Kiara ikuti. Kekagumannya kian menjadi-jadi disaat pelukan hangat menghampiri Kiara. Kebiasaan baru yang Kiara rasakan, yaitu berpelukan diakhir pertemuan. Dalam benak Kiara ingin rasanya menjadi seperti Teh Nisa.

Selain komunitas ABi, Kiara pun mulai membuka diri mengikuti berbagai macam organisasi dalam dan luar kampus seperti Himadiksaris, Ldk, dan KAMMI yang dapat membangkitkan semangat dan rasa percaya diri.

Himadiksaris menjadi himpunan dan tempat bagi Kiara untuk mengeksplor diri, ada banyak orang hebat disana yang menjadi sumber inspirasi. Menjadi panitia kajian bersama teman-teman di divisi kerohanian menjadi rutinitas baru yang dilakukan Kiara, khususnya di hari selasa. Satu hal yang terbantahkan, yaitu tentang penilaian negative yang ditujukkan kepada himadiksaris justru ada banyak cahaya didalamnya, ada kenyamanan, dan penghargaan yang Kiara rasakan.

Lembaga dakwah kampus, menjadi pilihan pertama  Kiara sejak duduk di bangku SMA. Ldk menjadi bagian dari jawaban doa-doa malam Kiara. Dimana kesejukan selalu terpancar dan nyata dirasakan Kiara. Logo dengan latar hijau memang pas untuk organisasi yang penuh dengan kedamaian ini, dari sini juga Kiara banyak belajar tentang ilmu agama, teman-teman yang salalu mengingatkan pada kebaikan, sahabat yang selalu mengingatkan pada kebaikan dan ketaatan, serta para Murobi/ah yang menjadi pembimbing dalam setiap langkah kian membuat Kiara semakin betah.

Berawal  dari ketidaksengajaan, mengantarkan Kiara pada organisasi luar kampus yaitu KAMMI. Kumpulan mahasiswa muslim yang menjadi labuhan terakhir Kiara, tak ada niatan atau bahkan tertulis dalam target catatan harian. Sekali lagi dia dibuatt sadar bahwa setiap hal yang terjadi pada Dia adalah bagian dari doa-doa yang dia langitkan dan scenario terbaik dari-Nya. Sama halnya dengan LDK, disini Kiara menemukan kesejukan dan ketenangan, dimana ada sekat dan batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan. Disetiap pertemuan dimulai dengan doa dan tilawah al-quran, serta kultum-kultum yang menyejukan, tentunya tanpa ada asap rokok. Perempuan dengan khimar panjang kian menyejukan mata yang memandang.

 

Dari semua konunitas yang Kiara ikuti semunya memberikan kisah dan warna baru dan menjadi pelengkap catatan harian Kiara.

 

Seperti apakah orang yang bisa dikatakan teman baik?
“Teman yang baik adalah dia yang membantumu untuk selalu mengingat Allah
 dan mengingatkanmu ketika kamu melupakan Allah”

-ukhuwahkawan


 

Part 4
Pulang…

 

Libur semester pertama,

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, setelah sekian banyak rindu yang menumpuk kini sampai di pelupuk mata. Kerinduan Kiara akan keluarga, sahabat, kampung halaman dan sang hujan akan segera terobati. Perjalanan hari ini terasa sangat panjang beda dari biasanya, itulah yang dirasakan Kiara. Bayangan senyuman keluarganya  menghiasi setiap perjalanan, hampir di setiap jamnya handphone Kiara bordering, Ibunya yang begitu antusias menanti kepulangan Kiara, “sudah samapai mana? Hati-hati dijalan, semoga selamat sampai tujuan” itulah kalimat-kalimat yang menghiasi pendengaran Kiara.

Setelah 4 jam perjalanan akhirnya kerinduan itu segera tersampaikan, di depan pintu rumah terlihat si bungsu dengan senyuman manis, seketika mereka saling menghamburkan berpelukan. Setelah adegan Kakak adik yang saling melepas rindu, satu  persatu Kiara salami. 

 

Keesokan harinya

Hampir semua orang yang dia rindukkan telah ia temui, tinggal satu orang yang belum Nampak dipermukaan mata Kiara. Dia sang air hujan yang selalu memberikan Kiara kesejukan. Di masa sebelum kuliah, biasanya Kiara menjaga warung namun setelah merantau ada Ua-nya yang membantu Ibu Kiara, jadi kesempatan untuk bisa bertemu dengan sang hujan sangatlah kecil. Seharian merindukan seseorang namun tak dapat berjumpa. Dengan kekuatan doa akhirnya pertemuan yang berawal dari ketidaksengajaan membuat kerinduan Kiara terobati.

Alam seakan merestui perjumpaan itu,

“Jika aku dan dia berjodoh maka tolong pertemukan kami walau hanya sekejap” dalam hati Kiara berdoa.

Keajaiban pun langsung datang menjawab doa-doa Kiara.

 “Titip jaga warung sebentar ya.!” Pinta Ua

“Baik Wa” jawab Kiara

Ketika Ua pergi ke belakang, tiba-tiba sesosok makhluk yang sedang Ia ridndukan nyata ada di hadapan, dengan ucapan salam yang khas.

“Assalamualaikum… Indi?” ucap Ahmad

“Waalaikumsalam” jawab Kiara tersenyum.

“ Mr. mau makan disini ya?”

“Silahkan Mr.”

“Sekarang kamu pangling ya? Gimana kabar kuliah?” Tanya Ahmad

“ Hehe… masih sama, Alhamdulillah tapi nyatanya kehidupan kampus tak semenyenangkan masa putih abu” jawab Kiara dengan ekpresi yang berubah.

“Ya… begitulah kehidupan kampus, tapi Mr yakin kok kamu pasti bisa.” Nasihatnya penuh semangat

Mendengar kalimat sang hujan Kiara hanya tersenyum. Bukan hanya karena ucapan yang baru saja Mr. Ahmad katakan tapi tentang keajaiban doa yang langsung terkabulkan.

***

 

 

Shalat berjamaah di masjid Al-Barokah sudah menjadi kebiasaan Ahmad setelah hampir satu tahun tinggal di tempat ini. Kebiasaan yang tak pernah terlewatkan. Selepas shalat ashar, seakan ada magnet yang menarik motor Ahmad untuk melajukannya ke tempat pemberhentian yang dapat menghentikan teriakan cacing-cacing di perut. Melajulah motor itu menuju Rumah makan langganannya, sesampainya disana ada seseorang yang selama ini jarang Ia temui ya benar Kiara.


 

Part 5
PUDAR

Semester kedua,

Di semester ini kebiasaan-kebiasaan Kiara mulai memudar, masih dengan rasa yang sama rasa kecewa yang datang silih berganti, kehidupan kampus yang masih sama. Di sepanjang semester ini buku catatan hariannya menjadi buku yang tak bertuan. Segala harapan, rencana hidup, keluh-kesah, cerita kebahagiaan kini tidak Ia luapkan dalam buku bersampul biru dongker atau buku bersampul kuning, yang ada mereka seakan dilupakan oleh alasan kekecewaan. Dalam benak Kiara menuliskan target hanya akan membuatnya kecewa ketika target itu tidak tercapai dengan baik. Menuliskan kisah untuk setiap jengkal kehidupan pun menjadi hal yang membosankan. Di semester ini tak ada kisah yang patut ia tuliskan dan abadikan, tak ada target yang harus diusahakan selain membiarkannya mengalir dengan sendirinya dan apa adanya.

Penghujung semester kedua,

Keadaan di kampus kini mulai membaik, butuh waktu yang cukup panjang bagi Kiara untuk bisa merasakan kenyamanan, mengembalikan kepercayadirian dan beradaptasi dengan keadaan. Sahabat barunya di perkuliahan , the sayur, mampu memberikan warna baru bagi Kiara mereka yang setia menemani keseharian Kiara. Di setiap harinya kecuali di waku libur mereka habiskan bersama di kosan, dari pagi sampai senja tiba. Itu semua dilakukan bukan tanpa alasan, pindah kosan membuat Kiara sering diliputi rasa kesepian. Pindah dari kosan Barokah membuat banyak kebersamaan dan kebiasaan Kiara ikut memudar. Di kosan putri bernuansa pink hijau dengan cover luar berwarna abu yang telah memberikan kehangatan bagi Kiara harus dia tinggalkan. Kebiasaan makan bersama, tidur bersama, nonton bareng, shalat berjamaah harus ia relakan dan membiasakan diri dengan rasa sepi. Karena alasan itulah sahabat the sayur selalu menemani Kiara sampai sore.

Di semester ini pula Kiara harus berjuang melawan sepi, saat malam tiba keheningan kian merasuki angannya. Sepi dan sepi itu yang Kiara rasakan, tapi ada satu hal yang membuat rasa sepi itu pudar ketika kontak telpon bertuliskan “my first love” setia hadir disetiap malamnya, menanyakan kabar, dan berbagi banyak cerita, sesekali melakukan vidcall untuk mengurangi rasa rindu yang kian menggebu. Malaikat tak bersayap yang setiap malamnnya hadir tanpa jeda. My first love adalah nomor hp orangtua Kiara, sengaja dia namai begitu sebagai tanda cinta pertama yang paling tulus dan tak akan pudar ditelan waktu. Dilayar ponselnya hanya ada beberapa nama yang membuat rasa sepi sirna. Selain keduaorangtuanya, adapula Kakak perempuan, adik , dan sahabatnya yang bernama Anindia yang menjadi urutan paling atas dalam aplikasi Whatsapp Kiara. Selebihnya hanya keributan grup dan beberapa nomor baru yang tak dihiraukannya.

Keseharian yang cukup melelahkan bagi mental Kiara membuatnya selalu ingin pulang dan pulang. Rasa sepi yang kian menghantui membuat semester ini menjadi semester paling panjang yang dia rasakan. Meskipun begitu waktu terus berjalan, sampailah ke penghujung akhir semester dimana libur panjang akan segera menghampiri. 3 bulan rebahan di rumah, menyantap pasakan ibu yang tiada duanya, dan melakukan keseharian tanpa kesepian.

 

Liburan semester dua,

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, liburan di rumah dengan durasi terpanjang yang dirasakan Kiara. Adegan kepulangan seperti biasa Kiara lakukan melepas rindu dan saling berpelukan. Di liburan kali ini sahabat Kiara yang bernama Anindia sama-sama pulang, sama-sama melepas rindu setelah sekian lama tak bertemu. Sahabat terlama yang masuk dalam kehidupan Kiara sejak duduk di bangku SD-SMA bersama tanpa terkecuali. Sekalinya kuliah mereka harus berpisah. Jogja menjadi labuhan pendidikan bagi Anindia, perempuan pintar, cantik nan sholehah. Selain bertemu dengan Anindia, dia pun bertemu dengan Nurul sahabat baiknya. Ketiganya asyik bercengkrama, melepas rindu dan saling bertukar cerita selama 2 semseter di bangku perkuliahan, dengan latar masjid dan pemandangan laut yang biru kian menambah kehangatan obrolan mereka. Kiara menjadi pendengar setia dari curhatan kedua sahabatnya. Sesekali kalimat bijak Kiara sampaikan atau kekehan senyuman berbunyi bersamaan. Kedua sahabat Kiara kini tengah asyik membicarakaan kisah kasih selama di perkuliahan. Wajar saja banyak yang mengagumi mereka berdua, keduanya memiliki paras yang cantik, lembut dalam bertutur kata, sholihah, akhwat tangguh, cerdas, istri idaman dan tentunya setiap mata memandang akan dibuat teduh menenangkan.

“Jika aku laki-laki maka aku akan menjadi pengagum rahasia mereka berdua dan langsung menghalalkannya,” begitulah suara hati Kiara tentang kekagumannya terhadap kedua sahabatnya.

Di sela-sela obrolan hangat, topic tentang pernikahan dan calon imam menjadi topic hangat yang mereka bicarakan, meskipun bagi Anindia tidak, dia hanya mencurahkannya pada Kiara saja, sesekali ia curahkan pada Nurul namun dengan subjek yang berbeda. Dari obrolan itu membuat Kiara berpikir dan berniat untuk segera membuka diri dan hati tak selamanya dia menutup diri pada siapapun. Umurnya kian bertambah, belum lagi setiap topic mengarah pada pernikahan.

Bersamaan dengan obrolan itu, hati yang ditutup dan dijaga rapat perlahan mulai memudar. Sejak saat itu Kiara mulai menyimpan kontak nomor baru yang sempat dia abaikan, karena disepanjang dia menggunakan Whatsapp hanya ada kontak keluarga, sahabat dan saudara, tidak ada nomor yang bernama laki-laki. Dia mulai memberanikan diri untuk menyimpan nomor siapapun itu yang hadir dalam layar ponselnya.

Seketika setelah niatnya dilakukan, beberapa kontak nomor baru hadir dalam ponsel Kiara, dia membalasnya dan di save-lah nomor baru tersebut, salah satu inisial yang berhasil membuat pertahanannya memudar adalah dia yang berinisial “D”

“ Kamu adalah topic baru

yang berhasil menghidupkan kembali catatan harianku”

Qotp.1


 

Part 6
Bayang-Bayang

 

Satu tahun yang lalu,

 

Juli

Sang fajar hadir merambat memberikan kehangatan pada setiap makhluk yang ada, langit membiru dengan sedikit awan putih kian menambah keindahannya. Cuaca hari ini berbeda dari biasanya, hari senin setelah dibangunkan dari peristirahatan liburan yang membosankan. Seperti biasa Kiara pergi ke sekolah ke masa putih abu yang menyenangkan. Langkahnnya kian pasti karena di hari pertama ini dia dan sahabat famalonya menjadi panitia MOPD hal yang menyenangkan bagi Kiara yang memiliki dua kepribadian aneh. Saat di rumah dia begitu pendiam dan tidak berekspresi selain terlihat sebagai makhluk dewasa yang jarang bicara namun tetap manja, namun hal yang berbalik ketika di sekolah dia bisa menjadi orang lain begitu ceria, banyak bicara, bahkan sesekali menjadi pembawa acara, menjadi perwakilan dibeberapa perlombaan hal yang tidak pernah disangka oleh keluarganya. Menjadi panitia acara MOPD membuat percayadirinnya kian tumbuh, kegiatan hari ini menjadi kegiatan yang paling berkesan bagi Kiara.

Keesokan harinya kegiatan MOPD masih berlangsung, namun para panitia dari siswa tidak dilibatkan dan dihandle oleh beberapa guru sebagai pembicara yang mengenalkan lingkungan sekolah. Di tahun ajaran baru ini ada penampakan aneh bagi siswa kelas 11-12, ada tiga guru muda yang mendarat di mata mereka, dua orang laki-laki dan satu orang perempuan. Berdasarkan angin yang berhembus ketiganya masih single sontak membuat para siswa histeris.

Jadwal pelajaran sudah keluar, hari ini di jam kedua ada pelajaran Bahasa Inggris. Pelajaran yang kurang menarik dan biasa saja di mata Kiara tak semenarik pelajaran matematika dan kimia. Pelajaran pertama sudah berakhir tanpa adanya Guru dan terbuang sia-sia, di akhir waktu yang tersisa kejenuhan kian menjadi-jadi Kiara pun mengajak Nita untuk pergi ke kantin, kakinya baru lima langkah berlalu tiba-tiba sesosok wajah asing datang mengucap salam, menghampiri dan bertanya, membuat langkah mereka berputar kembali.

“Assalamualaikum.” Ucap makhluk asing

“Waalaikumsalam.” Jawab Kiara dan Nita serempak.

“Boleh nanya, kalo kelas 12 IPA 1 dimana ya terus kalian murid kelas berapa kok ada diluar?” tanyanya menginterogasi.

Seketika kepanikan menghampiri wajah Kiara dan Nita.

“Itu kelas IPA.1” jawab Kiara menunjuk ke arah kelas.

“Kita murid kelas IPA 1” saambungnnya diliputi rasa malu.

“Oooh, yaudah kalau gitu ayoo masuk, sekarang pelajaran Mr.” ajaknya penuh semangat.

Kesan kurang baik dipertemuan pertama Kiara dan Nita dengan Guru baru membekas dalam ingatan Kiara. Mereka mengikuti guru baru yang belum diketahui namanya itu sampai ke dalam kelas.

Di samping Kiara sudah ada Anindia sahabat sekaligus teman sebangkunya sejak kelas 10 dan bertahan sampai sekarang, dan masih dibangku pertama. Di depan kelas seseorang yang baru ia temui sedang sibuk membuka laptop, menayangkan cv dan memperkenalkan diri.

“ Assalamualaikum… students ? how are you today?’ tanyanya dengan aksen inggris yang fasih.

“ Waalaikumsalam… Pak… “ jawab siswa 12.1 kompak

“ Introduce my self my name is Ahmad, S.Pd, I  graduated in UPI Bandung, … … … and I am as a new English teacher for you all …. ….  “ perkenalannya panjang lebar  dan penuh semangat

Respon yang guru baru itu dapatkan hanya wajah-wajah yang membingungkan tak ada satu kata yang terucap dari murid-murid selain tersenyum.

“ Oke baiklah, perkenalannya menggunakan Bahasa Indonesia saja ya… “

Kiara menangkap beberapa informasi dari pemaparan Mr. Ahmad, dengan kesimpulan yang mengagumkan. Mr. Ahmad guru baru bahasa Inggris lulusan terbaik dari UPI Bandung, aktif, seorang pemimpi, sukses di usia muda, banyak pengalaman menarik dan berharga hampir  disetiap pemaparannya berhasil memotivasi para pendengarnya, bukan hanya itu hal yang paling mengagumkan dari perkenalannya adalah dia juga seseorang yang aktif dibidang keagamaan dan tentunya Guru muda yang sholeh nan santun.

Ada kesamaan yang membuat Kiara terenyuh saat mendengarkan motivasi Mr. Ahmad, tentang keajaiban “menulis”.

“ Tuliskan setiap mimpimu karena secara tidak langsung target dalam tulisan itu menjadi doa dan strategi yang akan mengantarkanmu pada keberhasilan. Orang-orang yang sukses adalah mereka yang terbiasa menuliskan setiap target dan mimpi dalam tulisan”

Rangkaian kalimat yang membuat Kiara semakin yakin dengan keajaiban tulisan yang biasa ia lakukan.

Setelah memberikan motivasi, Mr. Ahmad pun bertanya kepada para siswa kelas XIIIpa. 1

“Siapa ketua kelas Ipa. 1?”

“Anindia” jawab para murid serempak.

“Kalau sekretarisnya”

“Kiaraa ” jawab mereka mengarah ke Kiara dan Anindia

“Hmm ternyata dua orang yang duduk di bangku yang sama” ujar Mr. Ahmad dengan senyuman penuh Tanya

“Peringkat ke-1 ,2 dan 3 di kelas ini siapa? Tanya nya lagi

“ Anindia…Kiara” masih dengan jawaban yang sama  dan dilanjut “ Sonia”

“Kalian berdua yaaaa” senyumannya kian tak jelas

 

Pertemuan kedua,

Hari selasa tiba, pertanda mata pelajaran bahasa inggris yang tidak digemari Kiara akan tiba.

Proses pembelajaran berbeda dari biasanya, Kiara dibuat jatuh cinta dengan mapel ini pengajaran yang dilakukan Mr. Ahmad sangat unik, menyenangkan, mudah dipahami dan tidak lagi membosankan.

Selepas pembelajaran itu berakhir disambung dengan istirahat. Di ujung kelas sana ada Bu Rika yang memanggil Kiara dkk. Seketika Bu Rika merangkul pundak Kiara dan berbisik.

“Indii, kamu ada niatan nikah muda ngga? Kalau ada ibu kenalin ke Mr. Ahmad ya. Dia mau nikah muda.” Bisik bu Rika

Seketika perasaan Kiara berkecamuk tak menentu, tak ada jawaban yang mengiyakan selain senyuman yang menandakan kekonyolan. Setelah berbisik kepada Kiara Anindia menjadi sasaran selanjutnya, dengan pertanyaan yang sama. Sesampainya di kelas, Kiara dkk ngobrol seperti biasanya karena Guru Mapel Fisika tidak hadir, dan itu menjadi moment bergosip ria. Dari obrolan tersebut sampailah Kiara pada satu kesimpulan, bahwa orang yang dibisiki dan ditawari Bu Rika hanya dia dan Anindia.

 

Bel… pulang telah berbunyi

Kiara masih  dengan kebiasaan rutinnya, sebagai sekretaris kelas dia harus setia mengantarkan buku agenda dan presensi kelas. Ada satu kejadian yang membuat hatinya bergetar perasaan aneh yang berturut-turut.

“ Assalamualaikum, indii .” sapa Mr. Ahmad didepan pintu kantor

“Waalikumsalam” jawab Kiara

“Buku agendanya disimpan disini ya…”

“Baik Mr.” jawab Kiara sambil menyimpan buku agenda.

Indii,? Tanya Kiara didalam hatinya.

Nama panggilan yang berasal dari nama akhir, nama yang hanya disebut oleh orang-orang terdekat saja, nama panggilan yang hanya disebut ketika sudah akrab dan nama panggilan yang hanya disebut oleh guru yang benar-benar dekat. Kini dalam benak Kiara hanya merasakan keanehan sekaligus rasa senang. Darimana dia tahu nama panggilan Indi, Tanyanya lagi dalam hati. Namanya yang panjang kadang sulit untuk diingat orang, hal yang jelas berbeda dari Mr. Ahmad. Di pertemuan kedua ini dia langsung mengenal dan mengingat nama Kiara bahkan nama panggilan khusus.

Nama panggilan yang berhasil membuat hati Kiara bergetar dan terbang kegirangan.

 

Agustus ,

14 Agustus adalah Hari Pramuka, Kiara dan anggota pramuka lainnya mengikuti acara camping. Untuk tiga hari dua malam, yang membuat Kiara, Anindia, dan Mr. Ahmad semakin dekat. Acara yang di hadiri siswa SD-SMA semakin meriah dan terasa hangat tepat dimalam api unggun. Cuaca malam dihiasi bulan, kian menambah keindahan malam. Kehadiran Mr. Ahmad semakin memacu Kiara untuk tampil menjadi yang terbaik. Bersamaan dengan itu Kiara ditunjuk untuk membacakan Puisi, membacanya dihadapan orang-orang berbaju coklat. Selepas bacaan puisi sampai pada titik terakhir, seakan ada tarikan kuat yang membuat mata Kiara tertuju pada Mr. Ahmad, senyuman dengan acungan jempol yang melegakan.  Tak sampai disana, tiba-tiba Kiara mendengarkan curhatan Anindia Mr. Ahmad datang memenuhi layar ponsel Anindia memberikan banyak perhatian dan perlahan Anindia di buat jatuh cinta. Sontak keheningan malam kian terasa, baru saja dalam hitungan menit dia merasakan bahagia kini disusul dengan rasa sesak di dada.

Keesokan harinnya,

Waktunya pulang, setelah tiga hari camping tanpa makanan enak dan jauh dari orangtua akhirnya waktu untuk rebahan tiba. Karena perwakilan dari SMA hanya ada 10 orang maka sekolah pun tidak menyewa mobil yang ada hanya motor dari beberapa anggota. Kiara datang diantarkan ayahnya sedangkan Anindia diantarkan oleh Kakaknya. Sampailah mereka pada titik kebingungan pulang bareng siapa, mencari target yang bisa mengantarkan mereka pulang. Tiba-tiba datanglah Mr. Ahmad dan Pak Samsul menawarkan jasa, dengan cepat Kiara memilih ikut dengan Pak Samsul dan menyarankan Anindia agar ikut Mr. Ahmad. Berdasarkan kesepakatan bersama sebelum pulang ke sekolah dan rumah masing-masing kita semua harus mencuci tenda ke sungai. Tingkah anak-anak kelas XI dan XII itu tak ubahnya anak kecil bermain air dan susah dikendalikan. Dan akhirnya mencuci tenda menjadi tugas para Pembina.

Ada panggilan yang tiba-tiba menghentikan kegiatan yang mengasyikan bagi Kiara.

“Indii, sini bantuin Mr.” pinta Mr. Ahmad

“Baik Mr.” Jawab Kiara menghampiri

Ketika tenda itu dibentangkan dari ujung keujung, kemudian dilipat sampai akhirnya lipatan terkecil itu membuat Kiara dan Mr. Ahmad saling mendekat ada senyuman yang tidak bisa dihindarkan. Semua tenda sudah dicuci bersih, Anindia berbisik meminta sesuatu pada Kiara.

“Kaa indii, kita tukeran posisi yu, aku gamau pulang bareng Mr. Ahmad” pintanya memelas

Melihat ekspresi sahabatnya, Kiara pun langsung mengiyakan. Sahabatnya yang satu ini adalah sahabat terbaik Kiara, panggilan Kakak sudah melekat di diri Kiara khususnya panggillan yang selalu Anindia ucapkan.

Bagi Anindia yang anggun nan sholehah, sulit untuk mengajukan permintaan. Akhirnya Kiara pun menawarkan diri untuk ikut Mr. Ahmad. Rumah yang searah menjadi alasan yang kuat. Setelah sekian lama Kiara tidak merasakan hal yang mendebarkan dan setelah sekian lama pula tidak mendengar kata “cieeee” kata itu pun mendarat ditelinga Kiara. Dengan tidak sengaja salahsatu temannya yang sedang menongkrong di jalan tersenyum dan meneriakan kata ciee. Mungkin terlihat seperti sepasang kekasih, pikir Kiara.

Setelah banyak kejadian yang membuat hatinya berwarna, ada satu hal yang mebuat Kiara semakin yakin bahwa dialah orang yang selama ini dia tunggu kehadirannya. Satu informasi yang meyakinkan Kiara bahwa Mr. Ahmad lahir di hari jumat dengan symbol air, symbol yang sedari dulu Kiara yakini bahwa orang-orang yang bersimbol air selalu membuatnya merasa tenang, dan itu terbukti dari sahabat dan si bungsu yang mampu mereedam amarah Kiara. Sejak saat itu Kiara menjuluki Mr. Ahmad dengan julukan Sang air hujan. Dia yang lahir di hari jumat, anak pertama, dengan inisial A dan bergolongan darah O perpaduan sempurna yang dia cari selama ini.

***

Dimana ada Anindia disitu ada Kiara, nomor satu dan dua, untuk perawakan yang sama-sama kecilnya, senyuman yang sama pula, Anindia perempuan yang sesuai dengan kriterianya keanggunan, keshalihan, kepintaran yang selalu membuat Ahmad terpesona. Kiara bayangan Anindia yang asik ketika diajak diskusi, memberikan kenyamanan, dan keceriaan yang selalu dia tampilkan. Tidak sulit bagi Ahmad untuk memikat keduanya,layaknya rangking di kelas Anindia tetap menjadi yang pertama. Kiara tetaplah nomor dua bayangan yang dapat mengantarkannya pada pilihan pertama. Sejak pertemuan pertama, ada yang lain dipandangan Ahmad ketika melihat Anindia dan Kiara kesatuan yang Ia rindukan nomor satu dan nomor dua. Permintaan Kiara yang sulit ditolak oleh Anindia menjadi informasi yang menguntungkan bagi Ahmad dengan begitu Ahmad bisa mendekati keduanya. Mengajak Kiara adalah tiket perdana yang bisa ia dapatkan agar bisa dekat denganAnindia.

 

Desember

Agenda study tour telah tiba, dua rombongan bus melaju menuju kota Bandung pergi ke museum Geologi, menjajaki kampus ITB dan bonusnya berkunjung ke kebun binatang dan alun-alun Bandung. Ahmad menjadi salah satu pembimbing yang ikut menemani para siswa. Setiap momen ia gunakan dengan baik, tentang rencananya mendekati Anindia lewat Kiara berjalan dengan baik. Langkah kaki ketiganya jalan beriringan, hingga sampai pada fase yang menggambarkan semuanya. Mereka bertiga terpisah dari rombongan dan sampailah pada danau kecil dengan beberapa sepeda air berbentuk angsa dengan keadaan yang hening hanya ada mereka dan dua orang penjaga. Ahmad pun mengajak Kiara untuk naik sepeda air, sudah dipastikan jika Kiara berkata ya maka Anindia pun sama. Ketiganya naik sepeda air berbentuk angsa, air yang cukup hijau, pemandangan sepasang angsa yang kian menambah kebahagiaan Ahmad. Dia duduk di tengah di samping kanan ada Anindia yang terus ia perhatikan, dan disamping kiri Kiara yang sedari tadi memotret pemandangan alam sekitar. Melihat Kiara memotret Ahmad pun berinisiatif dan meminta Kiara untuk memotretnya berdua bersama Anindia, lalu mengajaknya untuk wefi. Moment terindah yang Ahmad rasakan.

***

Kejadian di kota Bandung menjadi sejarah yang mengesankan bagi Kiara, dan menjadi pelengkap di catatan hariannya. Banyak kisah dan berujung pada kesimpulan yang semu. Sang air hujan yang mulai menghiasi warna hatinya selalu membuat Kiara bingung, dengan apa yang sebenarnya Mr. Ahmad raskan, di lain sisi dia memberikan perhatian yang sama, sesekali dia dapati Mr. Ahmad yang sedang mencuri pandang.

Kejadian di sepeda air tadi sebenarnya telah menjawab setiap tanya Kiara, namun rasa kagumnya mulai mengalahkan dan membutakan mata hati Kiara. Yang Kiara lihat hanyalah rasa yang dimiliki Ahmad. Tak berselang lama dari kejadian tadi, lagi-lagi Kiara dibuat terkejut dan bahagia dengan segala kejadian yang didukung oleh alam, kebaperannya kian menjadi-jadi. Ketika mata Ahmad dan Kiara saling bertemu, lambaian tangan Ahmad mendorong langkah Kiara. Ajakan Ahmad berhasil membuat ketiganya terjebak dalam situasi yang sama. Saat Ahmad mengajak Kiara untuk pergi berbelanja ke swalayan terdekat, berburu oleh-oleh dan menikmati keramaian Bandung di sore hari. Langkah mereka berhenti di salah satu tempat perburuan pakaian. Pakaian anak yang dipilih Kiara sebagai buah tangan untuk si bungsu dan keponakannya.  Bukan lagi seperti pasangan kekasih, tapi seperti pasutri yang sedang berburu pakaian untuk anak-anaknya. Sesekali Ahmad tersenyum melihat tingkah Kiara, itulah ekspresi yang Kiara dapatkan dari wajah Ahmad, menggoda Kiara dan ikut memilih pakaian anak. Satu saran yang Kiara iyakan, berlabuhlah pilihannya pada baju overall berwarna coklat. Ketika Kiara ingin mengambil baju dari gantungan yang tinggi, lagi-lagi Ahmad tersenyum dan menggodanya kembali, melihat Kiara yang jingjit-jingjit meraih pakaian yang tak kunjung teraih, Ahmad pun meraih pakaian yang Kiara pilih. Kesigapan dan gelagat Ahmad semakin membuat Kiara merasa special.


 

Part 7 Alarm

 

Libur penghujung semester kedua,

Kiara masih merasakan libur akhir semesternya, yang mulai terasa jenuh dan membosankan. Setelah hampir dua bulan diam di rumah, di habiskan dengan rebahan. Kegiatan yang sama untuk setiap harinya setelah membantu Ibu dan mengerjakan agenda wajib, mencuci, akhirnya kembali dalam pelukan kasur.  Rindu sahabat the sayur, rindu kosan, rindu perkuliahan dan segala hal yang membuat dia menyepi sendiri. Para mahasiswa yang seangkatan dengan Kiara pasti sedang merasakan kejenuhan yang sama, beda halnya dengan mahasiswa tingkat 3 yang disibukan dengan kegiatan PPL dan KKN. Semenjak memutuskan untuk membuka hati, layar ponsel Kiara dipenuhi chatan dengan dia yang berinisial “D”.

Dera Nayazka Mahadev nama kontak paling atas yang bertengger di whatsapp Kiara, setelah beberapa minggu kebelakang chatan mereka semakin intens dilakukan, apalagi ketika Dera meminta Kiara untuk menjadi “alarm” shalatnya. Ada beberapa nama yang datang dengan ketidakjelasan, memberi komentar di setiap snapan, atau bahkan tiba-tiba memberikan perhatian yang justru tidak diindahkan oleh Kiara, terlalu caper itu yang membuat Kiara mengabaikannya. Ada hal yang aneh yang dirasakan Kiara, berbeda dengan yang lain Dera berhasil menjadi nama paling atas dan paling sering dihubungi.  Dera yang hadir tepat disaat Kiara mulai membuka diri dan hati, meski ketakutan masih membayangi Kiara. Berawal   dari teman curhat, untuk pertama kalinya Kiara berani mencurahkan keluh kesahnya pada lawan jenis, ada kelegaan saat dia mencurahkan isi hatinya pada Dera. Pernah di satu malam yang panjang, saat Kiara mencoba untuk begadang meminum seteguk kopi yang membuat matanya sulit untuk dipejamkan, lambung yang terasa sakit dan naik turun serta gemetar yang menimbulkan rasa letih. Untunglah pada saat itu chatan dari Dera mampu menemani malam hening panjang yang melelahkan. Hal itu membuat Kiara merasakan keanehan hingga sampai pada fase menjadi alarm shalat bagi Dera.

Disaat Dera memintanya untuk menjadi alarm, ada tanya dan curiga bau-bau modus itulah yang Kiara pikirkan. Namun seakan ada tarikan kuat yang mampu menariknya untuk masuk dalam jebakan akhirnya Kiara pun setuju dan mengiyakan.

Sejak saat itulah kedekatan yang tidak biasa yang Kiara rasakan. Kontak dengan nama Dera Nayazka Mahadev pun berubah menjadi Mocin, nama yang disarankan Dera pada Kiara. Seperti seorang muadzin yang setia mengumandangkan adzan mengingatkan untuk shalat, hal yang sama yang dilakukan Kiara. Di setiap waktunya Kiara mengingatkan Dera untuk shalat, atau jika Kiara telat mengingatkan Dera yang akan mengingatkan Kiara, saling bergantian dan mengingatkan. Setelah menjadi alarm shalat tanya pada hati Kiara semakin menjadi-jadi, puncaknya ketika Dera melaksanakan KKN, ada satu permintaan Dera yang kembali Kiara iyakan, saat Dera meminta Kiara untuk memposting video grup KKN Dera dengan caption “semangat Teteh mocin”. Kiara yang membaui kemodusan namun tidak bisa mengelak tanpa alasan.

 

Selama Dera KKN, kedekatan mereka pun semakin menjadi-jadi meskipun diantara mereka hanya sebatas teman maya. Awal pertemuan Kiara dan Dera di acara organ extra kampus, setelah itu tidak pernah bertemu lagi, sekalinya bertemu ketika acara liliwetan dan itu pun tanpa tegur sapa.

Dan kini nama Dera masuk ke dalam buku catatan harian Kiara, inisial “D” dengan ribuan tanya. Perlahan namun pasti, nama dengan inisial “D” menggeser inisial “A” sang air hujan yang ingin dia lupakan. Sejenak curhatan Dera tentang melupakan membuat Kiara sadar untuk melupakan bayangan yang tak semestinya dia aamiinkan.

Nyatanya melupakan seseorang menggunakan seseorang

Bukanlah hal yang tepat dan hanya akan bertahan sesaat.

Qotp.2

 

 

Kkn diminggu pertama sudah dilalui dengan baik, meskipun jaringan disana lemah sesekali Kiara mendapatkan kabar dari Dera bahkan sempat ada telpon masuk, bukan hanya ponselnya saja yang bergetar hal yang sama yang dirasakan hati Kiara. Untuk panggilan pertama Kiara tidak menjawabnya, berat bagi Kiara yang introvert untuk menjawab telepon.

Seseorang dengan inisial “D” yang datang seperti angin membuat Kiara merasakan kesejukan. Dia yang kini Kiara juluki Sang angin, berhasil masuk dalam pori-pori kenyamanan, menjadi tempat mencurahkan isi hati dan menjadi penasihat yang Kiara dengarkan. Ada satu kecelakaan yang membuat Kiara merasa hancur tak karuan, dia butuh orang yang dapat memberikan ketenangan. Setelah mencurahkan segala isi hatinya di sujud malam dan tulisan, selain itu terlintas dibenak Kiara untuk menghubungi sang angin, ingin sekali dia menceritakan kejadian mengenaskan yang tengah ia rasakan, namun sayang yang terlihat hanya ceklis 1.

Dua hari kemudian,

Hp Kiara bergetar, panggilan masuk dari orang yang selama ini ia butuhkan. Dengan seketika Kiara menceritakan kejadian naasnya dan Dera meluncurkan kalimat-kalimat nasihat yang menyejukan.

Untukmu teman mayaku…
Yang haDir tanpa kejelasan namun memberikan kenyamanan
ADa banyak Tanya yang meliputi
Tentang rasa yang tidak bisa ku jelaskan dengan kata-kata.
Dan Aku hanyalah perempuan biasa
Makhluk yang mudah melibatkan rasa

-angin


 

Part 8
Janji Pertama

 

Masih di liburan panjang yang Kiara rasakan, bertukar pesan dan cerita dengan sang angin, membuat kejenuhan kian sirna. Nama mocin yang tercyduk oleh Kakaknya membuat Kiara dihampiri banyak pertanyaan. Akhirnya Kiara pun menceritakan secara detail siapa dia dan bagaiamana bisa chatingan. Mungkin menjadi pemandangan aneh bagi Kakak Kiara, tak biasanya Kiara mengunci ponselnya dengan pengaturan ekstra, rasa curiga kian menjadi-jadi setelah Kiara terlihat asik dengan handphonenya dengan senyuman yang tidak bisa dia sembunyikan.

Kejadian ini lantas menjadi laporan yang ia laporkan pada sang angin, sampai pada titik Kiara mnceritakan tentang ketakutannya mengenai pacaran. Ketakutan yang memiliki alasan, ketakutan ini muncul sejak Kiara duduk dibangku putih abu tepatnya kelas XI. Banyak kejadian menyeramkan dari pacaran yang nampak dihadapan Kiara, selain itu ada beberapa kehilangan yang Dia rasakan. Tepat di kelas XI salah satu teman dekat Kiara putus sekolah dan akhirnya menikah alasannya ya karena pacaran yang berlebihan. Dan moment paling menyedihkan bagi Kiara ketika saudara dekatnya berubah 180 derajat ketika sudah mengenal kata pacaran, sikapnya yang mulai berubah, seakan hidup ini hanya miliki mereka berdua, menjadi sosok yang tidak Kiara kenali dan inilah moment kehilangan terbesar serta patah hati paling serius yang Kiara rasakan. Kejadian ini membuat Kiara benar-benar merasa ketakutan, terlihat jelas bagaiamana kesedihan orangtua saudaranya yang menyaksikan kejadian itu raut kekhawatiran tergambar jelas. Satu pemandangan yang membuat Kiara merasakan bagaimana rasa khawatir orangtua ketika melihat anaknya pacaran.

Moment ketakutan dan kehilangan yang Kiara rasakan mengantarkannya pada cahaya cinta yang sesungguhnya. Dalam ketakutannya Sang Maha Cinta datang menyapa lembut, menunjukkan kasih sayang yang tak ada bandingannya. Kejaadian yang membuat Kiara hijrah dan lebih mendekatkan diri pada Sang Kuasa. Sejak saat itu pula Kiara mulai membenahi diri, kembali mengaji setelah satu tahun resign, dan mempelajari ilmu agama leih dalam lagi.

Duduk dibangku kuliah dengan segala rasa sepi yang dialami, menjadikan Kiara si pemburu kajian dan tiap pekannya tak terlewatkan.  Dari kajian-kajian tersebut kian membawa Kiara pada cahaya cintanya, beberapa kajian membahas tentang bahaya khalwat/pacaran. Kajian yang ngena dan membuat keyakinan tentang ketakutannya itu benar. Dengan sangat jelas Pak Ustadz menerangkan bahaya pacaran. Jangankan pacaran mendekatinya saja bahaya.

 

Seringnya komunikasi dengan Dera membuat Kiara merasakan ketakutan, takut jatuh cinta itulah yang dia rasakan. Masih pada ketakutan yang justru membuat dia berlabuh pada sujud-sujud malam yang panjang, selepas berdoa dan memohon ampunan seperti biasa Kiara pun mencurahkan isi hatinya pada Sang Maha Cinta, menceritakan setiap kejadiannya, kedekatannya, bahkan ketakutannya. Dan sampailah pada titik doa.

“Jika dia jodohku dan yang terbaik untukku, maka satukanlah kami dengan Cinta-Mu. Mudahkanlah dalam setiap penjemputannya. Jika dia bukan yang terbaik untukku jauhkanlah sejauh mungkin dan berikan hamba keikhlasan.”

 

Minggu selanjutnya,

Layar ponsel Kiara kini tak banyak diusap, di whatsappnya hanya ada pesan grup dan dua nama dengan pesan baru yang tak dihiraukannya. Sang angin, menghembuskan tiupannya entah kemana. Akhir-akhir ini tak ada lagi kabar tentang dia, tak ada lagi alarm yang mengingatkan untuk shlat,  tak ada lagi chatan dan komunikasi antara Kiara dan Dera. Hanya tersisa satu pertanyaan di benak Kiara apakah ini bagian dari doa-doa panjangnya. Tak sengaja Kiara melihat snapan Dera yang bertuliskan akhwat manis. Kiara pun menghela nafas, mengucap syukur serta beristigfar, mungkin ini memang jawaban terbaik dari doa yang dia langitkan. Ada akhwat manis, mungkin dia adalah perempuan special bagi Dera yang telah membuuatnya move-on dari mantannya, pikirnya begitu.

 Secara tidak langsung snap WA memberikan kabar yang mengejutkan, kejadian ini langsung Kiara adukan dalam sujud panjang dan tulisan. Kiara sadar akhir-akhir ini dia mulai keluar dari batasan. Dan ini menjadi teguran termanis yang Ia rasakan.

 

 

Wahai Pemilik hati…

Maafkan diri ini yang luput dalam perasaan yang salah

Maaf telah menjadikan dia makhlukmu sebagai sandaran luapan isi hati

Maafkan diri ini telah membuat-Mu cemburu

Dan hari ini aku berjanji untuk tidak berkomunikasi lagi dengan dia

Untuk tidak menjadikannya tempat mencurahkan isi hati

Gugur, 1

 


 

Part 9
Dipertemukan

Semester ketiga,

Di awal semester baru setelah masa hibernasi selama 3 bulan lamanya cukup membuat segala kerinduan Kiara terobati. Di semester baru dengan pemikiran yang baru dan keadaan hati yang baru, mulai membuat semangat dan kepercayadirian Kiara tumbuh kembali. Di semester ganjil ini Kiara hadir dengan semangat baru, mengikuti berbagai kegiatan dan ikut serta menjadi panitia acara membuat Kiara hidup kembali. Organisasi dan komunitas yang Kiara ikuti cukup membuat dia disibukkan dengan berbagai kegiatan dan membuatnya tidak merasa kesepian. Untuk pertamakalinya setelah akrab lewat chatan dia kembali dipertemukan dengan Dera sang angin yang telah meniupkan helaian daun, ada rasa bingung dan canggung yang dirasakan oleh Kiara, harus nanya dari mana atau sekedar senyum pun berat bagi manusia yang berwatak seperti Kiara. Dalam hatinya banyak perdebatan yang sedang terjadi.

“Kalo ketemu dia aku harus ngobrol apa, senyum jangan ya… ah jangankan senyum dan ngobrol menatap saja aku takut. Dasar aku asyik di chat tapi garing di dunia nyata -,- udahlah diem aja kalo dia senyum baru senyum, kalo dia ngajak ngobrol baru aku jawab. Selebihnnya mh diam saja -,”

 

Dipertemukan di lingkungan kampus sendiri rasanya aneh bagi Kiara, setelah banyak obrolan yang terjadi semuanya seakan asing, tak seakrab di whatsapp. Untuk karakter yang hampir sama pikir Kiara begitu.

Setelah beberapa minggu masa PKKMB berakhir, organisasi KAMMI mengadakan acara daurah yang seperti biasa dilakukan. Sebelum daurah diadakan seminar kemahasiswaan terlebih dahulu dilaksanakan. Di kegiatan seminar tersebut Kiara menjadi panitia acara bersama dengan Rahayu teman seorganisasinya. Menjadi partner terbaik sekaligus teman curhat Kiara. Dipertemukan di acara daurah yang sama membuat Kiara dan Rahayu merasa klop. Merancang acara bersama dan dipertemukan beberapa kali di rapat pekanan, semakin membuat keduanya saling memahami satu sama lain.

H-2 Seminar…

Dua pekan rapat, mengajukan proposal, dan mempersiapkan acara dengan matang menghadirkan keakraban di antara anggota yang lain termasuk Kiara, ditengah percobaannya untuk lebih membuka diri membuat dia tidak sepertiu dulu. Kebetulan untuk panitia acara ada empat orang yaitu Kiara, Rahayu, Fauzi dan Sodikin. Untuk kegiatan seminar ini mereka benar-benar bekerjasama dengan baik. Ada satu pertemuan khusus panitia acara, disana Kiara mulai mengenal Kang Sodikin ikhwan soleh pemilik suara merdu, di awal semester Kiara pernah menjadi fans Kang Sodik suaranya yang merdu saat melantunkan ayat suci al-quran yang terdengar jelas di balik kosan Kiara, menjadi imam masjid dengan suara khasnya membuat setiap orang yang mendengarnya akan terenyuh dan dibuat jatuh cinta. Dipertemukan langsung dan berkenalan membuat Kiara mulai merasa bersyukur, selain itu ada Kang Fauzi yang sama baiknya, humoris meskipun baru pertamakali kenal tapi sudah terasa akrab, apalagi saat keduanya sudah memanggil Kiara dengan panggilan Indi. Di pertemuan rapat kali ini ada beberapa hal yang dibahas dari pembagian tugas sampai menyusun rundown acara, Rahayu menjadi pengatur acara, Kang Sodik menjadi pembaca tilawah quran, Fauzi dan Kiara menjadi moderator dan Dera menjadi MC. Selama rapat khusus ini ada beberapa pemandangan yang menghadirkan kata “oh” bagi Kiara. Dari mulai melihat karakter Kang Sodik yang ternyata asik. Di balik acara rapat sore Kiara tak sengaja memperhatikan gerak-gerik ketiga rekannya, sampai memberikan kesimpulan pasti akan ada sesuatu diantara ketiganya. Kang Fauzi yang tak henti-hentinya menggoda Kang Sodik dan Teh Rahayu, dan seakan menjodohkan keduanya. Tatapan Kang Sodik ke Teh Rahayu kadang tak sengaja Kiara dapati, melihat senyuman diantara keduanya membuat Kiara geli sendiri.

 

 

H-1 acara seminar …

Senja kian menampakkan diri

Awan biru yang mulai tergantikan oleh kilauan jingga,

Dan kepadatan umat manusia diujung jalan pemda, menandakan bahwa sore telah tiba,

Namun kegiatan tak berhenti sampai di waktu ini, para panitia disibukkan dengan blusukan lokasi sampai membersihkan aula yang akan menjadi tempat seminar. Sayangnya, tak semua panitia terlibat dalam kegiatan beres-beres hanya ada beberapa orang yang akhir-akhir ini membuat Kiara mengenal mereka lebih jauh, ada Teh Rahayu orang paling loyal dan on time, Kang Sodik yang sedari tadi sibuk mengajak di grup, Kang Fauzi orang yang kian menambah keceriaan selama beres-beres, Teh Reni pembicara pintar yang terus memberikan semangat, Kang Nugraha salahsatu pemateri acara seminar, dan Kang Dera yang membuat pemandangan lain bagi Kiara. Diantara segelintir panitia yang datang, Kiara dibuat tersentuh ketika kedatangan Dera yang tidak sendiri, membawa sesosok makhluk lucu, seorang anak kecil yang ikut setia menemani langkah Dera, ternyata anak laki-laki yang sedari tadi nempel di dekat Dera adalah keponakannya. Pemandangan itu kian membuat Kiara semakin bertanya-tanya paada rasa aneh yang meliputi perasaannya. Yang jelas pemandangan itu membuat Kiara senyum sendirii dan lagi hatinya sibuk ngobrol sendiri dengan kesimpulan yang baik.

“Terlihat jelas ponakannya dekat banget sama Kang Dera, sampe gak mau jauh-jauh gitu. Salut deh sama dia ditengah kesibukannya masih mau ngajak ponakannya ke acara kek gini, hal yang jarang terjadi nih hal langka buat para pemuda milineal. Ponakannya aja sampe diajak-ajak  gitu apalagi anak nya nanti. Duh calon bapak yang baik.”

Obrolan hati Kiara terhenti ketika Teh Rahayu mengahampirinya,

“Indii?” panggil Rahayu

“Iya ada apa Teh?” Tanya Kiara

“Di kosan kamu ada sapu sama pel” Tanya Teh Rahayu

“Ada Teh” jawab Kiara

“Boleh pinjem, soalnya disini ga ada sapu sama pellan.” Pinta Teh Rahayu

“Boleh pisan Teh, tapi harus diambil dulu ke kosan kan lumayan jauh juga.”

“Tunggu bentar ya, harus pinjem motor dulu. Kamu bisa bawa motor” Tanya Teh Rahayu lagi

“Bisa Teh”

 Diparkiran hanya ada tiga motor yang ketiganya bukan motor matic yang biaasa dipakai cewe, padahal Kiara sudah terbiasa dengan motor bergigi, hanya saja tidak ada kesempatan untuk dia mengendarainya dengan alasan khawatir, alhasil Kiara pun pergi diantar Kang Fauzi. Untuk pertamakalinya lagi dia dibonceng oleh lawan jenis, selama di perjalanan rasa takut terus menghampiri. Sesampainya di kosan Kiara pun langsung membawa perlengkapan yang dibutuhkan.

Setelah peralatan ada, para panitia pun bekerjasama membersihkan aula. Dan lagi Kiara dibuat tersentuh dengan perbuatan Dera. Kiara hanya menyapu dan membersihkan sedikit halaman luar tanpa mengepel lantai. Lantai yang lumayan kotor membuat Kiara enggan untuk melakukannya, akhirnya Teh Rahayu dan Dera yang mengepel lantai. Pemandangan unik yang membuat hatinya tersentuh, seorang laki-laki yang dengan rela melakukan pekerjaan rumahan, tanpa ada rasa malu dan tidak enggan untuk melakukannya sungguh membuat Kiara mengingat sesosok cinta pertamanya, ya Ayahnya yang rajin itu seorang pemimpin keluarga yang pandai melakukan segala hal, teladan terbaik bagi Kiara. Dan hari ini dia melihat Dera melakukan pekerjaan simple namun bermakna, sudah dipastikan dia akan menjadi imam yang baik pikirnya begitu.

 

 

Keesokan harinya,

Acara yang disusun dari jauh-jauh hari akhirnya tiba juga, ada banyak kepuasaan dari acara tersebut, jumlah peserta yang membludak memenuhi ruangan menjadi salahsatu kepuasan tersendiri, kekompakan para panitia meskipun sempat ada cekcok ringan namun berkesan, dan kesuksesan acara seminar yang berakhir di waktu yang tepat meskipun di awal acara sempat ngaret.

Kegiatan yang berkesan dan tak terlupakan bagi Kiara, pengalaman pertama yang memberi banyak warna dan tanya. Kegiatan acara sampai dipenghujung, semua peserta mendapatkan selebaran formulir, dan sebagian mendapatkan hadiah, senyuman mereka menjadi kepuasan tersendiri bagi para panitia.

Adzan dzuhur telah berkumandang, semua panitia, kecuali satu kepala yang tidak Nampak di hadapan Kiara mulai bergegas mengambil air wudhu dan menuju panggilannya, mendirikan shalat dan berdoa selepas shalat dzuhur para panitia kembali ke aula untuk melakukan evaluasi acara, semua panitia di tuntut untuk mengeluarkan uneg-uneg dan saran selama persiapan dan acara berlangsung. Kritikan Kiara hanya sampai pada pemilik suara merdu yaitu kang Sodik yang membuatnya greget. Kecerewetannya di grup panitia yang kadang mengeluarkan kata-kata yang akan mengguncangkan hati membuat Kiara cukup kesal dan moment evaluasi ini menjadi tempat dan waktu yang tepat untuk diluapkan. Meskipun saling memberi kritik tidak membuat diantara panitia berselisih justru membuatnya semakin erat dan mulai memahami satu sama lain.

Jarum jam sudah menunjukkan angka 14.45 hari mulai sore, para panitia lantas tidak langsung pulang mereka masih disibukan dengan tugas. Tugas untuk mengembalikan barang-barang pinjaman, dan masing-masing orang kebagian. Ketika semua sudah pulang, tinggal tersisa tiga panitia yaitu Rahayu, Kiara dan Dera. Kiara dengan setia menunggu Teh Rahayu sampai dipastikan aman naik angkot. Yang tersisa tinggal Kiara dan Dera dengan barang yang menumpuk dalam pegangan mereka. Disaat Kiara ingin memesan ojek online hpnya mendadak lowbat, kalaupun naik angkot berat bagi Kiara yang harus jalan dengan barang bawaan yang begitu banyaknya. Tetiba Dera datang menghampiri dan menawarkan diri untuk mengantarkan Kiara. Tak ada pilihan lain bagi Kiara selain mengiyakan, meskipun rasa bingung menghampiri Kiara, bingung tentang topic apa yang harus dibicarakan selama diperjalanan dia tidak ingin ada keheningan dan menjadi makhluk yang membosankan. Sampai akhirnya obrolan yang memecah keheningan dan menimbulkan pertanyaan, satu pernyataan Dera yang membuat Kiara bertanya pada hatinya setelah dua kejadian yang membuat hatinya merasa tersentuh.

“Dii, maaf yah.” Dera mengawali obrolan

“Maaf untuk apa?” Tanya Kiara penasaran.

“Aku belum shalat, dan ini udah telat banget.” Tuturnya pelan

Setelah pernyataan itu sampai di telinga Kiara, membuat keheningan kembal terjadi. Kiara disibukkan kembali dengan percakapan antara hati dan pikirannya. Sampai pada satu pertanyaan spontan yang ia tanyakan pada dirinya sendiri.

“Mengakhirkan waktu shalat. Apakah dia akan menjadi imam yang baik ketika shalatnya sajaa Dia lalaikan.”

Kebiasaan adalah pola yang diciptakan
dari hal-hal yang dianggap kecil, namun berdampak besar.

Shd_

 

Part 10
Kabar

 

 

 

 

Sore hari di tengah meja persegi ini nampak Ahmad dan Pak Kurnaedi sedang berbincang bersama, keduanya terlihat akrab. Tempat makan ini menjadi tempat yang sering Ahmad kunjungi setiap harinya apalagi Ahmad yang masih membujang dan tinggal sendirian mana sempat masak, dan makan di warung menjadi satu-satunya pilihan. Selain untuk mengisi perutnya yang kosong pemilik warung yang ramah dan asik diajak ngobrol dan diskusi membuat Ahmad semakin sering berkunjung, hampir disetiap obrolan nama putri kedua Pak Kurni dia tanyakan. Beberapa hari ke belakang Ahmad sedang dilanda kebingungan targetnya untuk membangun rumah sudah didepan mata, hanya saja bagi Ahmad yang baru bermukim di desa ini membuatnya kebingungan untuk mencari kontraktor bangunan. Selepas makan dan bercerita pada Pak Kurni akhirnya senyuman dan kelegaan menghampiri Ahmad.

***

 

Detik berubah menjadi menit, menit menjadi jam, jam menjadi hari dan hari berubah menjadi minggu, keseharian Kiara masih tetap sama setiap Senin-Jumat kuliah, Sabtu-Minggu dia gunakan untuk kajian atau bahkan rebahan. Disetiap malam Ibu Kiara setia menelpon tak ada malam-malam yang terlewatkan, dan malam ini menjadi malam sabtu yang penuh kerinduan bagi Kiara. Kakak perempuan dan keponakannya menginap di rumah, semua anggota keluarga kumpul kecuali Kiara, hanya vidcall yang bisa dilakukan untuk mengobati rasa rindu yang ada. Disaat vidcall berlangsung ada kata *cieeee* yang dilemparkan pada Kiara. Kabar tentang sang hujan tiba-tiba mendarat di telinga Kiara, seketika bayangan Kiara terbang menghampiri sang hujan dengan senyuman.

“Dii, tadi siang ada yang nanyain lho” ucap Teh Fanila terkekeh

“Siapa?” jawab Kiara penasaran

“Si dia, calon adik ipar.” Timpalnya lagi

“Calon adik ipar, siapa?” Tanyanya lagi semakin penasaran

“Mr. Ahmad tadi nanyain kamu, dan kata Bapak hampir tiap kesini pasti nanyain kabar tentang kamu dii, tadi juga ngobrolnya udah kaya Bapak sama anak” jelasnya

“Nanyain dan ngebahas apa aja?” Tanya Kiara spontan

“Cieee yang penasaran” godanya sambil tertawa

“Eh bukan gitu” jawab Kiara malu

“Tadi dia kesini sambil makan juga, terus nanyain kamu katanya ada peluang kerja bagus di sekolah. Dia juga ngasih kabar katanya mau bangun rumah dan kebetulan bapak punya kenalan kontraktor buat bangun rumahnya Mr. Ahmad.” Tutur Ka Fanila

“Ohhh gitu.” Jawab Kiara singkat.

Setelah obrolan panjang sampailah Kiara pada satu kesimpulan yang membuat Tanya di hatinya  kian bertambah. Tentang perasaan Kiara dan kekagumannya pada Mr. Ahmad tidak pernah ia ceritakan pada siapapun kecuali pada doa disepanjang malam dan buku hariannya. Dan sekarang keluarganya seakan-akan dibuat jatuh cinta pada sang air hujan. Perasaan Kiara melambung tinggi dan didera kebingungan, bukan hanya dia yang dibuat terbawa perasaan tapi orangtua dan saudaranya pun sama.  

Kabar yang disampaikan Teh Fanila benar-benar membuat pergolakan hati Kiara semakin menjadi-jadi, di sisi lain dia merasa senang tapi di sisi lain dia takut semua in hannya harapan semu yang akan berakhir dengan rasa kecewa.

Semua mesti berjalan dengan sendirinya, Kiara hanya memasrahkan setiap rasa yang ada, di pertengahan semester tiga ini ada beberapa kabar yang membuat hatinya kian bertanya-tanya. Tentang sang air hujan yang datang tanpa kepastian, tentang sang angin yang berhembus kencang.

Di hari senin yang cerah, Kiara melangkahkan kakinya dengaan penuh semangat jadwal jam 07.00 pagi membuat semua energinya masih terjaga dengan baik. Hari ini pikirannya benar-benar dinetralkan dari belenggu perasaan yang terus menjadi Tanya, malam harinya Kiara menuliskan jadwal dan target yang harus dia capai, target harian tepatnya. Setelah matakuliah pertama slesai ada jadwal kosong sampai jam 13.00, di ujung kelas yang paling pojok sudah dikerumuni para pemburu wifi, Kiara dan sahabatnya pun mennyempatkan diri untuk memburu wifi sebelum pergi ke kosan. Ditengah kesekaratan kuota wifi kampus pun menjadi incaran, login dan dapat seketika senyuman pun menyeruak di wajah-wajah kaum du-wifi. Satu persatu pesan di whatsapp memenuhi layar ponsel mereka, ada yang langsung streaming youtube, ada juga yang langsung melesat mendowload drakor semuanya serius dengan gadgetnya masing-masing. Tetiba Kiara dibuat terkejut dengan salah satu kabar dari grup organ ekstra ada banyak ucapan “syafakallah” yang ditujukan pada Dera. Menghilang tanpa kabar dan sekalinya ada kabar dia sakit, ada kecemasan yang tak sengaja menghampiri Kiara meskipun dia bukan siapa-siapa bagi Kiara namun kekhawatiran tidak bisa dihilangkan dan dilawan begitu saja. Hanya untaian doa yang mampu Kiara lakukan untuk menetralisir kekhawatirannya.

Di minggu berikutnya, tanpa Kiara sangka-sangka pesan whatsapp dari seseorang yang berinisial “DR” membuatnya terkejut setelah sekian lama tak ada kabar. Untuk ketiga kalinya nama kontak Dera diubah dari nama lengkap, nama panggilan, sampai hanya inisial semua itu Kiara lakukan khusus pada satu orang yang membuatnya merasa aneh.

“Assalamualaikum” ketik Dera

“Waalaikumsalam” jawab Kiara

“Boleh minta bantuan?” Tanya Dera

“Bantuan apa?” jawab Kiara

“Tolong bantuin aku buat bikin video ucapan ulangtahun.” Pinta Dera

“Ucapan buat siapa?”

“Buat pacar aku. Jadi kamu bikin video singkat dan ngucapin ulangtahun buat dia yang ke 22.”

“Tapikan aku gak kenal sama pacar kamu, nanti jadi geje gak kenal tiba-tiba ngucapin.”

“Gapapa, temen aku yang perempuan juga sama dia gak kenal tapi aku suruh buat bikin video yang sama,.”

“Okesip” jawab Kiara singkat

“Makasih, videonya ditunggu besok ya.” Tutup Dera

Seketika senyuman getir menghampiri Kiara, “dia memang aneh dan benar-benar aneh” gerutunya didalam hati.

Bagi Kiara dan bagi perempuan lain mungkin semua ini terasa aneh, seseorang yang tiba-tiba datang lagi setelah lama menghilang dan sekalinya datang langsung minta bantuan yang dipersembahkan untuk pacarnya, dan pacarnya yang sama sekali tidak dia kenali atau bahkan akrab terus sekarang harus ngucapin ulang tahun. Hati dan pikiran Kiara mulai berdebat keras.

Keesokan harinya,

Sesuai dengan janjinya Kiara pun membuatkan video ucapan ulang tahun untuk Isna pacarnya Dera, video aneh yang dibuatnya sepenuh hati, dan bermodalkan hp canggih milik sahabatnya. Tanpa banyak cerita Kiara membuat video itu dan langsung mengirimkannya pada Dera.

Part 11
Satu Hari Satu Malam

 

Penghujung tahun di semester ketiga,

Undangan acara seminar di salahsatu perguruan tinggi fakultas ekonomi syariah, membuat semangat Kiara semakin menjadi-jadi. Sejak datangnya undangan tersebut Kiara langsung mengosongkan jadwal di hari Sabtu untuk datang ke acara seminar yang bertemakan Ekonomi dan Entreupeuner. Janjian dengan beberapa teman, menyiapkan buku dan pikiran untuk menerima ilmu, dan berangkat sangat pagi, semua itu terbayar sudah dengan acara seminar yang luar biasa. Dekorasi yang sederhana namun berkelas dan elegant, pemateri-pemateri yang hebat, apalagi moderator muda yang memancarkan aura kesuksesan dan ketampanan. Peserta yang membludak, para panitia yang ramah dan jamuan yang nikmat, setengah hari yang menyenangkan mendapatkan banyak ilmu, bertemu dan berkenalan dengan teman baru serta mendapatkan doorprize membuat Kiara merasa senang tak terhingga. Awalnya Kiara duduk dibangku paling depan bersama dengan teman sekampusnya, chat di whatsapp Kiara terus berdering telpon dari Teh Rahayu, Teh Janah, dan Teh Hasanah membuat Kiara menoleh kebelakang dan didapatinya ketiga rekan seorganisasinya, Risti teman yang dari tadi menemaninya pun melakukan hal yang sama. Akhirnya Kiara dan Risti berpisah berkumpul dengan temannya masing-masing.

Adzan dzuhur telah berkumandang, acara seminar diistirahatkan lautan manusia berbondong-bondong ke masjid menuju panggilannya.

Selepas shalat dzuhur di group kammi riuh dengan rencana acara dadakan, yaitu acara liliwetan di rumahnya Teh Hasanah setelah banyak drama bau-bau batalnya acara, akhirnya acara berlanjut, sehabis seminar mereka pun berlalu menuju rumah Teh Hasanah.

Di gerbang pintu kedua ada seseorang yang aneh tertangkap oleh bola mata Kiara, dia yang sudah lama tak menunjukan batang hidungnya baik di hadapan Kiara maupun rekan seorganisasinya, kebingungan kembali menghampiri Kiara antara harus menyapa atau diam dan pura-pura tak melihat Dera, kebingungannya hilang berkat Teh Hasanah yang langsung menyapa dan mengajak Dera untuk ikut ke acara liliwetan dadakan. Satu pemandangan aneh yang membuat Kiara tercengang sepuntung rokok yang terselip ditangan kanan Dera.

 

Sesampainya dikampus,

Sebelum berangkat ke rumah Teh Hasanah mereka saling menunggu di depan kampus Kiara, menunggu sampai 11 orang terkumpul dengan sempurna. Disaat berkumpul dan saling menunggu tiba-tiba pesan dari Teh Janah menggetarkan hp Kiara, sebuah pesan yang mengatakan bahwa dia akan ikut jika dibonceng oleh Fauzi. Kedua orang itu yang akhir-akhir ini sering curhat pada Kiara, keduanya yang sempat menjauh dan hari ini pun masih memanas. Kiara menjadi salah satu perantara diantara hubungan keduanya, dilibatkan dalam kisah asmara yang rumit sudah seperti bacaan di novel remaja membuatnya banyak menghela nafas panjang. Setelah hampir satu jam menunggu semua member terkumpul dan kami pun melaju menuju rumah yang penuh dengan santapan. Semua orang berangkat berbonceng-boncengan, laki-laki dengan laki-laki perempuan dengan perempuan, kecuali Teh Janah dan Dera.

Di sepanjang perjalanan Kiara merasakan kesejukan, cuaca yang sedikit mendung, pemandangan yang masih asri, perkebunan hijau yang menyegarkan, ditambah dengan senyuman dan kebersamaan yang kian hangat dirasakan, semuanya menjadi paduan yang tertulis nyata dalam ingatan. Sesampainya di rumah Teh Hasanah semua orang disibukan dengan urusannya masing-masing, ada yang menyiapkan makanan, adapula yang rapat untuk mempersiapkan rangkaian acara Daurah dan Milad KAMMI.

Dibeberapa kesempatan Teh Janah kembali mencurahkan isi hatinya langsung pada Kiara dengan tulus Kiara mendengarkan setiap cerita yang diutarakan Teh Janah padanya, curhatan tentang Fauzi yang terus mendarat ditelinga Kiara. Disaat Kiara mendengarkan curhatan Teh Janah pemandangan aneh kembali menghampiri Kiara dan merambat pada Teh Janah. Kedua lelaki yang masuk dengan asap rokok yang kemudian langsung di enyahkan, mereka Dera dan Fauzi yang terlihat sama anehnya ketika menghisap asap rokok. Raut wajah kecewa nampak jelas di wajah Teh Janah.

Setelah berjam-jam di rumah Teh Hasanah menyantap makanan, dan berbincang banyak hal, tak terasa jarum sudah jam menunjukkan angka 17.20 waktu yang begitu petang untuk pulang. Kiara dibonceng oleh Hayati teman yang asyik sekaligus cerewet, disepanjang perjalanan bibirnya tak henti-henti berbicara, menceritakan segala hal. Disaat Kiara dan Hayati asyik berbincang tiba-tiba motor Dera yang tepat didepan Kiara berhenti dan melambai. Kejadian tak terduga pun terjadi.

“Hey sini, berhenti dulu” ucap Dera

“Ada apa” Tanya Hayati

“Ini Teh Janah tiba-tiba ngerasa sakit dan kedinginan, kalau bisa tukeran posisi biar dia bisa mendapatkan kehangatan.” Tutur dera

Semua rombongan berhenti sejenak, dan Kiara pun turun dari motor Hayati menggandeng Teh Janah yang tinggi semampai, tiba-tiba tubuh mungil Kiara terjatuh bersamaan dengan Teh Janah yang pinsan tak sadarkan diri. Sontak kepanikan mengampiri semua orang tak terkecuali masyarakat disekitar. Kepanikan terlihat jelas di mata Fauzi dengan sigap dia pun menggendong Teh Janah dan membawanya ke klinik terdekat. Sesampainya di klinik Teh Janah langsung ditangani perawat dan tak lama dari itu dia pun sadarkan diri.

Gelap mulai menghampiri, sebagian dari mereka ada yang pamit pergi yang tersisa untuk berjaga tinggal Kiara, Dera, Hayati dan Fauzi. Mereka harus berjaga sampai Teh Janah benar-benar pulih, infusan menancap ditangannya, rengekan untuk rasa pusing dan sakitnya membuat Kiara khawatir, mengusap kepala Teh Janah dengan lembut mungkin bisa mengurangi rasa pusingnnya , pikir Kiara begitu.

 

 

Adzan magrib telah berkumandang,

Kiara segera mengajak ketiga temannya untuk shalat, Hayati yang sedang berhalangan membuat Kiara melangkahkan kaki sendirian. Selepas shalat magrib Kiara pun kembali ke ruangan Teh Janah, ada beberapa obrolan dan candaan singkat antara Hayati, Kiara dan Dera. Mereka bertiga seakan memberikan kesempatan pada Fauzi dan Teh Janah untuk saling bicara, dan menghasilkan senyuman tanda redanya permaasalahan diantara keduanya. Teh Janah yang sedang membutuhkan asupan makanan membuat Fauzi berinisiatif untuk membelikan makanan, tak lupa saat membeli makanan dia pun mengajak Hayati.

Dan kini tersisa tiga orang Teh Janah, Kiara dan Dera, keadaan yang membuat Kiara merasa canggung dan akhirnya diam. Disaat Dera menemani Teh Janah Kiara menunggu di kursi tunggu, untuk menghindari kecanggungan. Tiba-tiba Dera memanggil dan dipanggilan yang kedua Dera memanggilnya dengan nama panjang.

“Diii “ panggil Dera

“ …. “

“Kiara Khanza Sugandi? Sini!” ucapnya

“Iya bentar.”

Kiara pun masuk ke ruangan

“Sini duduk disini.” Sambil menunjukan kursi

Duduklah Kiara tepat disebelah Teh Janah, tiba-tiba Teh Janah bersuara dan pernyataannya membuat Kiara kian terlelap dalam tanya dan prasangka.

“Indiii, kamu tahu engga ternyta cewe yang selama ini sering diceritain Dera dan disukainya adalah kamu.” Ugkapnya sambil tersenyum

Mendengar itu semua Kiara hanya tersenyum dan tak percaya, justru semakin menambah tanya dalam pikiran dan hatinya. Ditengah perdebatan hati dan pikiran Kiara, suara Hayati mampu membuyarkan perdebatan hati yang sedang terjadi, ada rasa lega yang Kiara rasakan, akhirnya kecanggungan itu berakhir. Menunggu sampai jam 21.00 akhirnya Teh Janah bisa pulang, mereka bertiga pulang menuju kosan Kiara. Sesampainya di gerbang kosan,, tiba-tiba Teh Janah kembali pinsan, seketika teriakan Kiara berhamburan memanggil  nama Fauzi dan Dera yang belum jauh dari gerbang. Mereka berdua segera menghampiri dan mengangkat Teh Janah menuju kamar kosan Kiara. Keadaan masih sama kritisnya, mereka pun memutuskan untuk membawa Teh Janah ke klinik terdekat.

Satu keadaan yang membuat mereka ada dalam satu malam yang sama dan bersama. Satu hari satu malam bersama dalam penjagaan membuat keakraban diantara mereka semakin bertambah meski kecanggungan masih terlihat di wajah Kiara. Saat mereka bersama ada canda dan tawa, obrolan-obrolan bermakna meskipun berujung garing terjadi pada mereka. Tapi pemandangan lain terasa ketika yang tersisa tinggal Dera dan Kiara, canggung dan hening.

 

Kesan sempurna yang berjalan dalam hitungan detik pun
akan menjadi kenangan indah yang terpatri nyata dan sulit untuk dilupa.

Shd_

Part 12 
Akhir yang Semu

 

 

Setelah satu hari satu malam mereka lalui bersama tiba-tiba kabar buruk datang menghampiri. Hayati yang kemarin malam berjaga kini dia sakit salah satu penyebabnya akibat kelelahan, setelah mendengar kabar itu Kiara pun merasa khawatir dan ingin langsung menjenguk Hayati. Namun suasana malam tak mendukungnya untuk pergi ke klinik. Pesan whatsapp dari Dera membuat Kiara bersemangat untuk mengajaknya menjenguk Hayati, dan Dera langsung mengiyakan ajakan Kiara.

Siang hari, setelah proses perkuliahan berakhir Kiara pun langsung bergegas ke kosan, menunggu jemputan Dera. Bunyi klakson motor Dera sudah terdengar dan mendarat di telinga Kiara. Mereka berdua pun segera melaju menuju kosan Hayati, agar tidak ada kegaringan sesekali Kiara melontarkan pertanyaan, berbincang ketika berkendara adalah hal yang sulit bagi Kiara, bukan tanpa alasan selain karena topic obrolan penggunaan helm pun menjadi alasan terberat bagi si aneh Kiara. 

Kiara bertanya seakan tidak tahu apa-apa dan ingin memastikan rasa penasarannya.

“Pas seminar, aku banyak ngobrol lho sama Teh Janah.” Ucap Kiara memulai

“Ngobrol apa aja?” Tanya Dera

“Tentang perasaan dan hubungan dia sama Fauzi. Menurut kamu hubungan mereka gimana?” tanyanya lagi

“Kalau menurut aku mereka … … … “ pernyataan panjang Dera.

“Eh kemarin juga Teh Janah nyeritain cewe yang kamu suka, emang siapa?”  tanya Kiara

Seketika hening, di hati Kiara ada jawaban “kamu” tapi semua itu terbantahkan oleh jawaban Dera.

“Dia adalah ………

Teh Reni akhwat tangguh, cerdas, sholehah dan dewasa. Wawasan dan pengalamannnya luas, sayangnya usia diantara kita lumayan jauh.” Jawab Dera jelas.

“Ohh… iya dia memang pantas untuk di kagumi.”

Setelah itu keheningan kembali menghampiri, disepanjang perjalanan Kiara kembali pada perdebatan hati dan pikirannya. Logika Kiara berjalan dengan baik menjadi pemenang dari setiap praduga yang selama ini perasaannya bangun. Bagaikan langit dan bumi antara Kiara dan Teh Reni itu pematahan paling serius yang dirasakan hati Kiara. Perasaannya berhenti berprasangka dan menyerahkan semuanya pada logika. Untuk akhir yang semu tanpa ada kejelasan dalam setiap tanyanya, bahkan setelah pernyataan yang jelas keluar langsung dari mulut Dera tanya dalam hatinya masih saja berkata sama.

Seminggu kemudian…

Pesan whatsapp di layar gadget Kiara membuatnya kembali tersenyum getir, terjebak dalam akhir yang semu. Pesan yang dikirim Dera berhasil membuat kerongkongan Kiara terasa pengap dan sesak.

“Ini pesan terakhirku dan untuk terakhir kalinya aku ngechat kamu. Aku titip pesan tolong rahasian dan lupain kalau kita pernah akrab di chat, jangan sampai ada yang tau. Anggap saja kita ga pernah kenal.” PP

Membaca itu semua Kiara hanya tersenyum dan diliputi perasaan aneh cenderung kesal. Dalam hatinya berkata “siapa aku, siapa kamu? Ia kali aku ceritain semua ini ke orang lain”

 

Semua kejadian itu tertulis lengkap dalam catatan harian Kiara, makhluk aneh dan geje yang pernah dia temui berhasil masuk dalam buku harian Kiara. Mendapatkan kejadian-kejadian aneh setelah kenal dengan Dera membuat kebiasaan Kiara di masa putih biru hidup kembali. Pada sehelai daun dia ungkapakan setiap kekesalannya, lalu dia simpan di dalam buku dan diawetkan dengan cara herbarium. Kebiasaan di masa lalu yang tak pernah ia sangka akan hadir kembali. Dan ungkapan pada sehelai daun berhasil membuatnya merasa tenang dan lega, rasa kesal perlahan hilang.

 

Terjebak dalam ketidakpastian
akan membuatmu terus mealaju dalam kebingungan tanpa arah dan tujuan yang melelahkan.

Shd_

Part 13
Kembali Pada Bayangan

 

Tahun baru disemester ketiga,

Tahun baru telah tiba tak ada perayaan apapun ataupun liburan, bagi Kiara dan keluarga kumpul dan makan bersama sudah cukup membuat tahun barunya terasa hangat dan bahagia. Sederhana namun bermakna, ada canda tawa, obrolan tentang masa depan dan lainnya. Setiap kali membahas masa depan Kiara menjadi sasaran empuk keluarganya, karena dia masih single dan belum menikah. Sesekali kakak Kiara menggodanya dengan menyebutkan nama Mr. Ahmad, senyuman di bibir Kiara dan rasa yang ada pada hatinya tak mampu  ia sembunyikaan, meskipun berkali-kali membantah, untungnya Ibu Kiara begitu pengertian menjadi pembela yang mamapu menyembunyikan perasaan Kiara.

“Eh… tuh lihat Indi kasihan ya dari tadi bengong terus lihatin kita-kita yang sudah berpasangan makan sepiring berdua.” Celoteh Kak Imat mengawali.

“ …. -, “ Kiara hanya diam

“Segerakan dong Dii biar kamu gak sendirian, dan semoga tahun depan Om Ahmad bisa gabung ya, hhaaha” timpal Teh Fanila

Semenjak Mr. Ahmad sering berkunjung dan berbincang dengan Ayah Kiara, Kakak-Kakak Kiara resmi memanggilnya dengan panggilan “om”

Ketika Kiara mencuci piring hatinya tak henti-henti berbicara,

Dalam hati Kiara berkata: “andai saja ada yang mengerti tentang perasaanku, semakin mereka bertingkah dan bertanya aneh seperti itu, disaat yang sama pula aku semakin terbawa oleh perasaan, bertanya pada takdir akankah semuanya sama seperti yang aku dan keluargaku harapkan. Aku hanya tidak ingin berharap dan berujung kecewa, tentang perasaan sang hujan yang tak kunjung menemukan temu dan kejelasan, ah suddahlah -,”

***

Di puncak tertinggi terlihat jelas sorak-sorai orang-orang, letusan kembang api yang indah kian menambah pesona dan keramaian tahun baru. Tahun baru di puncak Gunung Guntur menjadi kebiasaan yang tak terlewatkan bagi Ahmad, selain jago bahasa inggris Ahmad juga pandai berolahraga dan hiking adalah salahsatu hobby yang ia geluti.

Rebahan diatas amparan alam, memandang langit dengan jelas yang dihiasi bintang-bintang, gelapnya malam kian menambah keimdahan yang nampak jelas dimata Ahmad, seketika bayangan tentang perempuan berinisal “A” kembali menghampiri Ahmad, untuk inisal yang sama pikirnya sambil tersenyum.

Buku tentang mimpi dan target-targetnya tak lupa Ahmad bawa, dipuncak gunung akan ada banyak resolusi yang muncul di kepala lalu ia tuliskan dalam buku. Sebelum menuliskan resolusi baru, Ahmad membuka lembaran-lembaran di sepanjang tahun 2018, disaat semuanya terceklis dengan baik rasa syukur dan senyuman demi senyuman hadir di wajah Ahmad.

Satu target besar dalam hidupnya tercapai dengan baik, membangun rumah dengan hasil jerih payah sendiri, tiba-tiba Ahmad teringat dengan satu nama yang telah membantunya, Ayahnya Kiara. Dalam hatinnya berkata, bahawa dia harus berterimaksih pada keluarga Kiara terutama ayahnya yang dengan senang hati membantunya dan menjadi tempat sharing paling nyaman dan nyambung.

Kiara kamu adalah bayangan yang memberikan kenyamanan, hati Ahmad bergumam.

***

Januari pekan pertama,

Libur tahun baru telah berakhir, seperti biasa Kiara kembali ke perantauan. Memulai perkuliahan dengan semangat baru. Pada helaian daun Kiara menuliskan keinginannya semoga semangatnya kian bertambah, dan tahun ini menjadi tahun yang penuh dengan warna. Untuk setiap harapan baik sehelai daun itu Kiara terbangkan.

Hari pertama masuk perkuliahan, setelah 10 hari libur ada suasana baru dan aliran positif yang Kiara rasakan, mungkin doa-doa yang dia tulis pada sehelai daun telah Allah ridhai dan kabulkan.

Sepulangnya dari kampus acara jajan bakso bersama sahabat the sayur dia lakukan, berbincang dan menceritakan moment liburan sampai curhat beberapa hal. Pulang dan sampai kosan, acara biasa ,rebahan, di kosan Kiara untuk hari ini diliburkan. Kini Kiara tinggal di kosan sendirian bertemankan keheningan. Untuk melepaskan rasa bosan Kiara pun membuka Instagram dan Facebooknya. Ketika membuka aplikasi tersebut, Kiara dikagetkan dengan banyaknya postingan yang mengucapkan bela sungkawa pada Mr. Ahmad, didapatinya bahwa Mr. Ahmad mengalami kecelakaan parah sampai kaki kanannya patah. Seketika kekhawatiran melanda Kiara, rasanya baru minggu kemarin dia berpapasan dengan Mr. Ahmad dalam keadaan baik-baik saja dan sekarang dia terbaring lemah dengan kaki yang diperban. Hanya doa yang mampu Kiara panjatkan semoga Mr. Ahmad lekas membaik.

Di tengah trendingnya berita tentang kecelakaan Mr. Ahmad ada satu notification yang membuat bayangan Kiara terbang ke masa putih abu, bayangan tentang Mr. Ahmad. Satu postingan yang mengingatkan Kiara pada kejadian tersebut. Ketika ujian akhir sekolah Mr. Ahmad menjadi guru pengawas, dan kebetulan saat diawasi oleh Mr. Ahmad keadaan Kiara sedang tidak membaik flu yang membuat hidungnya meler, maka Kiara pun menutup hidungnya dan yang terlihat hanya sepasang  matanya saja. Terlihat jelas Mr. Ahmad yang sedang sibuk mencari seseorang, dan akhirnya Mr. Ahmad pun bertanya “Dimana Indi?” teman-teman sekelas menjawab dan mengarahkan pandangannya pada Kiara yang tepat duduk dibangku kedua sejajar dengan meja pengawas. Menginngat itu semua membuat Kiara merasa berbunga-bunga dan kini sosok itu sedang meraskan kesakitan.

Dimalam harinya,

Telepon berdering seperti biasa panggilan masuk dari kontak bernama my first love datang memanggil Kiara. Ibu Kiara menanyakan kabar dan aktifitas Kiara sampai pada satu berita yang mengarah pada keadaan Mr. Ahmad. Kiara pura-pura tidak tahu dan memberikan respon terkejut, selepas itu telpon ditutup dan Kiara membuka buku catatan harian lalu menuliskan kejadian hari ini dengan untaian doa yang ditulisnya rapat dan padat.


 

Part 14
Ungkapan

 

Akhir semester ketiga,

Setelah empat bulan kuliah sampailah pada Ujian Akhir Semester, untuk semester yang berwarna dan penuh cerita berbeda dengan tahun sebelumnya, di semester tiga ini dia benar-benar mempersiapkan diri dengan baik, tiap malam belajar, menghapal dan menuliskan target-target, setidaknya usaha tidak akan mengkhianati hasil pikirnya begitu. Satu minggu ujian begitu terasa singkat, libur semesteran sudah di depan mata, hanya saja liburan kali ini diberi jatah 10 hari saja. Untuk 10 hari yang bermakna, di liburan semester ini Kiara bertemu dengan sahabat tercinta Anindia setelah satu tahun tak bertemu akhirnya rindu keduanya saling temu meskipun hanya sekejap. Saat keduanya saling bertemu ada ungkapan yang Anindia katakan tentang Mr. Ahmad yang masih berproses menuju sembuh, kakinya masih belum bisa berjalan. Anindia pun mengatakannya dengan sangat perlahan.

“Teh Indi.., Mr, Ahmad masih sakit dan belum siuman ya, besok aku udah mau ke Jogja lagi. Kalau nanti sore kita jenguk Mr,Ahmad, gimana bisa?” tuturnya lembut

“Hm… oke kuy nanti kabar-kabari lagi ya.

Eh sekarang perasaan kamu sama Mr, Ahmad gimana?” Tanya Kiara

“Perasaan aku udah biasa aja, dan sebelum Mr. Ahmad kecelakaan dia sempat ingin datang ke rumah menemui Abah. Tapi Qodarullah semuanya belum sempat terjadi kecelakaan justru lebih datang menghampiri.” Jawabnya sambil menghela nafas panjang.

“Terus kalau nanti jadi datang ke rumah, gimana” Tanya Kiara lagi

“Semuanya di serahin ke Abah dulu, kalau Abah sudah memberikan restu dan setuju ya InsyaAllah jika berjodoh akan disatukan.” Ungkap anindia

Beberapa menit keheningan pun mengahmpiri, Kiara pun mengubah topic obrolan dari topic perasaan menjadi topic tentang perkuliahan. Kekaguman Kiara terhadap sahabatnya kian bertambah setelah banyak prestasi yang di raih oleh Anindia dan secara tidak langsung membuat Kiara tersentuh dan termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi seperti Anindia. Pertemuan dan obrolan sejam lamanya begitu tak terasa, jam pulang sudah memanggil. Mereka berdua pun saling berpelukan dan berpamitan.

Sesampainnya dirumah,

Kiara membuka galeri foto dilihatnya satu persatau foto hasil jepretan tadi dengan Anindia sampailah pada satu pilihan yang menurutnya bagus, lalu mempostingnya di Wa dan sosmed lainnnya.

Sejenak Kiara pun mematikan datanya dan rebahan menikmati liburan yang singkat ini. Tertidur pulas dan hanyut dalam mimpi di siang hari. Bangun dari tidur siang membuatnya sedikit kesal, seperti bayi yang belum tidur pulas namun dibangunkan kebisingan. Setelah terbangun dari tidur siangnya, Kiara pun mengaktifkan data, menunggu chatan Anindia, tiba-tiba ada satu pesan panjang yang membuatnya terheran-heran. Bukan pesan dari Anindia melainkan pesan ungkapan perasaan Dera.

Saya mungkin bakalan berdosa bilang seperti ini dan mengungkapkan kebenaran dan mungkin kurang ajar juga…Tapi wakttu pertama kali chat kamu saya buat satu kebohongan (sayaa tidak menyukaiTeh Reni) saya hanya ingin dekat sama kamu. Dan lagi saat kamu nanya siapa yang saya sukai … saya berbohong saya gak mungkin jawab “kamu” lagian kamu tahu sendiri aku deket sama oranglain. Mungkin bakal terdengar kurang ajar kalau waktu itu saya jawab jujur. Dan kali ini saya jujur dan kurang aja juga. Kalau alasan saya betah diorganisasi karena ada orang yang disuka, tapi semenjak ada yang berbeda dari kamu saya jadi kurang nyaman. Jadi dua kebohongan. Maafkan … saya gak akan kontek kamu lagi, tolong rahasiakan ini. Saya akan blokir no kamu biar kamu nyaman.

Ungkapan yang membuat tanya dalam hati merasakan kelegaan, dan menemukan jawaban.

Cinta yang ditolak lebih baik

Daripada yang tidak pernah diungkapkan sama sekali.

Sebab memendam perasaan terlalu lama lebih merusak jiwa,

Dibanding patah hati sekali.

-@warungsastra

Part 15
Blokiran Pertama

 

Layar ponsel Kiara masih dilihatnya dengan seksama, membaca ulang pesan yang dia terima dari Dera. Kali ini dugaan hatinya menang telak dan membantah setiap praduga logika. Ketika membaca pesan sesekali Kiara mengatur nafas dengan baik menariknya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan, memikirkan jawaban apa yang harus dia ketik, kemudian membiarkannya begitu saja. Disaat dia memutuskan untuk mengabaikan tapi hatinya merengek untuk kemenangan dugaan yang hanya dibiarkan begitu saja, dan kali ini Kiara pun mengikuti permintaan hatinya. Membalas pesan dari Dera, dengan segera tangan Kiara lincah menuliskan balasan yang panjang, tapi semua itu berakhir naas ketika ceklis satu menegaskan bahwa dia sudah diblokir, dan ini adalah blokiran pertama yang Kiara rasakan dan dapatkan.

Tak pernah terlintas di benak Kiara bahwa dia akan mendapatkan blokiran, untuk pertamakalinya dia merasakan sesak dan kesalnya saat di blokir. Sepanjang menggunakan whatsapp dan social media lainnya tak pernah dia dapati diblokir atau memblokir orang lain. Pikiran Kiara mulai berbicara:

“Dugaan perasaan kamu memang benar tapi sekarang kamu merasakan kecewa lagi bukan? Dia datang lalu pergi, tetap mebingungkan mengungkapkan lalu pergi meninggalkan. Udahlah focus aja ke cita-cita jangan mengikuti perasaan dan cinta yang salah.”

 Pikiran Kiara seakan tidak ingin kalah dari perasaan yang selalu Kiara turuti, tapi pernyataan logika memang benar. Mengenal Dera bagaikan naik rollercoaster naik turun secara tiba-tiba, perasaan Kiara yang sesaat dibuat naik lalu turun dengan sangat cepat, jantung yang sering dibuat dagdidug tidak normal.

 

 

Awal Semester keempat,

Waktu liburan semesteran sudah berakhir pertanda zona nyaman rumah harus segera ia tinggalkan, angka jarum jam sudah menunjukan angka 11.30 transfosrtasi umum sudah ada didepan rumah, salam dan berpamitan seperti biasanya dengan adegan yang masih sama tangisan si bungsu yang tak henti-henti, matanya yang sembab, dan pelukannya yang erat membuat Kiara enggan untuk pergi, namun semuanya tidak bisa dihentikan dan harus berjalan dengan semestinya. Lambaian tangan Kiara kian jauh sampai tak terlihat, mobil melaju dan pergi begitu saja. Di sepanjang perjalanan angannya terbang kemana-mana, sesekali mengalihkaannya pada pemandangan jalan yang indah, tapi tetap kembali lagi pada angan. Bayangan tangisan si bungsu membuat Kiara tak tenang dan sedih, baru dua jam perjalanan handponenya bergetar panggilan dari my first love yang setia menanyakan bagaimana perjalannya, sudah sampai mana, mengabari si bungsu yang masih menangis dan diakhiri dengan do’a tulusnya. Do’a yang tak pernah tertinggal dari setiap percakapan teleponnya.

“Semoga sukses, diberikan kemudahan dan kelancaran. Dan semoga menjadi makhluk yang di sayangi banyak orang”

Doa mustajab yang Kiara rasakan, sepanjang hidupnya ia selalu diliputi orang-orang yang tulus menyayanginya, yang setia menemani kisahnya. Duduk dibangku perkuliahan dengan segala kejulidan sebagian orang,  menjadi seleksi alam yang menunjukkan siapa saja yang benar-benar tulus menyayanginya, hal ini membuat Kiara semakin merasakan kemustajaban doa tulus ibunya.

 

Senin pagi,

Jadwal perkuliahan sudah keluar dan hari senin masih sama seperti  waktu di SMA jadwal pagi bahkan teramat pagi, mata kuliah pengelolaan pendidikan yang tepat pukul 07.00 pagi dengan dosen yang super ontime. Bagi Kiara masuk dijadwal sepagi ini tidak menjadi masalah karena jarak dari kosan ke kampusnya hanya terhitung puluhan langkah, jarak yang sangat dekat. Dua matakuliah di hari senin telah selesai dilaksanakan, dan waaktunya pulang. Di semester 4 ini Kiara dan sahabat the sayurnya mulai berpikir dan bertekad untuk serius kuliah dan mengurangi jadwal gibahan dan rebahan di kosan. Sepulangnya dari kampus mereka pun langsung pergi ke perpustakaan memulai kegiatan yang baik dan positif. Membaca dan pada akhirnya kembali pada kebiasaan yang sama, jajan dan berakhir rebahan di kosan.

Blokiran pertama yang Kiara dapatkan sepertinya sudah pulih kembali, saat pulang menuju kosan ada satu pesan masuk, pesan dari kontak bernama “gj” untuk kesekian kalinya Kiara mendapatkan keanehan. Jarinya seakan tak merasakan kekapokan yang diikuti hanyalah keinginan yang ada dalam perasaannya saja, sekuat apapun logikanya berkata tetap saja dia mengikuti perasaan dan rasa penasarannya.

Blokiran pertama yang tidak membuatnya jera justru ingin lebih mengungkapkan apa-apa saja yang ada dalam perasaannya. Pemandangan aneh yang sahabat-sahabat Kiara lihat, terlihat raut keseriusan yang Kiara lakukan. Menggerakan jarinya, mengetik tulisan panjang, yang kemudian di hapus lagi. setelah tiga semester bersama, Kiara tidak pernah bercerita tentang perasaan dan kisah asmaranya, apalagi membalas pesan sampai seserius itu. Mereka hanya bisa memperhatikan gerak-gerik Kiara sampai akhirnya dia sendiri yang akan bercerita.

Setelah sahabat the sayur pulang ke rumah dan kosan masing-masing tinggalah Kiara sendirian, dengan kecamuk perasaan yang ingin segera ia luapkan.

Awalnya balasan pesan untuk manusia geje, dia balas dengan tulisan singkat, karena luapan perasaannya yang panjang maka berakhir di voicenote.

 “Ya kalau kamu serius datangi saja bapaku.” Balas Kiara.

“Emang kamu dah siap?” balas Dera

Di lubuk hati Kiara yang paling dalam belum ada kesiapan, membayangkannya saja masih takut apalagi langsung dalam kenyataan. Tak ada jawaban yang mengiyakan ataupun penolakan, bisa saling menjaga itu saja sudah cukup bagi Kiara yang masih dihantui ketakutan. Rekaman suara yang berdurasi 03 menit 36 detik itu menyatakan apa saja yang Kiara rasakan dari awal kehadiran Dera dalam kehidupannya, ketidak jelasaan, keanehan, datang dan pergi begitu saja, Kiara ungkapkan semuanya. Bahkan untuk permintaan Dera yang Kiara indahkan. Permintaan pertama agar Kiara tidak seenaknya mencurahkan isi hati dan perasaannya dan permintaan kedua agar Kiara dapat menjaga diri dengan baik dan jangan sampai dibonceng oleh lawan jenis. Mendengar permintaan itu Kiara langsung mengiyakan namun ada kekesalan dalam hatinya.

Setelah blokiran pertama yang Kiara rasakan, kini nama kontak yang bertuliskan “gj”  hadir kembali dan menjadi kontak yang paling atas dalam isi whatsapp Kiara. Berawal dari blokiran pertama keduanya pun saling berjanji untuk saling percaya dan yakin. Berdasarkan kesepakatan bersama Kiara pun memblokir kontak Dera dan sewaktu-waktu saat dia membutuhkannya dia bisa membuka kembali blokirannya. Blokiran pertama yang Kiara lakukan pada kontak di ponselnya.


 

Part 16
Makhluk Egois dan Manusia Geje

 

Untuk kessekian kalinya Kiara mengubah nama kontak Dera, dan sekarang nama kontak Dera berubah menjadi “gj” menggambarkan setiap ketidakjelasan yang Dera lakukan dan Kiara rasakan. Sejak Dera datang dan pergi begitu saja, tepatnya saat Dera mengirimkan pesan yang seakan mengakhiri semuanya semakin tepat bagi Kiara untuk mengubah nama kontaknya, manusia geje yang datang seenaknya mengirim pesan tanpa memikirkan hati penerimanya dan ketidakjelasan lainnya.

Seminggu setelah memblokir kontak Dera, Kiara pun membukanya kembali karena ada kepentingan yang membuatnya langsung tertuju pada manusia geje. Minta tolong, menanyakan saran  sudah menjadi hal yang mulai Kiara lakukan pada Dera, tepat hari senin setelah perkuliahan selesai ada acara di kampus sebelah yang membuat Kiara menghubungi Dera untuk mengantarnya ke kampus lain, karena Kiara ingat dengan janji dan permintaan Dera agar Kiara tidak dibonceng oleh oranglain.

Segeralah Kiara membuka blokiran dan mengirimkan pesan tersirat.

“Dimana?” P

Beberapa menit kemudian

“Di rumah, mau diantar kemana?” jawab Dera

Seakan sudah paham dengan makna kata“dimana”             yang Kiara kirimkan, kata tanya yang sudah menjadi kode rahasia yang hanya dipahami oleh mereka berdua. Karena Dera masih di rumah, Kiara pun melaju menuju kampus UNG dengan dua orang sahabatnya, di “deti” dempet tiga menjadi kebiasaan konyol yang dilakukan Kiara dan sahabat the sayurnya.

 

Sebuah kebetulan dan kesamaan yang aneh, yang kini Kiara rasakan. Bersamaan dengan pengubahan nama Dera menjadi “gj” hal yang sama juga dilakukan oleh Dera, dari hasil screenshootan yang Kiara dapatkan terbaca jelas bahwa namanya berubah menjadi Makhluk Egois. Sebuah kebetulan yang sama, tanpa ada janjian ataupun hal lainnya kedua nama yang menggambarkan masing-masing perasaan pemiliknya.

Informasi yang Kiara dapatkan dari Dera, penamaan makhluk egois sesuai dengan karakter Kiara akhir-akhir ini, makhluk egois yang ingin dimengerti tanpa mengerti orang lain.

“Nama yang sesuai sama kamu yang egois ingin dimengerti tanpa mengerti, kamu tahu ga rasanya ketika chat kamu berakhir di centang biru, terus yang bacanya nyindir lewat story. Bikin story bisa tapi ngebalas pesan ga bisa malah diabaikan. Semenjak itu nama kontak kamu aku ubah jadi “makhluk egois” balasan pesan dari Dera.

 

Seiring berjalannya waktu kedekatan diantara Kiara dan Dera kian bertambah, sharing, bercerita tentang masa lalu dan kadang sampai membicarakan masa depan.  Makhluk egois dan manusia gj kini sedang akur-akurnya, namun sikap dingin Kiara masih belum berubah. Disaat Dera memberikan perhatiannya, terkadang Kiara tidak membalasnya keegoisan yang kini Kiara akui, sikap yang selama ini tidak dia rasakan.

Semenjak kenal  dan dekat dengan Dera, Kiara dibuat semakin mengenal dirinya sendiri, penilaian yang berbeda yang Kiara dapatkan dari Dera. Penilaian orang-orang terhadap Kiara hamper sama menilai Kiara dengan penilaian yang positif, makhluk yang calm dan dewasa. Beda halnya dengan penilaian Dera yang blak-blakan menyebutkan Kiara makhluk yang egois, manja, dan kekanak-kanakan. Satu penilaian yang membuat Kiara merasa aneh. Dianggap baik dan dewasa oleh orang lain menjadi doa yang selalu dia aamiinkan. Penilaian manusia gj yang Kiara abadikan dalam catatan harianya.

 

Terimakasihku untukmu Manusia gj yang telah menyadarkanku akan setiap sikap burukku yang selama ini aku abaikan, tetaplah menjadi hembusan angin yang menyejukkan.

-angin

Pada sehelai daun Kiara sampaikan perasaannya saat ini, perasaan bahagia yang masih diliputi ketakutan. Kiara menuliskannya lalu naik keatas genting dan menerbangkan helaian daun yang dipenuhi tulisan ungkapan perasaannya. Untuk setiap kebahagiaan dan harapan daun di lepas dan diterbangkan, beda halnya ketika ungkapan kesedihan yang Kiara simpan dalam tabung rahasia.

“Jika manusia gj itu yang terbaik untukku tolong dekatkan aku dengannya hembuskan daun ini  hingga sampai padanya, jika bukan tolong jauhkan aku dengannya sejauh-jauhnya,”

 Dan sekarang……… terbanglah.

Sehelai daun dari ketinggian yang telah Kiara lepaskan turun dengan hembusan angin, tertiup dan menghilang.

 

Pandangan orang terhadapmu akan berbeda
sesuai dengan kedekatan yang terukur dan tertakar.

 

 

 


 

 

Part 17
Pindah Kosan

 

Pertengahan semester keempat,

Di semester ini ada warna baru yang menghiasi perjalanan Kiara penambah kisah kasih dalam catatan hariannya, warna yang memberikan kebahagiaan sekaligus ketakutan bagi Kiara. Dia takut terbang terlalu tinggi dan tiba-tiba jatuh kedalam jurang. Selain itu ketakutan terbesarnya adalah dia takut terjebak dalam lembah dosa yang didukung oleh hawa nafsu. Cobaan perasaan yang tiada hentinya. Disisi lain kebahagiaan dan kesepian yang mulai sirna tapi disisi lain ada ketakutan takut terlibat dalam dosa berpacaran. Sulit bagi perasaan Kiara untuk mengakhiri semuanya, disiang hari dia tersenyum setiap kali menerima pesan dari Dera, di malam harinya dia bersujud memohon ampunan. Dia sadar bahwa dia adalah makhluk munafik yang tahu tentang hukuman dari perbuatan dosa namun malah terbawa arus dan lebih mengikuti perasaannya. Meskipun diantara Dera dan Kiara tidak terikat hubungan pacaran dan komitment tetap saja interaksi diantara keduanya seolah sepasang pasangan yang saling memberi kabar dan perhatian.

Dalam keheningan malam, mata Kiara sulit untuk dipejamkan kejadian demi kejadian hadir dalam benaknya. Keheningan kosan membuat Kiara semakin terjebak dalam angan, sikap individualis yang terlihat nyata di kosan putri ini, kian membulatkan Kiara untuk pindah dari kosan, selain itu kosan ini sudah diketahui oleh teman laki-lakinya seperti Fauzi, Dera dan Iman. Rencana untuk pindah kosan telah Kiara tuliskan dalam buku birdong, seminggu setelah itu keajaiban datang disaat Kiara jajan bakso langgananya ada seorang Ibu yang menawarkan kosan, ibu yang ramah, Kiara pun dibuat jatuh cinta pada karakter calon ibu kost. Hari rabu bertemu dengan ibu kost dan hari jumatnya dia putuskan untuk pindah kosan.

Saat pertamakali masuk ke kosan putri yang bernama kosan ceria anak kosan disana baik dan ramah satu kerinduan yang akan terobati keramahan dan kebersamaan yang sama seperti di kosan putri Barokah. Setelah dua hari menimbang, meminta saran orangtua, Kakak, sahabat the sayur, Kiara pun mantap untuk pindah kosan tapi dalam hati Kiara ada keraguan, namun keraguan itu sirna saat sikap acuh tak acuh yang diperlihatkan oleh penghuni kosan Rajawali, jangankan membantu berkemas bertanya dan senyum pun tidak.

Selain karena factor keindividualisan, ingin menjauh dari Dera menjadi salah satu alasannya. Pikiran Kiara berkata

“Jika kamu memiliki banyak kesibukan dan interaksi dengan oranglain akan membuatmu melupakan dia dan komunikasi kamu dengan dia pun akan terkikis dengan sendirinya. Kebersamaan dengan teman barumu akan membuatmu jarang menghubungi Dera. Sudah pindah saja.” Bisik pikirannya.

Ketika pikiran Kiara berkata Kiara pun mengikuti saran yang ada dalam pikirannya, perasaannya kini ia abaikan.

 

Jumat,

Sepulangnya dari kampus Kiara dan keempat sahabatnya segera berkemas membereskan pakaian yang akan Kiara bawa dan peralatan lainnya. Berkemas selama hamper sejam membuat wajah-wajah lelah dari sahabatnya terpancar nyata. Untuk kedua kalinya mereka merasakan lelah yang sama. Di semester tiga Kiara pun melakukan yang sama pindah kosan menjadi kebiasaan yang tidak aneh bagi Kiara bahkan tak jarang sahabatnya mengolok-olok Kiara atas kebiasaan buruknya itu. Setiap kali melihat kosan yang diangggapnya nyaman disaat itu pula sahabatnya menutup mata Kiara dan mengucapkan istiggfar.

Jarak dari kosan rajawali ke kosan ceria lumayan jauh, sahabatnya dibuat kewalahan setelah 7 kali putaran semua perlengkapan sudah sampai kosan ceria. Istirahat sejenak lalu merapihkan dan menyusun dengan baik. Tiga jam sudah waktu berlalu, kelima orang itu masih merasakan lelah tapi rapat organisasi kampus menggerakan langkah mereka dalam keadaan lelah.

Malam pertama di kosan ceria

Di ruang tengah empat orang sedang berkumpul ditambah satu orang wanita paruh baya dengan segala keramahannya mengenalkan Kiara pada tiga orang lainnya. Berkenalan dan saling menjaga satu sama lain diakhiri dengan foto bersama. Kehangatan yang selama ini Kiara rindukan. Nonton bersama bahkan makan bersama di malam hari meskipun masih ada kecanggungan yang Kiara rasakan. Untuk malam pertama yang berkesan dan menyenangkan.

 

Sabtu,

Hari kedua dikosan ceria kesibukan setiap penghuni kos semakin terlihat. Satu hari tanpa penghuni, Teh Irma yang sibuk kerja sampai sore, Teh Rita yang sibuk di acara kampus, Nina yang sibuk main ke rumah saudaranya, dan Kiara yang sibuk diacara PO organisasinya. Mereka hanya berkumpul dimalam hari dengan wajah-wajah lelah tak ada kumpul bersama dan makan bersama semua penghuni kos diam di kamarnya masing-masing.

Malam kian larut angka jarum jam telah menunjukkan 00.00 tapi mata Kiara belum juga terlelap di malam kedua di kosan ceria kian menambah ketidaknyamanan keputusan yang diambil tergesa-gesa membuat Kiara ada dalam penyesalan yang mendalam, nyatanya tak ada bedanya masih dalam keheningan. Dalam larutnya malam mata yang belum terpejam suara ringkik dan tangisan membuat Kiara ketakutan belum lagi ada penampakan aneh dibalik kaca jendela kamar Kiara. Nafas Kiara tersenggal-senggal, keringat dingin membasahi tubuhnnya jantungnya yang berdetak abnormal membuat dia semakin tidak merasakan kenyamanan. Waktu berjalan terasa lambat, adzan subuh belum juga terdengar. Semalaman tanpa mengerjapkan mata membuat Kiara lelah. Pergolakan batinnya yang meronta-ronta memintanya untuk kembali lagi pada kenyamanan yang pernah ada.

 

Minggu,

Kegiatan yang berturut-turut dilakukan membuat siang Kiara terasa menyenangkan sejenak tentang beban perasaan mengenai kosan barunya mulai terlupakan. Ada banyak canda dan tawa namun malam harinya kembali pada peredaran yang sama- hening-

Dua hari dikosan baru dengan pergolakan batin yang terhimpit ketidaknyamanan berhasil membuat berat badan Kiara menurun, tulang di pergelangan tangan mulai terlihat jelas sahabat the sayurnya merasakan apa yang Kiara rasakan, meskipun tersenyum ada lamunan yang tidak bisa disembunyikan, mereka mulai merasakan kekhawatiran yang sama.

Kunci kosan rajawali masih ada ditangan Kiara, setiap kali ingin menyerahkan pada Bapak kost ada saja yang menghambatnya. Keadaan seakan mendukung Kiara untuk kembali pada kamar kosan berwarna gading yang menyediakan banyak kenyamanan. Sesekali dia menangis, menyesali ketidaknyamanan ini, lamunan panjangnya secara tidak sadar membuat Whatsapp Kiara terhapus. Dicarinya ikon berwarna hijau muda, namun tak kunjung temu sampai akhirnya dia sadar apklikasi yang sudah ter-uninstall.

Dimalam panjang penuh dengan lamunan Kiara pun meng-install ulang dan menghubungi setiap orang terdekatnnya, termasuk Dera. Tekadnya untuk pindah kembali ke kosan rajawali hamper urung dilakukan, meminta bantuan sahabatnya lagi, berat bagi Kiara rasa kasihan dan tidak enak meliputi Kiara. Sampailah tekadnya pada satu orang yang akan ia mintai bantuan. Dera menjadi orang yang ia mintai saran lalu bantuan, dengan keyakinan yang diberikan Dera membuat Kiara merasa lega.

Pindah kosan salahsatu alasan untuk menjauh dari Dera justru membuatnya semakin dekat. Satu keadaan yang tak bisa Kiara elakkan.

 

 

Senin,

03.00

Setelah berdoa dan mencurahkan hati pada Sang Kuasa, Kiara pun segera berkemas membereskan pakaian, mengemas peralatan makan, alat masak dan perlengkapan lainnya. Sudah seperti maling semuanya dilakukan pelan dan sembunyi-sembunyi. Penghuni kost lainnya masih terlelap dalam tidur, ketika adzan subuh berkumandang Nina bangun dan bertanya.

“Kamu mau kemana udah beres-beres?” Tanya nina heran

“Kayanya rencana aku jadi deh.” Jawab Kiara pelan

“Jadi pindah? Padahal disini aja dulu nanti juga bakal nyaman dengan sendirinya.”

J ‘ Kiara hanya tersenyum

Seolah mengerti dengan senyuman Kiara, Nina pun tidak berkata apa-apa selain membiarkan kemauan Kiara. Tak ada yang membantu, semuanya sudah siap. Dibukanya pesan dari Dera yang sudah diperjalanan menuju kosan Kiara. Tidak perlu menunggu lama bunyi klakson motor Dera sudah berbunyi. Senyuman pun hinggap pada Kiara.

Dibukalah pintu utama kosan, kesigapan Dera terlihat jelas di mata Kiara. Bentuk kesungguhan yang Kiara rasakan. Di pagi buta ini dia datang untuk membantu Kiara, jarak yang jauh dan waktu tidak menjadi penghalang. Sungguh hari ini Dera berhasil membuat Kiara terbang berhembus bersama dengan tiupan angin,

Keduanya berkemas dan mengangkat barang-barang, di putaran ke dua tiba-tiba Ibu kost datang menghampiri Kiara. Dia pun merasa takut, malu dan terkejut. Ibu kostan ceria mengajak Kiara untuk berbincang diruang tengah membujuknya agar memikirkan keputusan dengan matang. Kiara merasa seperti terdakwa yang sedang disidang di cecar banyak pertanyaan, untungnya Dera ada disana sebagai penengah dan pembela Kiara. Setelah terjadi obrolan panjang akhirnya Ibu kost yang baik itu mengizinkan Kiara untuk kembali ke kosan Rajawali.

 

Kamu adalah hembusan angin yang menyejukan. Dan kini aku benar-benar jatuh cinta.

-angin


 

Part 18
Terungkap

 

Senin,

Masih di hari yang sama, niat Kiara untuk pindah kosan tanpa bantuan dan merepotkan sahabat the sayur akhirnya terjadi. Ba’da subuh Kiara sudah memberitahu sahabatnya bahwa dia akan masuk mata kuliah Pak Ana di jam 10.20 bersama dengan kelas 2C tanpa memberitahukan alasannya.

07.30

Semua barang-barang sudah mendarat di dalam kamar kosan Kiara, setelah bolak-balik sampai juga pada akhir yang melelahkan. Ketika semuanya sudah selesai, Dera pun berpamitan dan berlalu sampai tak terlihat tapi wangi khasnya masih tersisa bersama dengan Kiara.

Rehat sejenak, melihat pemandangan kamar yang sudah seperti kapal pecah dalam kelelahannya Kiara pun segera membereskan dan merapihkan kamar kost. Waktu terus berjalan perut masih kosong pekerjaan masih menumpuk membuat Kiara mengabaikan teriakan cacing-cacing diperutnya. Tetap focus pada pekerjaan sambil terus melihat angka jarum jam.

 

09.45

“Akhirnya pekerjaan yang melelahkan ini selesai juga” sahut Kiara dalam hati sambil merentangkan badannya di kasur.

Semua sudah terpasang rapih, seperti lima hari yang lalu, rebahan sebentar sampai terlelap tidur. Untungnya dia sudah memasang alarm, tepat diangka 10.00 alarmnya berbunyi, dengan segera Kiara pun mandi membersihkan diri yang mulai layu ini.

5 menit lagi jam perkuliahan akan dimulai, dengan segera Kiara bergegas lari dan sampailah di kelas dengan nafas tersenggal-senggal. Telat masuk di kelas oranglain akan membuat Kiara malu. Sendiri di kelas oranglain sungguh membuat Kiara merasa tidak nyaman, jarum jam yang berjalan seakan melambat, sesekalai dia pun membuka layar ponselnya. Di grup yang bertuliskan “sayur” telah penuh dan riuh, disaat dosen menerangkan Kiara malah asyik membalas pesan grup dan pesan dari Dera. Dera yang perhatian yang mengingatkan Kiara untuk makan, seakan tahu dari tadi teriakan cacing di perut Kiara yang diabaikaan.

“Beruntunglah kamu cacing hari ini ada yang perhatian padamu, dia memang perhatian. Cacing diperutku saja dapat merasakannya” bisiknya didalam hati sambil tersenyum kecil.

Jadwal pun berakhir dengan sendirinya, Kiara dan sahabatnya bertemu di pelataran Masjid saling mencari dan akhirnya bertemu.  Seperti anak yang sudah lama tidak bertemu dengan ibunya mereka pun berpelukan, diikuti pertanyaan yang berhamburan.

 Sebelum Kiara menjawab semua pertanyaan keempat sahabatnya, dia pamit sebentar untuk membeli perbekalan cacing di perut bersama dengan Sifa. Dan ketiga sahabat lainnya menunggu di pelataran masjid. Kepindahan Kiara tanpa sepengetahuan sahabat the sayur. Mungkin ketika mereka menunggu Kiara di kelas lain ada obrolan dan dugaan yang menimbulkan beberapa pertanyaan.

“Indi, kamu kenapa?” Tanya sifa heran sambil merangkul dan menatap Kiara dalam-dalam.

“Ada something” jawab Kiara misterius

“Iiiiiiiiii,, ayo dong cerita.” Pinta Sifa

Kiara hanya tersenyum dan mengambil ancang-ancang untuk memberitahu kejadian pagi ini.

“Aku pindah kosan lagi” kejutnya sambil tersenyum malu

“Ya Allah…. Indi ternyata dugaan kita benar.” Ujarnya lega

“Siapa yang bantuin kamu?” tanyanya lagi.

“Ada someone, J “ jawab Kiara mencurigakan

Dia yang selama ini Kiara sembunyikan dan tak pernah ia ceritakan kecuali pada Teh Rahayu, tiba-tiba satu nama yang Sifa sebutkan membuat Kiara kaget dan tidak bisa mengelak.

“Kang Dera? Benarkan?” Tanya Sifa mengagetkan

“Bu… bu… kan, kenapa kamu nyangka dia yang bantuin aku?” tanya balik Kiara

“Kamu gak bisa bohong, benaarkan”

“Hmm… iya.” Jawabnya pasrah.

“Ternyata hasil pengamaatanku selama ini benar lho Ndii.” Ucapnya penuh bangga

“Hasil pengamatan?” tanyanya heran

“Iya selama ini aku ngamatin gerak-gerik kang Dera, dia care banget sama kamu. Apalagi pas kita ikutan kursus jelas banget tauuu. Dan sekarang dia bantuin kamu. wkwkwk” Tutur Sifa.

Kejadian yang selama ini Kiara sembunyikan akhirnya terungkap dengan sendirinya, satu orang tahu semua member di the sayur juga wajib tahu untuk setiap hal kecil maupun besar kejujuran dan saling terbuka menjadi pondasi persahabatan mereka.

Sekembalinya Kiara dan Sifa dari warung hijau, gelak tawa Sifa yang penuh tanya membuat ketiga sahabatnya bingung dan penasaran. Belum sempat Sifa menjawab pertanyaan, Kiara langsung mengajak mereka ke kosan. Kebingungan pun menghampiri mereka ketika langkah kaki Kiara mengarah menuju kosan rajawali.

“Indiii? Kenapa kesini?” tanya Yani, Aini dan Maryam serempak

“Aku pindah lagi J” Jawabnya malu

Respon dan tanya yang sama seperti Sifa. Seketika sifa pun memberikan isyarat dibalik gelak tawanya tadi dan mereka pun mengerti.

Kosan ini menjadi kosan ternyaman untuk rebahan, belum sempat rebahan tanya kian berhamburan dan akhirnya semuanya pun terungkap.

Ketidaksengajaan yang membuat semuanya terungkap, dan kini untuk pertamakalinya sahabat Kiara mendengarkan ungkapan terpanjang dari Kiara bahasan yang sebelumnya tidak pernah keluar dari mulut Kiara, yaitu bahasan tentang perasaan.

Keujujuran dan saling pengertian mampu mengeratkan
 hubungan tanpa darah semakin erat dan berkesan.
Sahabat adalah hadiah terindah, hubungan tanpa darah namun bisa sedekat nadi yang berarah.

 


 

Part 19
Cemburu…

 

 

Seminggu setelah kembalinya Kiara ke kosan berwarna gading, kedekatan Kiara dan Dera pun semakin mendekat, tiap hari dan tiap malam saling bertukar pesan dan perhatian. Sesuai dengan perjanjian awal keduanya harus mampu menjaga jarak dan mengendalikan perasaan agar tidak terjerumus dalam ikatan yang salah. Kiara pun kembali memblokir kontak Dera.

Kamis,

Kamis malam yang syahdu, kini Kiara merasakan kesepian tak seperti biasanya. Hampir tiap malam bertukar pesan dan kini kontak Dera dalam keadaan di blokir, ingin rasanya membuka blokiran itu tapi Kiara harus tetap menjaga dan membiasakan rasa sepi itu hadir sebelum semuanya jatuh lebih dalam lagi.

Snap WA Fauzi menjadi pusat informasi tentang keberadaan Dera saat ini, ada perasaan lega yang meliputi Kiara dia sang angin, baik-baik saja dan semangat yang terpancar dari wajah Dera membuat Kiara bahagia, setidaknya hari ini dia berkumpul dengan orang-orang yang baik dengan kegiatan yang positif.

Ketika melihat story WA ada satu kejanggalan dalam hati Kiara, satu snapan dari seseorang yang bernama Mba Yani, sebuah capture yang menunjukan isi percakapan. Seketika dugaan Kiara langsung terbang menuju Dera, ketikan dan kata-kata yang tak asing bagi Kiara apalagi Dera pernah mengirimkan salinan percakapannya dengan Mba Yani, dan hari ini dugaan dan kekecewaan Kiara tak dapat dibendung lagi.

Dia merasa menjadi sehelai daun yang tertiup angin, sang angin yang dulu memberikan kesejukan kini membuat helaiannya patah kemudian terjatuh.

Cemburu tak henti-henti menghampiri perasaan Kiara, meskipun masih dalam dugaan tapi rasa cemburu tak dapat dihentikan. Malam ini tak ada persediaan daun untuk dijadikan media tulisan, semuanya dia tumpahkan dalam buku catatan harian. Untuk malam yang panjang, untuk cemburu yang tak berkesudahan.

Menahan cemburu dan praduga sendirian cukup membuat pertahanan Kiara menurun, dia pun memutuskan untuk menceritakannya pada sahabat the sayur, karena kini mereka sudah mengetahui kedekatan Kiara dan Dera. Grup sayur kini ramai dengan isi curhatan Kiara, sahabat-sahabatnya memberikan saran dan semua itu membuat Kiara sedikit tenang.

 

02.00

Janji kedua,

Baru tiga jam terlelap dari tidurnya kegelisahan berhasil membangunkan Kiara. Untuk melepaskan segala rasa gelisah Kiara harus bersandar dan bersujud pada Sang Maha Cinta. Dengan segera Kiara beranjak mengambil air wudhu kemudian bersujud memohon ampunan dan mencurahkan isi hatinya.  Dalam doanya Kiara sadar untuk kesekian kalinya dia menceritakan orang yang sama dan rasa kecewa yang sama pula. Dia berjanji pada Sang Maha Cinta untuk menjauhi Dera agar tidak merasakan kecewa lagi. sebuah teguran manis yang membuat air matanya mengalir deras.

Jumat pagi,

Langkah Kiara bergerak menuju kampus, hari ini lelah yang Kiara rasakan 3 jam tidur membuatnya lemas, langkah kaki kian mengecil. Puluhan anak tangga harus di lewati satu persatu dengan pelan tangan memegang dinding, pandangan kosong mata sembab lengkap sudah pemandangan aneh yang nampak dari Kiara. Sesampainya di kelas, sahabatnya langsung memeluk memberikan dukungan. Diam itu saja yang bisa dilakukan Kiara, tapi semangat dan ajakan sahabat-sahabatnya membuat Kiara kembali ceria. Melupakan semua kisah yang ada tertawa lepas. 

Rasa cemburu yang menghampiri, membuat Kiara bersyukur dari kejadian ini ketulusan dan perhatian dari sahabatnya kian terasa.

Sepulangnya dari kampus dan tempat spot foto yang membuat Kiara bahagia, dua motor sahabat the sayurnya langsung melaju menuju kosan. Satu motor yang ditumpangi oleh tiga orang penumpang, melaju saling beriringan.

Cacing-cacing diperut yang mulai berdamaian, sepoi angin yang menyejukan membuat mata tak sanggup untuk terlelap, mereka semua tidur berjejeran sampai waktu ashar tiba. Setelah bangun dan shalat tiba-tiba satu pesan dari Fauzi menjadi obrolan dan diskusi hangat bagi Kiara dan sahabatnya.

“Indii kata Dera buka blokiran” pesan dari fauzi

Mendapatkan pesan dari Fauzi membuat beberapa saran bermunculan ada yang mendukung untuk membukanya dan ada juga yang memberi saran untuk mengabaikannya. Kiara dibuat seolah lupa akan janjinya malam tadi. Dibukalah blokiran itu, dan pesan dari Dera pun masuk ke ponsel Kiara tanpa dia balas.

Dugaan Kiara masih sama, dan menduga bahwa Dera tahu tentang rasa cemburu yang saat ini dia rasakan namun semua itu menjadi dugaan yang salah.

Untuk menjawab rasa penasaran dan cemburunya Kiara pun mengirimkan satu gambar berisi kata-kata yang sesuai dengan keadaan hatinya saat ini. Dera pun membalas dan menjelaskan semuanya. Penjelasan yang sia-sia bagi perempuan yang sedang di bakar api cemburu apalagi bagi Kiara yang mudah membatu.

 

Rasa cemburu yang tak semestinya ada membuat Kiara menutup diri dan menenangkannya sejenak dari permukaan dunia yang melelahkan.

Wanita mampu meneyembunyikan cinta selama 40 tahun lamanya,
tapi  tak mampu menyembunyikan cemburu meski sesaat.”

Ali Bin Abi Thalib

 


 

Part 20
Kejadian yang Sama

 

 

Sabtu,

Kiara masih diliputi rasa cemburu, disaat yang sama Dera terus menghubungi Kiara memintanya untuk percaya bahwa tidak ada hubungan apapun antara Mba Yani dan Dera.

Tapi hati Kiara masih sangat keras dan membatu, usaha Dera untuk meyakinkan Kiara dan menghilangkan rasa cemburunya hanyalah sia-sia. Tawaran Dera untuk tukeran akun WA sempat Kiara tolak, setelah drama panjang akhirnya Kiara pun mengiyakan tawaran Dera.

Tawaran Dera membuat Kiara terbang ke masa lalu. Kejadian yang sama yang membuat Kiara ingat pada masa putih biru. Teringat dengan perlakuan yang sama, yang dilakukan pacar pertama Kiara di masa lalu, masa ketika Rega yang meyakinkan Kiara saat banyak orang di sekolah bergosip ria tentang kedekatan Rega dan Mia yang bukan lain adalah sahabat Kiara sendiri. Cemburu Kiara pada waktu itu bukan tanpa alasan, Mia yang selalu mengejar Rega sampai akhirnya Rega menyatakan perasaan dan memilih Kiara. Seminggu setelah jadian Kiara dibuat cemburu, dan Rega pun menawarkan diri untuk menukarkan sim card nya pada Kiara. Di masa putih biru belum ada aplikasi semacam whatsapp, tukeran sim card menjadi salah satu solusi untuk membuat Kiara percaya. Setelah Kiara mendapatkan sim card Rega aksi licik Kiara berlanjut, aksi yang saat ini sama ia lakukan pada Mba Yani.

Kiara memang aneh, dia merasa cemburu tapi saat dia sendiri yang melakukan chatan langsung dengan perempuan yang ia cemburui maka senyuman langsung datang menghampirinya. Kejadian yang sama dan berulang.

Ini adalah kejadian yang sama, dan untuk kedua kalinya Dera berhasil menghidupkan kisah-kisah di masalalu Kiara. Curhat diatas helaian daun yang hidup kembali setelah dia mengenal Dera, sampai tawaran yang sama, semuanya nyata sama persis.

Setelah keadaan hati Kiara mereda dan perlahan rasa cemburunya hilang, pesan-pesan dari Dera berhasil membuatnya tersenyum kembali.

 

Minggu,

Kegiatan olahraga yang diadakan di KAMMI mau tidak mau membuat Kiara bertemu dengan Dera, setelah perasaan yang mulai mereda nyatanya Kiara masih tetap sama diam dan marah. Sesekali Dera bertanya pada Kiara namun dia abaikan, rasa kesalnya masih membekas dalam hati Kiara dan membungkam mulutnya, terkunci oleh rasa cemburu. Kiara yang saat ini benar-benar menyebalkan. Apa maunya tak ada yang tahu termasuk dirinya sendiri. Manusia rumit dengan segala keanehannya.

Kebatuan Kiara mulai melunak ketika Dera meminjamkan buku yang berisi tentang pernikahan.

“Coba kamu baca ini, buku yang cocok bagi mereka yang ingin nikah muda.” Tutur Dera lembut

Tanpa menjawab Kiara pun mengambil buku itu, dan mulai membacanya.

Pertandingan futsal telah berakhir, para pemain dari organisasi lain mulai berhamburan pergi meninggalkan GOR, yang tersisa tinggal kader Kammi. Kegiatan mereka belum berakhir sampai di jam ini. Masih ada rangkaian acara lainnya, yaitu survey lokasi dan mmembersihkan gedung yang akan digunakan untuk acara Milad KAMMI besok hari. Beberapa motor melaju menuju Gedung berwarna biru muda, disana mereka dibuat sibuk membagi tugas dan bekerjasama dengan baik. Gotong royong dan saling membantu satu sama lain. Menyapu sampai mendekor ruangan mereka lakukan bersama.

 

Adzan ashar telah berkumandang,

Semua orang yang sedang bekerjasama langsung berhamburan menuju mushala kecil yang ada di lantai 1.

Ada satu kejadian yang membuat Kiara tersenyum bangga, ketika melihat Dera menjadi imam shalat. Kejadian yang sama yang membuat Kiara kembali pada masa putih biru, dengan orang yang sama pula.

Di masa lalu saat Kiara menjadi panitia perkemahan di acara PRAMUKA, Rega menjadi imam shalat untuk Kiara dan keempat sahabatnya.

 

Keesokan harinya,

Setelah badai cemburu yang kemarin hinggap di hati Kiara, kini hatinya kembali membaik api cemburu yang sudah padam dan mereda. Handphone Kiara bergetar panggilan masuk dari kontak berinisial “Dn” memanggil, terlihat lengkungan senyuman di wajah Kiara. Inisial yang berhasil membuatnya tersenyum bukan lain adalah Dera, yaa untuk kesekian kalinya nama kontak Dera diubah setelah gj kini Dn. Obrolan singkat dengan topic masa depan, pernikahan dan keseriusan.

Lagi dan lagi, dengan kejadian dan obrolan yang sama. Kiara dibuat pergi lagi ke masa lalu yang sama, Rega, semasa duduk di bangku SMP ada obrolan dengan doa yang sama. Masih jelas terngiang di telinga Kiara saat Rega mengatakan keseriusannya dan membahas masa depan, yang membuat imajinasinya berjalan lebih cepat.

 

 

 

 

Dan kini kejadian yang sama, ia dengar dengan sama jelasnya.  

Mengenal dan dekat dengan Dera membuat Kiara kembali pada masa lalu yang pernah ia lupakan dan kini hadir kembali pada kejadian yang sama namun dengan orang yang berbeda.

 

 

Lagi dan lagi…

Kehadiranmu bagaikan bayangan dimasa lalu.
Dan kamu adalah gabungan dari puzzle yang pernah aku temukan.

-angin

 

 


 

Part 21
Mengikhlaskan

 

 

Dipandanginya foto 2 orang perempuan yang ada di sisi kanan dan kirinya berlatar danau kecil dengan sepasang angsa putih, foto 3 tahun yang lalu tepatnya. Dilihatnya dengan seksama, mengatur nafas dengan pelan dan perlahan, dan hatinya berkata “Sudah waktunya”

Dalam keheningan malam Ahmad berdialog dengan hati dan pikirannya, sudah waktunya bagi Ahmad untuk mengikhlaskan perempuan impian sekaligus perempuan bayangannya. Kini ia bulatkan tekadnya untuk mengikhlaskan. Tak ada yang lebih melegakan selain mengikhlaskan daripada terus menunggu dalam ketidakpastian. Anindia dan bayangannya yang tak mungkin ia persunting di waktu yang dekat ini, sedangkan target menikah sudah ada di depan mata. Keduanya sudah sangat menjauh dari peredaran Ahmad, lalu dia pun memutuskan untuk mengikhlaskan keduanya seikhlas-ikhlasnya, dan focus pada pemantasan diri yang sebenarnya.

Sebulan setelah proses mengikhlaskan, lebih banyak memantaskan dan mendekatkan diri pada Allah itu yang dilakukan Ahmad, dan Maha Baik Allah yang langsung mempertemukannya dengan seorang perempuan sholehah nan anggun, hafidzah dan lulusan terbaik dari salah satu universitas negeri di Bandung.  Untuk proses yang singkat namun langsung berlabuh dan menetap. Asmarani perempuan shalihah yang kini menjadi pendamping hidupku.

***

 

 

 

 

Pertengahan semester keempat,

Sabtu,

Pergolakan hati Kiara kian mendidih membuatnya terjebak dalam kegelisahan dan ketidaktenangan, tidur di setiap malamnya di liputi kegundahan. Semua ini buah dari perbuatan dosa-dosa, pikirnya begitu.

Kiara sadar langkahnya sudah sangat jauh, langkah yang mulai jauh dari cahaya cinta Sang Maha Cinta, langkah yang kian mengikuti hawa nafsu, dan langkah yang membuatnya terjebak dalam lembah dosa yang meredupkan cahaya cinta yang sesungguhnya.

Disisi lain ada kebahagian yang Kiara rasakan, dekat dengan seseorang yang memberinya banyak perhatian, dewasa, dan menjadi tujuan saat dia membutuhkan sesuatu. Dekat dengan dia yang telah memberinya warna baru. Messkipun tak ada hubungan resmi atau terikat dalam ikatan “pacaran”, tapi kedekatan diantara keduanya tidak bisa membohongi nurani Kiara, dan dia sadar bahwa semua itu menjurus pada lembah dosa.

Malam-malam yang sama, kegelisahan yang membuat tidurnya kurang dari 4 jam, shalat kemudian berdoa dan menangis tapi masih dalam lembah yang sama membuatnya di liputi ketidaktenangan.

Merenungi setiap perbuatan yang Dia lakukan akhir-akhir ini, membuatnya sampai pada satu keputusan. Keputusan yang didukung oleh banyak hal. Selama proses perenungan itu laman Instagram Kiara menunjukan beberapa video dan picture tentang pentingnya mengikhlaskan, video dengan konten yang seolah menyindir perbuatan yang Kiara lakukan, kata-kata yang kian membuatnya resah. Saat menonton youtube pun sama kajian/ceramah tentang bahayanya mendekati zina, dan beberapa hal lainnya yang membuat Kiara semakin berpikir keras.

Pergulatan batin yang tiada henti membuat air matanya kembali menetes, pada helaian daun yang ia terbangkan ada dua kata yang mewakili perasaan Kiara “ikhlaskan / halalkan?”

Menimbang kedua pilihan itu, Kiara sadar memilih halalkan adalah pilihan yang tepat di waktu yang salah, mengingat tentang kesiapan yang dia miliki serta mimpi dan harapan orangtuanya, membuat dia menyerah pada perasaannya sendiri. Mengikhlaskan adalah pilihan terakhirnya, mengikhlaskan dia yang kini ada dalam hatinya, dia yang membuat harinya bersemangat dan dia yang mulai masuk dalam daftar orang yang Ia sayangi. Bukan hal mudah bagi Kiara untuk menetapkan pilihan ini, meninggaalkan orang yang baru saja menghiasi harinya, dan kini keputusan besar harus tetap Ia putuskan. Sebelum semuanya terlalu jauh.

 

Minggu,

Hari minggu menjadi hari mencari ilmu, seperti biasa Kiara mengikuti kajian di masjid Muttaqin apalagi tema yang akan di bahas oleh Ustadz Rama bertemakan tentang “Hawa Nafsu”, langkah kaki Kiara beranjak menuju Masjid, di langkah pertama ada doa dan harapan yang Kiara panjatkan semoga kajian hari ini menambah keyakinannya dalam menentukan keputusan. Hari ini tak ada pesan dari Dera, Kiara pun mematikan ponselnya dan focus ke materi kajian. Dan benar saja materi kajian itu mengarah pada apa yang sedang Kiara rasakan, tentang beberapa jenis hawa nafsu yang harus dihindari. Semua materi masuk dan meyakinkan keputusan Kiara untuk mengikhlaskan Dera.

Kajian telah selesai, setelah shalat dzuhur berjamaah Kiara pun langsung bergegas untuk pulang. Hatinya sedang tidak baik-baik saja, pandangan Kiara kosong, kakinya melangkah namun serasa tidak menapaki jalan, Kiara sudah seperti mayat hidup pucat pasi tanpa warna. Masih dalam lamunan yang panjang, tiba-tiba wangi yang tertiup angin sampai ke lorong hidung Kiara, wangi yang sama yang saat ini sedang ia rindukan namun akan segera ia ikhlaskan. Alam seakan menjegal langkah dan keputusan Kiara, pertanyaan yang meragukan kian bermunculan tapi tekadnya sudah terlanjur bulat.

Sesampainya di kamar kost,

Segera dibuka layar ponselnya, masih tetap sama tak ada notifikasi dari seseorang berinisial ‘Dn’, hal ini membuatnya semakin takut. Jika dia terus bertahan tanpa mengikhlaaskan akan sedalam apa perasaannya terhadap Dera, akan sejauh mana dia mengandalkan Dera, dan yang terakhir akan sejauh mana rasa sakitnya nanti setelah semuanya terlalu jauh. Mumpung masih di episode awal pikir Kiara meyakinkan.

Dimalam harinya Kiara pun mengirim pesan pada Dera, bukan pesan biasa tapi bom P, namun kecewa yang didapatinya, ceklis satu kian menambah kegelisahan.

Senin,

Di pagi buta, Kiara membuka layar ponselnya didapatinya pesan dari Dera.

“Ada apa? Maaf kemarin aku ga ngasih kabar ngedadak mantai” tulis Dera diikuti kiriman foto.

Foto Dera dengan kaos berwarna biru muda dan foto diatas pasir yang bertuliskan “Dn” membuat niat Kiara urung untuk dilakukan, namun hati nuraninya tetap meyakinkan dia untuk mengikhlaskan. Semuanya harus diselesaikan sekarang juga. Dengan berat hati dan nafas yang naik turun, Kiara pun mengungkapkan keinginan dan keputusannya. Keputusan terberat bagi Kiara dengan harapan semoga semuanya berakhir baik-baik saja.

Setelah proses yang cukup panjang akhirnya keputusan mengikhlaskan sudah dia ungkapkan dan dia pun memutuskan untuk memberikan buku bersampul ungu pada Dera. Buku yang merangkum segala hal tentang kesendirian dan masa penjagaan Kiara yang disimpan dan dirahasiakannya dengan baik, dan kini Dia ingin memberikannya pada orang yang dia percayai dengan harapan semoga kelak buku ini kembali lagi pada tangan Kiara. Ada beberapa halaman yang masih kosong yang bisa dilengkapi oleh Dera dan jika waktu menyatukan mereka kembali buku itu menjadi bagian yang utuh diisi dan dimiliki bersama.

 

 

Semoga kelak dipertemukan dengan cara yang baik dan benar.

-Qotp

Part 22
Terjebak Praduga

 

Rencana Kiara untuk menghidupkan harapan dan imajinasinya kandas di patahkan waktu dan keadaan. Buku yang Kiara yakini sebagai symbol belahan jiwa, yang akan dia serahkan pada Dera tak sampai dengan semestinya. Janjian lalu saling menunggu sampai akhirnya berakhir di kata “benci” dan blokir tanpa temu tanpa sapa dan tanpa serah terima.

“Dan kini kamu adalah makhluk yang paling aku benci” tulis Dera.

Kebiasaan buruk Dera yang tidak disukai Kiara yang mudah mengucapkan kata benci lalu memblokir kontak oranglain seenaknya saja membuat Kiara berpikir ulang untuk memberikan buku itu pada Dera, tidak sampai disana pikiran Kiara langsung melaju ke masa depan jika sekarang saja mudah mengucapkan hal yang demikian bagaimana jika kelak ketika dia menjadi seorang imam, pikirnya kian berkecamuk.

Selasa,

Hari ini ketenangan mulai menghinggapi Kiara, meskipun bayang-bayang Dera masih ada dalam benaknya. Setelah kejadian kemarin kata benci masih terngiang dalam ingatan Kiara lalu blokiran yang kian membuatnya yakin bahwa Dera tidak akan hadir kembali dalam hidupnya atau bahkan dalam layar ponselnya.

Sepulangnya dari kampus ketika Kiara dan sahabat the sayur sedang asyik menyantap seblak, tiba-tiba getar di handphone Kiara membuatnya tersedak. Pesan yang dia yakini tidak akan muncul lagi di layar handphonenya kini muncul dan membuatnya bingung.

“Aku udah terlanjur sayang, dan sayang banget sama kamu” pesan yang di terima Kiara

Masih hangat tulisan kata “benci” dia baca, kini kata “sayang” muncul tak berselang lama, setelah membaca pesan tersebut Kiara langsung membalasnya tanpa berpikir panjang apa yang akan dirasakan oleh pembacanya. Dengan luapan emosi yang menggebu-gebu di tulisnya pesan yang cukup panjang.

Jika kamu benar-benar sayang bukan seperti ini caranya. Dia yang benar menyayangimu tidak akan mengajaknya dalam lembah dosa, namun menjaganya. Gini aja sekarang mh kalo udah siap langsung aja datangi orang yang lebih berhak dengan diriku, temui ayahku. Menikah adalah ibadah mulia dan ibadah terlama, maka awali dengan cara yang baik.” Ceklis biru

Setelah terkirim dan ceklis biru, typing… cukup lama masih ditunggu, balasan apa yang sedang di tulis Dera membuat Kiara penasaran. Setelah ratusan detik menunggu balasan yang Kiara dapatkan kian membuatnya kesal.

“Tenang saja aku gak baca balasan kamu yang itu ko.” Tulis Dera singkat.

Beberapa hari kemudian,

Ketenangan yang Kiara duga setelah mengikhlaskan nyatanya tak kunjung hadir, kegalauan yang justru datang bertubi-tubi, ingin kembali pada satu episode bersama Dera sempat Kiara tuliskan dalam sehelai daun. Rasa yang semakin bertambah justru hadir menghantuinya, lelah menahan rasa yang kini Kiara rasakan. Dibaca ulang pesan yang beberapa hari lalu dia kirimkan pada Dera justru membuatnya terjebak dalam paraduga yang tiada henti menghampirinya.

 

Libur semester keempat,

Waktu libur tiba, waktu yang di tunggu-tunggu oleh Kiara, dan rumah menjadi sasaran utamnya untuk meluapkan segala kegalauan yang kini menerpa Kiara. Nyatanya keramaian yang ada di rumah tak mampu menghilangkan kagalauan yang sedang dia rasakan, lamunan Kiara kian jauh, tak ada kabar apapun dari Dera selain telepon terakhir dari Dera yang menyimpulkan bahwa kini perasaan Dera seperti kertas kosong tanpa warna, dan enggan untuk mewarnainya kembali luka kemarin cukup membuat Dera kecewa.

Kegalauan yang terus Kiara rasakan namun dengan rapat dia sembunyikan, keluarga Kiara mengajaknya untuk pergi berlibur ke Kawah Putih, liburan setitik cukup membuat rongga hati Kiara melega meskipun tetap kembali pada bayangan yang sama. Raganya menapak namun hati dan angannya terbang jauh dari kenyataan. Liburan, senyuman, kebahagiaan dia tampakkan, meski dalam hatinya yang paling dalam sedang merasakan kehampaan.

Senin,

Sekarang sedang musim-musimnya virus yang menyerang pada penglihatan ,sakit mata, tak terkecuali pada keluarga Kiara yang ikut terjangkit virus tersebut dari mulai adik paling bungsunya sampai pada Kiara, mata Kiara kini memerah, berair, perih dan sembab seperti mata yang kelelahan setelah menangis sepanjang malam. Bersamaan dengan sembabnya mata Kiara berita mengejutkan datang dari Mr. Ahmad. Berkali-kali pertanyaan yang sama dilemparkan pada Kiara yang membuat ingatan dan perasaannya terguncang.

“Dii …kamu tahu ga? hari kamis Mr. Ahmad bakalan nikah?”  tanya Teh fanila

“Benar ga dii” tambah kak Imat

“Indi kamu tahu?” Bapak menambahkan

“Kenapa pertanyaan itu harus ditanyakan padaku, siapa aku dekat juga engga’

jawab Indi dalam hati

“Gak tau,” jawab Kiara singkat.

“Tadi, Ibu denger langsung. Katanya benar hari kamis Mr. Ahmad bakalan nikah.” Tambah Ibu

“Indi… kamu jangan galau gitu dong ditinggal nikah Mr. Ahmad.”  Sahut Teh fanila menggoda

“Iya tuh matanya sampai sembab gitu.” Tambah Kak Imat

“Iiiiii, engga ini mah kan lagi sakit mata.” Jawabnya sambil berlalu menuju kamar.

Berita yang membuat Kiara kembali pada ingatannya tentang Mr.Ahmad, nyatanya setelah dekat dengan Dera perasaan yang tersimpan rapi untuk Mr. Ahmad tidak bisa dia tampikan lagi, untungnya hari ini mata Kiara sedang sakit-sakitnya air mata yang terus mengucur membasahi pipi yang ia samarkan dengan virus yang menyerang matanya.

Dan kini Kiara sadar tentang perasaannya yang bertepuk sebelah tangan, kekagumannya terhadap Mr. Ahmad membutakan mata hati Kiara yang dia lihat hanya suka, kekaguman dan cinta dalam diam yang kini berujung pada penyesalan. Mencintai sang hujan adalah fase paling dewasa yang pernah dia rasakan, mencintai dalam diam, mendoakan, merelakan dan cinta tak harus memiliki, menjadi pelengkap kisah kasih dalam bukunya.

Kamis,

Menyibukkan diri adalah salahsatu cara agar angannya tidak terjebak pada bayangan yang sama, Kiara pun memutuskan untuk membereskan, mendekor ulang dan menata kamarnya agar mendapatkan suasana baru, kebiasaan mengubah posisi kasur dan lemari menjadi kebiasaan aneh Kiara baik di kosan maupun di rumahnya. Ketika merapihkan buku-buku, ditemukannya satu buku bersampul merah muda ,buku catatan harian pertamanya semasa putih biru,  dibuka dan dibacanya dengan seksama senyuman-senyuman kecil menghampiri Kiara, perasaan geli pun hadir, sesekali dia menggelengkan kepala untuk setiap kelebayannya di masa lalu. Senyuman itu hilang dan membuatnya berpikir keras terjebak dalam praduga saat Kiara membaca tulisan  dilembar terakhir yang berisi do’a.

“Ya Rabb… jatuh cintakan aku pada dia yang benar-benar akan menjadi jodohku. Jangan biarkan aku dan dia (yang bukan jodohku) sama-sama merasakan jatuh cinta. Dan tolong jangan biarkan oranglain menyukai/mencintaiku selain jodohku”

Masih teringat jelas, tulisan itu Kiara tulis saat dia duduk dibangku kelas 3 SMP saat dia memutuskan untuk menjomblo sampai dia benar-benar bertemu dengan jodohnnya. Dan kini dia berdecak kagum sebuah tulisan yang benar-benar menjadi doa. Setelah tulisan itu dia tulis dengan penuh ketulusan, selama itu pula dia tidak pernah merasakan kembali pacaran atau saling bertukar perhatian dengan lawan jenis. Membaca ulang tulisan itu, membuat pikiran Kiara melambung menuju dua element yang akhir-akhir ini ada dalam kehidupannya. Pantas saja cintanya pada sang air hujan hanya cinta dalam diam dan bertepuk sebelah tangan, dan itu bukti dari kemanjuran tulisan doanya. Dan kini tanya dan jebakan praduga mulai menjebak Kiara, jebakan tentang perasaan yang sama yang dia rasakan dengan sang angin. 

Memikirkan itu semua membuat Kiara pasrah saja pada keadaan, jika memang berjodoh sesulit apapun rintangannya akan bertemu pada titik temu yang syahdu.

 

Suasana kamar baru membuat Kiara merasa senang, posisi kasur yang diubah sesuai moodnya, dan warna kamar yang kini berubah menjadi warna putih menggambarkan isi hati Kiara. Di malam yang dingin Kiara pun menuliskan sebait kalimat yang mewakili perasaannya saat ini. Temaram malam mengantarkan keinginannya untuk melihat profil Whatsapp Dera, kejutan, saat di lihatnya foto profil dan info yang masih tertulis sama ‘Dn”. sontak tanya pun menghampiri Kiara, “apa arti semua ini? Apakah dia masih memiliki perasaan yang sama? Apakah menjauh bagian dari balasan nyata dari pesan yang pernah aku kirimkan padanya?” tanyannya dalam hati.

Tanya yang dia tanyakan pada hatinya mulai menemukan jawaban ternyata praduga yang salah , ketika Dera menjelaskan belum sempat mengganti profilnya, jelas Dera tanpa diminta.

1 bulan kemudian,

Satu bulan tanpa berkomunikasi dengan Dera membuat Kiara membiasakan diri untuk tidak focus ke handphonenya, mulai membenahi diri, menciptakan karakter yang sama seperti dulu saat Kiara belum mengenal Dera. Niatnya gugur kembali saat notifikasi pesan dari nomor yang sempat dia hapus muncul di layar ponsel. Permintaan maaf Dera sehari sebelum menjelang bulan suci ramadhan. Kiara pun membalasnya dengan balasan yang sama tentang permohonan maaf dan satu hal yang ingin dia ungkapkan pada Dera.

Berharap apa yang dia ungkapkan akan membuat hatinya tenang, alhasil nihil masih sama seperti dulu saat ketikan panjang yang telah dia kirimkan pada Dera. Dan pada akhirnya Kiara pun meminta kesepakatan dengan Dera untuk saling memblokir kontak Wa, Fb dan social media lainnya. Chatan terakhir yang membulatkan tekadnya, dengan segera Kiara pun memblokir semua kontak dan sosmed Dera.

Seminggu setelah memblokir semua hal tentang Dera justru rasa penasaran kian menjadi-jadi, entah angin mana yang telah meniupkannya pada satu keinginan untuk membuka kontak WA Dera. Dan benar kata hati dan angin yang meniupkan gerak tangannya sampai pada satu tanya yang kian menjebaknya dalam praduga.

Dilihat dan dibacanya dengan teliti, foto profil Dera. Sebuah tulisan yang tak asing bagi Kiara, namun dia tidak ingin langsung menyimpulkan bahwa itu tulisan yang pernah dia tulis di Facebook semasa SMA. Untuk memastikan itu semua Kiara pun mencari dan scrolling sampai ke kedalaman postingan di awal Kiara menggunakan Facebook, tapi tak kunjung dia dapatkan mungkin sudah direport orang lain, pikirnya menyerah. Tapi tidak dengan jarinya, dia pun langsung menanyakannya pada Dera meski tak mendapatkan jawaban.

Awal semester kelima,

Setelah tiga bulan berlalu, liburan terpanjang dengan segala drama yang telah di lalui, menghabiskannya full di rumah, dan selama itu pula tak ada komunikasi antara Kiara dan Dera. Satu kerinduan yang harus Kiara akui.

Ditulisnya dalam buku harian

Jatuh cinta sebelum halal itu perjuangan.

Perjuangan untuk melawan hawa nafsu dan perjuangan untuk menahan rindu.

­-Qotp.11

 

 

 

Waktu libur telah berakhir, seperti biasa dia pun kembali ke perantauan menggunakan tranfortasi umum, yang menjadi spot terindah dalam mengingat dan berimajinasi. Di setiap perjalannanya dipenuhi dengan adegan dramatis, melihat pemandangan jalan dengan angan yang terbang jauh, atau tak sengaja tidur ke pundak orang lain dengan pipi yang basah menjadi adegan yang menyenangkan sederhana namun penuh makna.

Dua jam berlalu, mata Kiara enggan untuk berlabuh ke dunia mimpi. Tiba-tiba wangi parfum yang sama, wangi yang dia cium 6 bulan yang lalu datang mengahampiri. Membuatnya terbang menuju bayangan tentang sang angin, hadir bersamaan dengan rintik hujan yang beriringan. Sesekali Kiara tersenyum membayangkan kekonyolannya saat dekat dengan Dera dan keanehan lainnya. Tak ada harapan yang terlihat, untuk kembali dekat seperti dulu mana bisa Kiara sadar akan keputusannya yang pasti akan membuat Dera kecewa dan berpikir ulang untuk menghubunginya lagi. Lamunan Kiara buyar ketika pesan dari Kang Sodik masuk ke layar ponselnya. Dengan seketika Kiara langsung mengenal tulisan tersebut, tulisan dengan bahasa yang khas, orang yang saat ini sedang hadir dalam bayangannya, dan kini hadir dengan beberapa kalimat singkat yang Kara terima.

“Assalamualaikum, Indi aku mau minta bantuan. Mau gak kamu bantuin aku sama Kang Sodik buat jadi pengurus KAPERTA, nanti file tentang komunitas ini aku kirim lewat e-mail ya…by Dera” ceklis biru

“Waalaikumsalam, iya boleh. Kenapa pakai WA kang Sodik?” balas Kiara.

“Aku lagi malas gunain WA, e-mail kamu mana?” ceklis biru.

“Ohmmm… Kiara11@gmail.com

“Oke makasih, ditunggu di e-mail aja ya buat filenya” balas Dera

“Iya sama-sama. Okesip”

Lagi dan lagi dia datang di celah yang tepat, kejadian ini kian membuat Kiara terjebak dalam praduga. Dugaannya terbang pada pesan dan ungkapan pertama Dera padanya, masih teringat ungkapan Dera yang mengatakan bahwa dia akan betah di suatu komunitas saat dia menyukai seseorang, dan kini dia meminta langsung pada Kiara untuk bergabung di komunitas yang sama. Setelah Dera memilih untuk resign dari Kammi dan kini satu kejutan yang membuatnya ada dalam satu komunitas yang sama. Tanya terus menghampiri Kiara, “apa arti dari semua ini? apakah praduga ku selama ini benar? Atau hanya kebaperanku saja yang memaknai kata dengan rasa?”

Janji ketiga,

Beberapa minggu kemudian, story WA Mba Yani mematahkan semua praduga Kiara tentang Dera.

Di slide pertama tertulis “akan ada kejutan”, lanjut slide kedua “taraaaaaaa” dan slide ketiga menunjukan segalanya, foto Mba Yani disamping Dera dan itu tepat diacara wisuda Dera.  

Foto yang menunjukan bahwa Mba Yani memang special bagi Dera, menjadi orang special di hari specialnya pula, pikir Kiara.

Melihat semua itu kini hatinya pecah berkeping-keping bersama dengan praduga yang ia buat sendiri. Janji ketiga yang benar-benar dia ucapkan dalam hati kemudian tuliskan dalam buku bersampul ungu. Kali ketiga bagi Kiara berjanji dengan janji yang sama, pergi menepi dan menjauh. Dia tekadkan dalam hati apapun yang terjadi jika suatu saat nanti Dera datang menghubunginya, dia tidak akan membalasnya.

 

 

 

 

 

Terjebak dalam praduga yang melelahkan, praduga kedua ini membuat Kiara merasa lelah namun menjadikan sujud-sujud panjang yang penuh dengan kepasrahan.

 

“Ya Rabb, jatuh cintakan aku pada dia yang membuat sujudku pada-Mu lebih panjang lagi, yang menambahkan kecintaan hamba pada-Mu.

Wahai Sang Pemilik Cinta aku mulai lelah dengan rasa ini, tapi jika lelah yang tak berujung ini bagian dari penebusan dosa, maka hamba ikhlas.” 

_Dotn

Saat memanjatkan doa dalam sujud panjangnya, air mata tak henti-hentinya menetes tak dapat dibendung lagi, ikhlas dan merasa tenang itu yang Dia inginkan. Menangis dalam sujud malam membuatnya terlelap dalam tidur.

 

Akhir semester kelima,

Praduga kedua setelah praduga pertama tentang perasaan Dera terhadap Kiara benar, kini teka-teki silang itu kembali menghampiri dengan dugaan yang lebih rumit daripada dugaan pertama. Banyak hal yang membenarkan dugaannya, namun ketakutan tak henti-hentinnya membantah dugaan Kiara.

Berbalas pesan e-mail dengan Dera kian membuatnnya terjebak dalam praduga yang melelahkan, hingga menambah koleksi tanya dalam hatinya, “apakah hanya aku yang dia hubungi lewat e-mail? Kenapa harus pakai e-mail? apakah ini bagian dari penjagaannya?” Sesekali niat bulat Kiara untuk mencari jawaban atas semua praduganya dengan menanyakan langsung pada Dera, tapi rasa gengsi Kiara sama besarnya dengan praduganya.

Lelah dalam jebakan praduga, Kiara pun menuliskan dan meluapkannya dalam sehelai daun. Berharap rasa lelahnya segera menemukan jawaban. Wahai angin, bawa terbang tulisan ini dan segera datang dengan jawaban yang melegakan.

 

“Kita perlu bicara.

Agar anganku segera terlepas dari jeratan praduga yang melelahkan.”

-shd


 

Part 23
The Last Scene

 

Awal semester keenam,

 

Setelah banyak drama panjang, praduga yang melelahkan tanpa diucapkan. Kini keduanya bersama dalam obrolan singkat namun menenangkan “Aku lebih senang kalau kamu bicara to the point, langsung jangan diam dan dipendem sendirian” ucap Dera. Dan Kiara hanya tersenyum, bersyukur Dera yang pengertian membuatnya tak perlu menceritakan banyak hal. 

Kriiinggg…kringgggg…kringggg …

Bunyi alarm yang lupa dia matikan menghentikan adegan yang melegakan, di hirupnya nafas panjang, karena Kiara sedang ada pada masa on period, membuatnya tidak beranjak dari kasur, jarum jam masih menunjukan angka 03.00, mata yang enggan untuk terpejam membuatnya ada dalam lamunan panjang, merenungi makna mimpi yang baru saja hadir dalam bunga tidurnya.

“Apakah ini pertanda agar aku mengatakan dan memastikannya langsung pada Dera, tentang praduga yang selama ini menjebakku? Aku ingin segera terlepas dari jeratn praduga yang melelahkan” gerutunya dalam hati.

Memikirkan semua itu membuat Kiara berinisiatif untuk mengungkapkan praduga yang melelahkan lewat tulisan. Ditulisnya panjang lebar, lalu dihapus ulang, tulis lagi sampai semua kata pas dan tersampaikan dengan baik. Menulis adalah bagian dari ungkapan yang baik bagi Kiara yang tak terbiasa bicara panjang lebar. Kejadian yang sama yang dia lakukan pada saudara-saudarnya saat dia merasa kesal. Document yang bernama Saturday disimpan dengan baik di waktu yang tepat tulisan itu akan sampai pada Dera, rencananya begitu.

 

Senin,

Untuk menjawab semua lelahnnya Kiara pun memberanikan diri untuk menulis pesan di e-mail dan dikirimkan pada Dera,

“Can I ask and tell you something?” pesan terkirim

“Sure” pesan diterima

Tinggal satu klik maka document yang berisi ungkapan praduganya akan terkirim, tapi tombol keluar mengurungkan niat Kiara. Berat rasanya harus menanyakan semua itu pada Dera apalagi dia adalah seorang perempuan.

Dengan berjalannya waktu Kiara pun kembali melanggar janji ketiganya, beberapa hari terakhir ini dia lebih sering berbalas e-mail dengan Dera, sampai pada satu tawaran yang Kiara iyakan dengan senang hati, kesempatan besar bagi Kiara untuk menceritakan semuanya langsung.  Tawaran untuk ngobrol bareng tentang hal yang mereka sukai dan hobby yang sama. Kiara pun  menentukan tanggal pertemuan itu tepat di tanggal yang sama saat dia memutuskan untuk mengikhlaskan Dera.

Penghujung Maret,

Pandemi corona sedang melanda dunia, termasuk Indonesia. Dua minggu kedepan sekolah-sekolah, kampus-kampus, tempat keramaian diliburkan termasuk kampus Kiara. Semuanya di pulangkan mengisolasi diri sendiri sampai keadaan membaik. Duka ada dimana-mana, korban yang kian bertambah, keramaian yang mulai sepi, ekonomi yang turun drastic, masjid-masjid  dan tempat peribadatan lainnya ditutup membuat keadaan mencekam diliputi ketakutan. Jumlah libur yang terus ditambahkan, membuat semua orang terpenjara dalam rumah sendiri, begitupun dengan Kiara.  Sudah satu bulan diam dirumah, keadaan yang membatalkan tawaran dan ungkapan yang akan Kiara katakan pada Dera. Sekarang waktunya mendekatkan diri pada Sang Maha Kuasa, bumi yang sudah tua renta semestinya dijaga dengan menghindari perbuatan tercela.

 

Malam Nisfu Sya’ban dan Janji keempat,

Malam yang dipenuhi dengan perenungan panjang, malam yang penuh dengan ampunan dan malam pembebasan, membenahi diri menjadi lebih baik lagi, memohon ampun untuk dosa di masa lalu, dan berdoa semoga dilembaran baru menjadi manusia yang lebih baik lagi dan penuh dengan keberkahan. Mempersembahkan lantunan Q.S Yasiin sebanyak 3 kali dan diakhiri dengan doa yang penuh dengan keseriusan.

Di malam syahdu dengan lembaran baru Kiara pun kembali mengikrarkan janji di dalam hatinya setelah didapatinya pesan dari Dera yang lagi dan lagi membuatnya berpikir keras. Satu pesan yang menjadi teguran besar di penghujung malam.

“Assalamualaikum… Indi sekarang aku mau membatasi diri untuk berinteraksi dengan perempuan termasuk denganmu. Sebelumnya apa yang ingin kamu bicarakan dan tanyakan? Bisa kammu ceritakan sekarang.” ceklis biru

“Waalaikumsalam, iya semoga istiqomah… hmm biar waktu yang akan menjawab semuanya.” Balas Kiara pasrah.

Keesokann harinya,

Janji keempatnya semakin kuat setelah dilihatnya snapan WA Mba Yani, lagi dan lagi screenshootan percakapan yang tak aneh bagi Kiara. Dalam hatinya berkata:” yang katanya ingin menjaga interaksi, nah ini buktinya masih sama, sudahlah ini janji terakhir jangan sampai terulang lagi.” Gerutunya kesal.

 

 

 

 

 

Juni,

Sampai sejauh ini janji keempat Kiara tidak Dia langgar, tiba-tiba satu pesan yang sama di dua grup WA yang berbeda, pesan dari kontak yang berinisial “Z’, untuk kesekian kalinya juga Kiara mengubah nama Dera di kontaknya dan kini dinamai “Z’.

Di bulan syawal ini banyak orang yang mengikrarkan janji, undangan pernikahan dalam bentuk e-undangan sering menghampiri layar ponsel Kiara. Dan pesan yang dikirimkan oleh Dera sama seperti undangan pernikahan. Ada rasa aneh yang meliputi Kiara, dia begitu enggan untuk membuka pesan grup, takut kecewa dan tiba-tiba dugaanya benar undangan pernikahan. Satu ketakutan yang membuat Kiara sadar ternyata perasaan yang belum sepenuhnya ikhlas ada dalam hati Kiara.

Mendapatkan perasaan takut kehilangan, dengan segera di malam yang panjang dia berdo’a pada Allah SWT Sang Pemilik Cinta, dengan tarikan nafas yang panjang, dia awali doanya dengan memohon ampun, diikuti oleh kata yang sama. “Maafkan hamba, malam ini hamba masih mencurhatkan orang yang sama… ….” Dan curahan hati lainnya.

Jika kamu jatuh hati, sertakan Allah saat mencintainya.

Agar hatimu tidak patah lagi.”

-Qotp

 

 

 

 

 



Dua hari kemudian, keajaiban doa datang menhampiri Kiara. Keajaiban yang menggugurkan janji keempat Kiara. Pesan dari Dera tak sanggup dia abaikan begitu saja, setelah rasa lelah dan praduga yang hinggap di hati Kiara. Entah mantra apa yang membuat Kiara luluh dengan pesan singkat yang dikirim Dera. Dan seakan ada banyak ruang maaf yang disuguhkan Kiara untuk Dera. Menjadi rumah untuk pulang, setelah lelah berpetualang.

“Assalamualaikum, Indi boleh minta bantuan. Buat komen+kasih saran karyaku?” tulis Dera

“Waalaikumsalam, boleh tapi sarannya bakal seadanya saja.” Balas Kiara

Menjadi pembaca pertama sekaligus memberikan saran pada novel yang dibuat oleh Dera, membuat Kiara mengenal Dera dan mengetahui kisah kasih Dera selama di bangku perkuliahan. Novel yang berjudul “the last scene” menjadi jawaban atas dugaan Kiara, novel yang memiliki kesamaan dengan alur cerita yang Kiara buat dalam karyanya.

10 bulan yang lalu, saat pertamakali Kiara melihat postingan di instagram milik Dera terlihat sebuah foto yang menunjukan beberapa judul cerita dalam sebuah novel. Lantas membuat Kiara langsung meluncurkan dugaannya.

“Pasti akan ada karakterku didalam karyanya, jika itu benar lucu jadinya. Andai waktu berkenan untuk membuat semuanya kembali seperti dulu saat aku dekat dengannya, akan ku pastikan kisah lucu ini menjadi obrolan unik.” Ucapnya dalam hati.

Dan kini satu dugaan dan harapan Kiara benar menjadi kenyataan, novel The last scene sebuah karya milik Dera yang menjadi jawaban atas segala praduga Kiara. Kata demi kata, kisah demi kisah telah menjadi bahan jawaban atas praduganya, ditengah kesibukan yang menghampirinya Kiara selalu menyempatkan diri untuk membaca helaian-demi helaian cerita yang ada didalamnya, 25 episode yang menceritakan banyak hal. Dan kini sehelai daun yang menjadi penanda bacaan telah sampai pada bagian 20.

 

Juli,
Talaga Bodas, Garut

Liburan dadakan tanpa direncakan membawa langkah Kiara pada liburan setitik, setelah sekian lama dirumah saja akhirnya liburan bersama dengan sahabat the sayurnya pun membuat segala kerinduan terobati. Perjalanan panjang dari kosan menuju kawah yang memiliki banyak keindahan, di sepanjang perjalanan mereka abadikan dalam tangkapan camera, pemandangan hijau dan perkebunan selama diperjalanan menjadi hal yang tak terlupakan. Sesampainya disana, masih ada perjuangan yang harus mereka lalui jalan kaki selama seperempat jam membuat nafas kian tersenggal-senggal. Rasa lelah terbayar sudah oleh keindahan alam dan kesejukan yang tiada tara. Tiupan angin kencang yang menyejukan membuat rasa gerah hilang melunturkan sisa-sisa keringat yang hinggap di kulit. Berfoto ria sampai makan bersama menjadi kebiasaan disetiap perjlanan liburan mereka. Liburan sederhana namun bermakna.

Adzan dzuhur telah berkumandang, mereka pun langsung menyegerakan diri menuju mushala yang ada di dekat telaga, hanya Kiara yang menunngu dan berjaga karena dia sedang memasuki masa on period. Ditengah kesendiriannya dia pun membuka tas dan diambilnya satu buku yang akhir-akhir ini setia dibaca olehnya. Buku yang selama ini membawanya pada satu kisah mendebarkan, membaca kisah seseorang yang pernah menghiasi harinya. Sampai pada lembaran terakhir membuat perasaan Kiara tak menentu, Kini digenggam eratlah novel itu sembari memandangi satu penanda buku yang dia buat dari sehelai daun manngga. Beranjak dari tempat duduk dipandanginya kawah putih kebiru-biruan yang luas, memejamkan mata sejenak sambil mengatur nafas penuh kelegaan. Digenggam dan dipandanginya buku yang berjudul the last scene, lalu dia pun mengambil penanda buku yang bertuliskan:

“Jodohku, aku rindu kamu. Segeralah bertemu dan bertamu” @Kiara

Dengan segera tangannya menimbang dan matanya berkali-kali membaca tulisan yang ada dalam sehelai daun. Angin yang kian meniup kencang menambah kesyahduan dalam setiap adegan, sampai pada akhir kisah yang mendebarkan membuatnya enggan untuk tetap diam. Satu helai daun yang ada dalam genggamannya dia abadikan dalam tangkapan kamera lalu di terbangkan bersama dengan hembusan angin kencang,

“Sekarang terbanglah dan sampaikan rindu ini pada pemiliki rindu yang sesungguhnya. Terbanglah …” bisiknya dalam hati.

Angin yang kencang telah membawa daun itu pada permukaan air yang tenang, melihat helaian daun itu terbang membuat angannya pergi jauh tak karuan, dan panggilan Mulyani membuat angannya kembali pada peredaran. Dia pun segera memasukan buku itu kedalam tas dan berbaalik badan melangkahkan kaki menuju pada pusat panggilan. Senyuman tulus Mulyani telah membawa angannya pada kenyataan.

Dan kini ikhlas yang sesungguhnya datang mengahampiri Kiara, yang mulai menerjemahkan kata tanpa melibatkan rasa. Satu pemaknaan yang dia dapatkan “bersama tanpa melibatkan rasa agar tak berujung pada luka dan kecewa.”

 

 

 

 

 

 

Mengabadikan rasa lewat karya.

Akan selalu ada alasan untuk bertahan, jika kamu memang tujuan.

-shd

 


 

Epilog

 

Terimakasihku pada sang angin yang telah meniupkan daun, hingga sampai ke permukaan air. Dan terimakasihku pada air yang sudah berkenan mengalirkan daun sampai pada tepian penantian indah. Kini sehelai daun itu, sudah di genggam erat oleh seseorang yang hadir dalam nyata yang bermakna. Berhenti dan menetap di tempat terindah … singgah dan sungguh bersama senja yang indah.

Sebait kisah penutup yang Kiara tuliskan dalam buku bercover ungu. Penantian panjang nan terjal mampu dia lewatkan dengan baik meski air mata, senyuman, dan kekecewaan datang silih berganti, kini kilauan senja hadir menyinari jalan ceritanya.

Di saat ikhlas tertanam dengan kesungguhan, memilih cinta-Nya, dan melabuhkan setiap harapan pada Sang Maha Cinta membuat dia bertemu pada kebahagiaan yang sesungguhnya.

Menerbangkan daun yang bertuliskan

“Jodohku, aku rindu kamu. Segeralah bertemu dan bertamu” @Kiara

Tanpa di duga sehelai daun yang tertiup angin, lalu mengalir bersama dengan aliran air mengantarkannya elemen yang tepat.

Salah satu makhluk yang berhasil membaca tulisan dalam sehelai daun yang menepi ketepian, disaat mata dan tangannya lihai memotret pemandangan sekitar tangkapan kameranya menuju pada tepian air yang tenang, dengan sehelai daun diatasnya. Dilihatnya dengan seksama daun yang memiliki tulisan unik disertai nama penulisnya. Entah aliran mana yang mengarahkan tangannya, dia pun mengambil sehelai daun tersebut dan menyimpannya dengan baik. Rasa penasaran kian menghujam, social media mungkin akan mempertemukannya dengan pemiliki sehelai daun ini.

Dicarinya di laman Instagram dan dengan terkejut satu nama dengan postingan sehelai daun yang sama dengan yang saat ini ada dalam genggamannya, membawanya pada pencarian terakhir. Untuk bertemu kemudian bertamu. Menemui rindu yang sesungguhnya

 

Perjalanan singkat lalu menetap.

 

Dan sebaik-baiknya kisah adalah ketika kamu mampu tersenyum

 dengan akhir kisah  yang tak terduga.

 

 

 

 

SEMOGA HARIMU SENIN TERUS, YAAA J

Komentar

Posting Komentar

Tinggalkan jejak komentar yang bijak ya :)

Banyak dilirik 👀👀

Pun

Enggan Percaya