Sehelai Daun
![]() |
Perekah-Kata.blogspot.com |
Prolog…
Dulu
sebelum angin memberikan kesejukan, air hujan hadir lebih awal memberikan
ketenangan menemani setiap pertumbuhan daun, menghiasi warna daun dan
memberikan kesegaran mengembun dan menyejukkan. Hingga akhirnya musim kenangan
itu berakhir berganti menjadi musim gugur yang memberikan kisah baru. Saat
musim gugur tiba Sang Angin datang menawarkan kesejukan berhembus membawa
kesyahduan.
Sebait
kisah yang Kiara tuliskan dalam buku berwarna ungu.
Kiara Khanza Sugandi
perempuan aneh, penakut yang hidup dengan berbagai imanjisasi, yang setia
meluapkan keluh-kesah dan kebahagiaan dalam buku catatan harian. Seperti
namanya Kiara yang dalam Bahasa Sunda memiliki arti “Pohon Beringin” rindang
namun identic dengan kemistisan, mistis namun mampu memberikan keteduhan, Ada
banyak kebiasaan aneh yang tumbuh sejak di bangku putih biru, salah satunya
curhat diatas sehelai daun. Kebiasaan yang tak pernah Kiara lewatkan setiap
pekannya, menuliskan mimpi harapan dan kesedihan yang Ia rasakan dalam sehelai
daun lalu disimpan dalam tabung rahasia atau diterbangkan dengan segala harapan
yang ada. Dengan berjalannya waktu kebiasaan aneh ini mulai hilang dan hidup kembali
setelah Dia bertemu dengan seseorang yang dia juluki Sang Angin.
Part 1 Pergi tuk Kembali
17.09.17
3
hari sebelum kepergian Kiara dari kampung halamannya, banyak kisah yang Ia
buat. Memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sangat baik dan menciptakkan momen
mengesankan di detik-detik terakhir. Di sisa waktu yang tinggal menghitung jam,
Dia habiskan untuk mengeratkan interaksi bersama keluarga, setiap malam tidur
bersama, dan berbincang banyak hal tentang bagaimana nanti setelah dia pergi
merantau. Selain mengeratkan hubungan dengan keluarga, ada satu kisah yang
berhasil membuat Kiara mengingat kejadian itu tanpa terkecuali. Mr. Ahmad yaa…
seseorang yang berhasil masuk dalam catatan harian Kiara. Di akhir sisa malam
kedua, ada satu kenangan yang menjadi harapan yang akan terus tumbuh di masa
depan. Mr. Ahmad sang hujan yang tumbuh dalam setiap perasaan, ingatan dan
harapan Kiara.
Dimalam
yang hening Sang Hujan datang seperti biasa sebagai pelanggan setia Rumah Makan
milik keluarga Kiara. Waktu itu tidak seperti biasanya karena sudah ada janji
diantara Kiara dan Mr. Ahmad, janji untuk memberikan bibit tanaman buah Ball.
Bagi Kiara bibit buah ini bukan sekedar bibit biasa namun bibit harapan yang akan
terus tumbuh di pekarangan dengan sejuta harapan. Sebagai kenang-kenangan
terakhir dari Kiara yang akan segera berjuang diperantauan. Ada dua bibit yang
telah Kiara siapkan, bibit yang pertama dengan senang hati Dia berikan kepada
Mr. Ahmad dan bibit yang satunya lagi Ia tanam di pekarangan rumah sebagai
symbol terus tumbuhnya perasaan. Kejadian ini pun berlangsung tanpa di ketahui
keluarga Kiara, namun keesokan harinya ada obrolan yang berhasil membuat
harapan dan kebaperan Kiara kian tumbuh dan menjadi-jadi. Disaat Ayah Kiara dan
Mr. Ahmad, terlihat seperti pemandangan anak dan ayah itulah yang terlihat di
mata Kiara, sedikit menguping ada kata-kata yang menjurus pada bibit yang
diam-diam Dia berikan.
***
Selepas shalat magrib
berjamaah di Masjid Al-barokah ada seseorang yang harus segera Ahmad temui,
seseorang yang tinggal hitungan hari lagi berada di tempat ini. Mungkin ini
akan menjadi malam terakhir bagi Ahmad melihat senyuman Kiara, perempuan yang
menjadi bayangan kedua dalam benaknya. Starter motor dinyalakan, dengan cepat
Ahmad melajukan motor kesayangan dengan harapan semoga tepat berjumpa dengan Kiara.
Kemarin siang, Ahmad menanyakan keberangkatan Kiara dari percakapan singkat yang
mengahadirkan kesimpulan bahwa yang tersisa tinggal satu hari lagi. Di
kesempatan terakhir ini Ahmad bertanya tentang bibit buah ball kepada Kiara,
buah unik berwarna merah mirip jambu lilin dengan rasa yang berbeda, dan
menjadi buah favorit Ahmad sejak gigitan pertama. Kebetulan pohon buah ball
hanya tumbuh di pekarangan saudara Kiara. Dan diluar dugaan Ahmad, ternyata Kiara
menawarkan bibit buah ball pada Ahmad, yang langsung Dia iyakan.
Beberapa menit kemudian
sampailah lajuan motor Ahmad di Rumah Makan langganannya itu, tempat kedua
setelah sekolah yang menjadi tempat bertukar informasi dan interaksi dengan Kiara.
“Assalamualaikum… Indi?” ucap Ahmad dengan senyuman
khasnya.
“Waalaikumsalam…” jawab Kiara
“Gimana bibit buahnya udah ada” Tanya Ahmad.
“Iya, ini ada Mr.” jawab Kiara dengan menunjukkan bibit
buah ball.
“ Wah… makasih ya. Semoga bibit pohon ini tumbuh subur
dan berbuah.” Ujar Ahmad.
“ Iya sama-sama Mr.”
“ Dii, tolong bungkusin nasi sama ayam goreng ya” pinta Ahmad
“
Baik Mr.” dengan segera Kiara membungkusnya.
“Besok kamu berangkat ke perantauan ya? Semoga diberikan
kemudahan dan kesuksesan dalam menggapai mimpi. Dan bisa kembali dengan ilmu
yang bermanfaat. Sukses selalu” ucap
Ahmad dengan penuh ketulusan.
“ Iya makasih untuk doanya Mr.” sambung Kiara dengan
memberikan pesanan Ahmad.
Hari terakhir,
Tepat di hari Selasa
menjadi hari terakhir bagi Kiara untuk duduk di kursi rumah dan menikmati
semilir angin yang menyejukkan. Untuk pertamakalinya Kiara pergi jauh dari
orangtua, keluarga, saudara dan sahabat. Pergi merantau untuk menggapai cita
meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi, meninggalkan orangtua dan saudara membuatnya
berada dalam kesedihan yang mendalam. Setelah empat jam perjlanan, sampailah
Kiara dan keluarganya di sebuah bangunan berlantai tiga dengan cover abu,
sebuah tempat yang akan menjadi peristirahatan kedua bagi Kiara. Tanpa terasa keheningan
malam sudah menyelimuti, dengan seksama Kiara memandang dalam-dalam wajah Ibu,
Ayah, adik dan Kakaknya yang ikut mengantar Kiara. Ada kesedihan yang
disembunyikan, disaat mereka terlelap dalam mimpi Kiara justru diliputi
kesedihan pedihnya sebuah perpisahan kemudian Dia memeluk erat tubuh ibunnya
seakan tidak ingin lepas. Untuk malam dan pelukan yang terasa sangat singkat.
Jingga diwaktu senja
telah menampakkan sinarnya pertanda perpisahan yang sesungguhnya akan segera
menghampiri Kiara, disaat orangtua dan saudaranya harus pergi kembali ke rumah
ada isak tangis yang menjadi backsound kesedihan, begitu perpisahan itu tiba
setiap orang mendapatknan pelukan hangat Kiara dan pelukan yang paling sulit Ia
lepaskan adaalah pelukan ibunya yang sama-sama menangis dalam pelukan, diikuti
Ayahnya yang sesekali terlihat menyeka air mata. Dan yang paling klimaks ketika
Billa adik bungsunya memeluk dan tak henti-hentinya menangis sampai matanya
sembab. Lambaian tangan mereka dari balik jendela mobil dan masih dengan
tangisan si bungsu berhasil membuat pertahanan air mata Kiara terus mengalir, dipandanginya
bumper mobil hitam sampai hilang ditelan belokan.
Babak baru
Selepas kepergian keluarganya,
kini Kiara sendirian dan hanya ditemani rasa sepi. Langkah kecil Kiara
berpindah menuju kamar kosan yang menjadi tempat dan teman yang akan menemani
episode kehidupannya. Keheningan dan masih dengan keheningan yang menemani kosan
putri Barokah dengan latar bagian dalam yang berwarna hijau dan pink, dipenuhi
lorong dan dihiasi pajangan lukisan topeng, remang kian menambah kemistisan
yang Kiara rasakan. Tinggal sendirian di kamar paling ujung ditemani lukisan
yang bergambarkan Nyi Roro Kidul membuat Kiara semakin tak enak hati. Si
penakut Kiara terus dihantui keheningan untuk pertamakalinya dia tidur
sendirian dengan tema yang mengerikan. Pikirannya terbang kemana-mana, hanya
shalat dan mebaca alquran yang dapat membuat rasa takutnya enyah dari
permukaan.
Disaat malam tiba,
kontak yang bertuliskan My Fisrt Love berdering memanggil membuncahkan lamunan
dan ketakutan Kiara.
Sejauh apapun
kau pergi, senyaman apapun tempat yang kau singgahi pada akhirnya tempat pulang
ternyaman adalah Keluarga.
Shd_
Part 2
Keputusan
Semester pertama,
Terjebak
dalam keputusan yang telah dia buat dengan melibatkan perasaannya sendiri.
Hasil keputusan yang subjektif. Pendidikan Bahasa Inggris menjadi pilihan kedua
dan keputusan terakhirnya setelah perjuangan panjang yang berhasil ia lalui,
menggugurkan mimpi dan cita yang pernah ia rangkai dan tuliskan dalam catatan
harian. Kehidupan kuliah yang nyatanya tidak sesuai khayalan, teman-teman kelas
yang menghadirkan kejulitan belum lagi kejadian hilangnya handphone membuat Kiara
ingin menyerah dengan setiap keputusan yang telah dia pilih. Rindu dan ingin
pulang itu saja yang ada dalam benak Kiara, sesekali dia pun menangis menyesali
setiap keputusan yang telah dia buat sendiri.
Dalam tangisan yang
kian menjadi-jadi Kiara menuliskan kegalauannya dalam buku catatan harian
bersampul biru dongker, warna dark yang menggambarkan terjalnya perjalanan
hidup. Sekilas dia membaca ulang rangkaian kata yang pernah Ia tuliskan semasa
duduk dibangku putih abu, masa peralihan yang membuat hidupnya kian membaik,
masa yang menghadirkan cahaya cinta yang ia rasakan setiap harinya. Ada satu
halaman yang membuatnya tersenyum, mengembalikan semangat yang mulai luntur. Halaman
yang bertuliskan inisial “A” , air hujan yang selalu memberikan kesejukan bagi Kiara.
Tulisan tentang bagaimana pada akhirnya dia mengambil keputusan ini, Mr. A yang
ikut serta dalam menentukkan keputusan dan memberikan arahan kepada Kiara dalam
melangkah meneruskan pendidikan.
12-06-17
Dear
diary,
Hari ini diA kembali menjadi Air
yang menyejukkan, terlihat jelas keantusiasannya dalam memberikan arahan. Hari
ini juga adalah hari penentuan keputusan dan diA adalah pemberi saran yang aku
dengarkan.
-hujan
Keesokan harinya,
Setelah dua bulan
perkuliahan berjalan, perasaan yang sama masih
Kiara rasakan, hari ini menjadi hari yang bersejarah yang akan sulit
untuk dilupakan. Kejulitan teman-teman sekelas yang kian menjadi-jadi,
perkubuan yang sangat terasa jelas. Di kelas 1B ini terbagi menjadi beberapa kubu
baik laki-laki maupun perempuan. Di kubu pertama ada kubu yang dia juluki kubu
”caper” dimana orang-orang dalam perkubuan ini selalu ingin menjadi yang
terdepan dalam segala hal dan itu jelas terlihat sejak saat masa PKKMB. Kubu
kedua adalah kubu “santuy” orang-orang di kubu ini slow dan cinta damai, tidak
pernah rusuh hanya mengikuti alur yang ada. Kubu ketiga kaum adam yang duduk
berjejeran dinamai kubu “julid” sekumpulan mahasiswa laki-laki yang julid
terhadap segala hal termasuk julid pada penampilan oranglain. Dan kubu yang Kiara
diami adalah kubu “sayur” dimana nama sayur itu hasil plesetan dari kata
“sayang”.
08.40
Di jam pertama
perkuliahan yang terbilang cukup pagi ini, menjadi pusat perburuan bangku bagi
para mahasiswa tingkat 1. Ada satu kejadian yang membuat Kiara semakin tidak
merasakan kenyamanan. Setelah kumpulan semangat yang mulai kembali hadir dalam
hidupnya justru hampir gugur dengan satu kejadian menyesakkan. Tepatnya pagi
hari ini, saat dia ingin duduk di bangku depan di benak dia mungkin dengan
duduk di bangku depan akan membuat kepercayadirian yang mulai hilang akan
kembali, saat Dia duduk dibangku depan ada salah satu member the caper yang
mengurungkann niat Kiara dan menyisakan sesak yang mendalam.
“Eh… maaf ya jangan
duduk disini. Udah di booking Rahma” ujar Fira ketus.
“Oh iya.” Jawab Kiara
sembari pindah kebelakang dengan wajah kesal.
Kejadian itu
benar-benar menjadi kejaadian yang membuatnya semakin tidak betah diam di kelas
1B untung saja ada sahabat-sahabat baru yang selalu memberikan senyuman dan
tempat yang luas bagi Kiara.
Part 3
Komunitas Hijrah
Penghujung semester pertama,
Setelah banyak kisah
dan kerinduan yang Dia tahan, sang waktu membawanya pada pertemuan-pertemuan
baru yang mengisnpirasi. 3 bulan berlalu membuat Kiara semakin mengerti tentang
makna kehidupan yang sebenarnya.
Lingkungan kampus yang hampir membuat Kiara merasa dihukumi karma. Namun
kepedihan mampu membuatnya bangkit dan menemukan cahaya yang selama ini Ia
rindukan. Kiara mulai mengikuti komunitas-komunitas hijrah, dimana ada
ketenangan dan kesejukan yang Dia rasakan hal yang kontras dengan keadaan yang
Ia rasakan di dalam kelas. Salah satu komunitas yang selalu membuat Kiara
merasa bersyukur adalah komunitas “Aku Bisa Ngaji” setelah melewati proses
persyaratan yang panjang akhirnya Kiara resmi menjadi volunteer ABi. Sebuah
komunitas yang memiliki misi mulia untuk memberantas buta baca Quran. Di setiap
mingggunya ada pertemuan-pertemuan, sharing, dan kajian yang menjadi supply
vitamin bagi rohani Kiara.
Di saat
kejadian-kejadian menyebalkan yang terjadi dikampus membuat pertahanan Kiara
runtuh, Abi menjadi komunitas yang mengingatkannya agar tetap semangat dan
bersyukur. Hal yang membuat Kiara kian betah di pertemuan tiap minggu itu
adalah adanya renungan di akhir pertemuan yang selalu disampaikan oleh Ustadz
Dik-dik.
Hari ini
semua kesedihan Kiara seakan tersapu bersih oleh renungan Sang Ustadz.
Pejamkan
mata kalian dan resapi setiap kata yang teruntai.
“ Kita sering
disibukkan dengan kesenangan yang sesaat dan sibuk mencari nikmat , padahal
kenikmatan hadir ketika rasa syukur ditambahkan. Banyak diantara kita yang kufur
akan nikmat yang telah Allah SWT berikan, melupakannya bahkan untuk hal yang
dianggap kecil.”
Tarik
nafas dalam-dalam…
“ Rasakan setiap
hembusan nafas yang masih Allah berikan dan alirkan, betapa Maha Baiknya Allah.
Pernahkah kita merenung, tentang nikmat oksigen yang Allah berikan? Di
rumahsakit harga oksigen per/jam begitu mahal. Bayangkan jika oksigen yang kita
hirup ini harus dibayar maka kita takkan sanggup untuk membayarnya. Maka mulai
dari sekarang syukuri setiap hal yang terjadi dalam hidup ini, susah senang
semuanya mengandung hikmah yang harus kita syukuri. “
Lanjutnya
“Teman-teman
sekalian, mulai dari sekarang mari kita tuliskan setiap nikmat yang Allah
berikan. Minimal tuliskan tiga nikmat itu di setiap harinya.”
Masih dalam pejaman
mata yang dialiri air mata isak Kiara kian menjadi-jadi betapa tidak bersyukur
dan banyak mengeluhnya dia, padahal kenikmatan mengalir setiap hari dalam
kehidupan yang Ia jalani. Ketika orang lain ingin dan berusaha untuk bisa duduk
diposisinya saat ini duduk dibangku kuliah dengan biaya yang sudah dijamin oleh
orangtua, dia malah ingin mundur dan menyerah.
Renungan Pa Ustadz benar-benar menjadi obat mujarab dalam sakitnya
menjadi kobaran api semangat dan menjadi pengingat terbaik bagi Kiara. Sejak
saat itu Kiara mulai menuliskan setiap nikmat dan syukur kepada Sang Pencipta
dalam buku yang bersampul sama, sampul biru dongker.
Selain Ustadz Dikdik
yang menjadi inspirasi ada juga seorang perempuan sholihah yang anggun, pintar,
ramah dan tangguh yang tak asing bagi Kiara, ya benar ternyata dia Teh Nisa
mahasiswa lulusan terbaik di kampusnya, aktivis dakwah yang menjadi pembicara
di acara seminar yang Kiara ikuti. Kekagumannya kian menjadi-jadi disaat
pelukan hangat menghampiri Kiara. Kebiasaan baru yang Kiara rasakan, yaitu
berpelukan diakhir pertemuan. Dalam benak Kiara ingin rasanya menjadi seperti Teh
Nisa.
Selain komunitas ABi, Kiara
pun mulai membuka diri mengikuti berbagai macam organisasi dalam dan luar
kampus seperti Himadiksaris, Ldk, dan KAMMI yang dapat membangkitkan semangat
dan rasa percaya diri.
Himadiksaris menjadi
himpunan dan tempat bagi Kiara untuk mengeksplor diri, ada banyak orang hebat
disana yang menjadi sumber inspirasi. Menjadi panitia kajian bersama
teman-teman di divisi kerohanian menjadi rutinitas baru yang dilakukan Kiara,
khususnya di hari selasa. Satu hal yang terbantahkan, yaitu tentang penilaian
negative yang ditujukkan kepada himadiksaris justru ada banyak cahaya
didalamnya, ada kenyamanan, dan penghargaan yang Kiara rasakan.
Lembaga dakwah kampus,
menjadi pilihan pertama Kiara sejak
duduk di bangku SMA. Ldk menjadi bagian dari jawaban doa-doa malam Kiara.
Dimana kesejukan selalu terpancar dan nyata dirasakan Kiara. Logo dengan latar
hijau memang pas untuk organisasi yang penuh dengan kedamaian ini, dari sini juga
Kiara banyak belajar tentang ilmu agama, teman-teman yang salalu mengingatkan
pada kebaikan, sahabat yang selalu mengingatkan pada kebaikan dan ketaatan,
serta para Murobi/ah yang menjadi pembimbing dalam setiap langkah kian membuat Kiara
semakin betah.
Berawal dari ketidaksengajaan, mengantarkan Kiara
pada organisasi luar kampus yaitu KAMMI. Kumpulan mahasiswa muslim yang menjadi
labuhan terakhir Kiara, tak ada niatan atau bahkan tertulis dalam target catatan
harian. Sekali lagi dia dibuatt sadar bahwa setiap hal yang terjadi pada Dia
adalah bagian dari doa-doa yang dia langitkan dan scenario terbaik dari-Nya.
Sama halnya dengan LDK, disini Kiara menemukan kesejukan dan ketenangan, dimana
ada sekat dan batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan. Disetiap
pertemuan dimulai dengan doa dan tilawah al-quran, serta kultum-kultum yang
menyejukan, tentunya tanpa ada asap rokok. Perempuan dengan khimar panjang kian
menyejukan mata yang memandang.
Dari semua konunitas
yang Kiara ikuti semunya memberikan kisah dan warna baru dan menjadi pelengkap
catatan harian Kiara.
Seperti apakah orang yang bisa dikatakan teman baik?
“Teman yang baik adalah dia yang membantumu
untuk selalu mengingat Allah
dan mengingatkanmu ketika kamu melupakan Allah”
-ukhuwahkawan
Part 4
Pulang…
Libur semester pertama,
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang
juga, setelah sekian banyak rindu yang menumpuk kini sampai di pelupuk mata.
Kerinduan Kiara akan keluarga, sahabat, kampung halaman dan sang hujan akan
segera terobati. Perjalanan hari ini terasa sangat panjang beda dari biasanya,
itulah yang dirasakan Kiara. Bayangan senyuman keluarganya menghiasi setiap perjalanan, hampir di setiap
jamnya handphone Kiara bordering, Ibunya yang begitu antusias menanti
kepulangan Kiara, “sudah samapai mana? Hati-hati dijalan, semoga selamat sampai
tujuan” itulah kalimat-kalimat yang menghiasi pendengaran Kiara.
Setelah 4 jam perjalanan akhirnya kerinduan itu segera
tersampaikan, di depan pintu rumah terlihat si bungsu dengan senyuman manis,
seketika mereka saling menghamburkan berpelukan. Setelah adegan Kakak adik yang
saling melepas rindu, satu persatu Kiara
salami.
Keesokan harinya
Hampir semua orang yang dia rindukkan telah ia temui,
tinggal satu orang yang belum Nampak dipermukaan mata Kiara. Dia sang air hujan
yang selalu memberikan Kiara kesejukan. Di masa sebelum kuliah, biasanya Kiara
menjaga warung namun setelah merantau ada Ua-nya yang membantu Ibu Kiara, jadi
kesempatan untuk bisa bertemu dengan sang hujan sangatlah kecil. Seharian
merindukan seseorang namun tak dapat berjumpa. Dengan kekuatan doa akhirnya
pertemuan yang berawal dari ketidaksengajaan membuat kerinduan Kiara terobati.
Alam seakan merestui perjumpaan itu,
“Jika aku dan dia berjodoh maka tolong
pertemukan kami walau hanya sekejap” dalam hati Kiara berdoa.
Keajaiban pun langsung datang menjawab doa-doa Kiara.
“Titip jaga warung
sebentar ya.!” Pinta Ua
“Baik Wa” jawab Kiara
Ketika Ua pergi ke belakang, tiba-tiba sesosok makhluk yang
sedang Ia ridndukan nyata ada di hadapan, dengan ucapan salam yang khas.
“Assalamualaikum… Indi?” ucap Ahmad
“Waalaikumsalam” jawab Kiara tersenyum.
“ Mr. mau makan disini ya?”
“Silahkan Mr.”
“Sekarang kamu pangling ya? Gimana kabar kuliah?” Tanya
Ahmad
“ Hehe… masih sama, Alhamdulillah tapi nyatanya kehidupan
kampus tak semenyenangkan masa putih abu” jawab Kiara dengan ekpresi yang
berubah.
“Ya… begitulah kehidupan kampus, tapi Mr yakin kok kamu
pasti bisa.” Nasihatnya penuh semangat
Mendengar kalimat sang hujan Kiara hanya tersenyum. Bukan
hanya karena ucapan yang baru saja Mr. Ahmad katakan tapi tentang keajaiban doa
yang langsung terkabulkan.
***
Shalat berjamaah di masjid Al-Barokah sudah menjadi
kebiasaan Ahmad setelah hampir satu tahun tinggal di tempat ini. Kebiasaan yang
tak pernah terlewatkan. Selepas shalat ashar, seakan ada magnet yang menarik
motor Ahmad untuk melajukannya ke tempat pemberhentian yang dapat menghentikan
teriakan cacing-cacing di perut. Melajulah motor itu menuju Rumah makan
langganannya, sesampainya disana ada seseorang yang selama ini jarang Ia temui
ya benar Kiara.
Part 5
PUDAR
Semester kedua,
Di semester ini kebiasaan-kebiasaan Kiara mulai memudar,
masih dengan rasa yang sama rasa kecewa yang datang silih berganti, kehidupan
kampus yang masih sama. Di sepanjang semester ini buku catatan hariannya
menjadi buku yang tak bertuan. Segala harapan, rencana hidup, keluh-kesah,
cerita kebahagiaan kini tidak Ia luapkan dalam buku bersampul biru dongker atau
buku bersampul kuning, yang ada mereka seakan dilupakan oleh alasan kekecewaan.
Dalam benak Kiara menuliskan target hanya akan membuatnya kecewa ketika target
itu tidak tercapai dengan baik. Menuliskan kisah untuk setiap jengkal kehidupan
pun menjadi hal yang membosankan. Di semester ini tak ada kisah yang patut ia
tuliskan dan abadikan, tak ada target yang harus diusahakan selain
membiarkannya mengalir dengan sendirinya dan apa adanya.
Penghujung semester
kedua,
Keadaan di kampus kini mulai membaik, butuh waktu yang
cukup panjang bagi Kiara untuk bisa merasakan kenyamanan, mengembalikan
kepercayadirian dan beradaptasi dengan keadaan. Sahabat barunya di perkuliahan
, the sayur, mampu memberikan warna baru bagi Kiara mereka yang setia menemani
keseharian Kiara. Di setiap harinya kecuali di waku libur mereka habiskan
bersama di kosan, dari pagi sampai senja tiba. Itu semua dilakukan bukan tanpa
alasan, pindah kosan membuat Kiara sering diliputi rasa kesepian. Pindah dari
kosan Barokah membuat banyak kebersamaan dan kebiasaan Kiara ikut memudar. Di
kosan putri bernuansa pink hijau dengan cover luar berwarna abu yang telah
memberikan kehangatan bagi Kiara harus dia tinggalkan. Kebiasaan makan bersama,
tidur bersama, nonton bareng, shalat berjamaah harus ia relakan dan membiasakan
diri dengan rasa sepi. Karena alasan itulah sahabat the sayur selalu menemani Kiara
sampai sore.
Di semester ini pula Kiara harus berjuang melawan sepi,
saat malam tiba keheningan kian merasuki angannya. Sepi dan sepi itu yang Kiara
rasakan, tapi ada satu hal yang membuat rasa sepi itu pudar ketika kontak
telpon bertuliskan “my first love” setia hadir disetiap malamnya, menanyakan
kabar, dan berbagi banyak cerita, sesekali melakukan vidcall untuk mengurangi
rasa rindu yang kian menggebu. Malaikat tak bersayap yang setiap malamnnya
hadir tanpa jeda. My first love adalah nomor hp orangtua Kiara, sengaja dia
namai begitu sebagai tanda cinta pertama yang paling tulus dan tak akan pudar
ditelan waktu. Dilayar ponselnya hanya ada beberapa nama yang membuat rasa sepi
sirna. Selain keduaorangtuanya, adapula Kakak perempuan, adik , dan sahabatnya
yang bernama Anindia yang menjadi urutan paling atas dalam aplikasi Whatsapp Kiara.
Selebihnya hanya keributan grup dan beberapa nomor baru yang tak dihiraukannya.
Keseharian yang cukup melelahkan bagi mental Kiara
membuatnya selalu ingin pulang dan pulang. Rasa sepi yang kian menghantui
membuat semester ini menjadi semester paling panjang yang dia rasakan. Meskipun
begitu waktu terus berjalan, sampailah ke penghujung akhir semester dimana
libur panjang akan segera menghampiri. 3 bulan rebahan di rumah, menyantap
pasakan ibu yang tiada duanya, dan melakukan keseharian tanpa kesepian.
Liburan semester dua,
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, liburan di
rumah dengan durasi terpanjang yang dirasakan Kiara. Adegan kepulangan seperti
biasa Kiara lakukan melepas rindu dan saling berpelukan. Di liburan kali ini
sahabat Kiara yang bernama Anindia sama-sama pulang, sama-sama melepas rindu
setelah sekian lama tak bertemu. Sahabat terlama yang masuk dalam kehidupan Kiara
sejak duduk di bangku SD-SMA bersama tanpa terkecuali. Sekalinya kuliah mereka
harus berpisah. Jogja menjadi labuhan pendidikan bagi Anindia, perempuan
pintar, cantik nan sholehah. Selain bertemu dengan Anindia, dia pun bertemu
dengan Nurul sahabat baiknya. Ketiganya asyik bercengkrama, melepas rindu dan
saling bertukar cerita selama 2 semseter di bangku perkuliahan, dengan latar
masjid dan pemandangan laut yang biru kian menambah kehangatan obrolan mereka. Kiara
menjadi pendengar setia dari curhatan kedua sahabatnya. Sesekali kalimat bijak Kiara
sampaikan atau kekehan senyuman berbunyi bersamaan. Kedua sahabat Kiara kini
tengah asyik membicarakaan kisah kasih selama di perkuliahan. Wajar saja banyak
yang mengagumi mereka berdua, keduanya memiliki paras yang cantik, lembut dalam
bertutur kata, sholihah, akhwat tangguh, cerdas, istri idaman dan tentunya
setiap mata memandang akan dibuat teduh menenangkan.
“Jika aku laki-laki maka aku akan menjadi pengagum rahasia
mereka berdua dan langsung menghalalkannya,” begitulah suara hati Kiara tentang
kekagumannya terhadap kedua sahabatnya.
Di sela-sela obrolan hangat, topic tentang pernikahan dan
calon imam menjadi topic hangat yang mereka bicarakan, meskipun bagi Anindia
tidak, dia hanya mencurahkannya pada Kiara saja, sesekali ia curahkan pada
Nurul namun dengan subjek yang berbeda. Dari obrolan itu membuat Kiara berpikir
dan berniat untuk segera membuka diri dan hati tak selamanya dia menutup diri
pada siapapun. Umurnya kian bertambah, belum lagi setiap topic mengarah pada
pernikahan.
Bersamaan dengan obrolan itu, hati yang ditutup dan dijaga
rapat perlahan mulai memudar. Sejak saat itu Kiara mulai menyimpan kontak nomor
baru yang sempat dia abaikan, karena disepanjang dia menggunakan Whatsapp hanya
ada kontak keluarga, sahabat dan saudara, tidak ada nomor yang bernama
laki-laki. Dia mulai memberanikan diri untuk menyimpan nomor siapapun itu yang
hadir dalam layar ponselnya.
Seketika setelah niatnya dilakukan, beberapa kontak nomor
baru hadir dalam ponsel Kiara, dia membalasnya dan di save-lah nomor baru
tersebut, salah satu inisial yang berhasil membuat pertahanannya memudar adalah
dia yang berinisial “D”
“
Kamu adalah topic baru
yang
berhasil menghidupkan kembali catatan harianku”
Qotp.1
Part 6
Bayang-Bayang
Satu tahun yang lalu,
Juli
Sang
fajar hadir merambat memberikan kehangatan pada setiap makhluk yang ada, langit
membiru dengan sedikit awan putih kian menambah keindahannya. Cuaca hari ini berbeda
dari biasanya, hari senin setelah dibangunkan dari peristirahatan liburan yang
membosankan. Seperti biasa Kiara pergi ke sekolah ke masa putih abu yang
menyenangkan. Langkahnnya kian pasti karena di hari pertama ini dia dan sahabat
famalonya menjadi panitia MOPD hal yang menyenangkan bagi Kiara yang memiliki
dua kepribadian aneh. Saat di rumah dia begitu pendiam dan tidak berekspresi
selain terlihat sebagai makhluk dewasa yang jarang bicara namun tetap manja,
namun hal yang berbalik ketika di sekolah dia bisa menjadi orang lain begitu
ceria, banyak bicara, bahkan sesekali menjadi pembawa acara, menjadi perwakilan
dibeberapa perlombaan hal yang tidak pernah disangka oleh keluarganya. Menjadi
panitia acara MOPD membuat percayadirinnya kian tumbuh, kegiatan hari ini
menjadi kegiatan yang paling berkesan bagi Kiara.
Keesokan
harinya kegiatan MOPD masih berlangsung, namun para panitia dari siswa tidak
dilibatkan dan dihandle oleh beberapa guru sebagai pembicara yang mengenalkan
lingkungan sekolah. Di tahun ajaran baru ini ada penampakan aneh bagi siswa
kelas 11-12, ada tiga guru muda yang mendarat di mata mereka, dua orang
laki-laki dan satu orang perempuan. Berdasarkan angin yang berhembus ketiganya
masih single sontak membuat para siswa histeris.
Jadwal
pelajaran sudah keluar, hari ini di jam kedua ada pelajaran Bahasa Inggris.
Pelajaran yang kurang menarik dan biasa saja di mata Kiara tak semenarik
pelajaran matematika dan kimia. Pelajaran pertama sudah berakhir tanpa adanya
Guru dan terbuang sia-sia, di akhir waktu yang tersisa kejenuhan kian
menjadi-jadi Kiara pun mengajak Nita untuk pergi ke kantin, kakinya baru lima
langkah berlalu tiba-tiba sesosok wajah asing datang mengucap salam, menghampiri
dan bertanya, membuat langkah mereka berputar kembali.
“Assalamualaikum.”
Ucap makhluk asing
“Waalaikumsalam.”
Jawab Kiara dan Nita serempak.
“Boleh
nanya, kalo kelas 12 IPA 1 dimana ya terus kalian murid kelas berapa kok ada
diluar?” tanyanya menginterogasi.
Seketika
kepanikan menghampiri wajah Kiara dan Nita.
“Itu
kelas IPA.1” jawab Kiara menunjuk ke arah kelas.
“Kita
murid kelas IPA 1” saambungnnya diliputi rasa malu.
“Oooh,
yaudah kalau gitu ayoo masuk, sekarang pelajaran Mr.” ajaknya penuh semangat.
Kesan
kurang baik dipertemuan pertama Kiara dan Nita dengan Guru baru membekas dalam
ingatan Kiara. Mereka mengikuti guru baru yang belum diketahui namanya itu
sampai ke dalam kelas.
Di
samping Kiara sudah ada Anindia sahabat sekaligus teman sebangkunya sejak kelas
10 dan bertahan sampai sekarang, dan masih dibangku pertama. Di depan kelas
seseorang yang baru ia temui sedang sibuk membuka laptop, menayangkan cv dan
memperkenalkan diri.
“
Assalamualaikum… students ? how are you today?’ tanyanya dengan aksen inggris
yang fasih.
“
Waalaikumsalam… Pak… “ jawab siswa 12.1 kompak
“
Introduce my self my name is Ahmad, S.Pd, I graduated in UPI Bandung, … … … and I am as a
new English teacher for you all …. …. “
perkenalannya panjang lebar dan penuh
semangat
Respon
yang guru baru itu dapatkan hanya wajah-wajah yang membingungkan tak ada satu
kata yang terucap dari murid-murid selain tersenyum.
“ Oke
baiklah, perkenalannya menggunakan Bahasa Indonesia saja ya… “
Kiara
menangkap beberapa informasi dari pemaparan Mr. Ahmad, dengan kesimpulan yang
mengagumkan. Mr. Ahmad guru baru bahasa Inggris lulusan terbaik dari UPI
Bandung, aktif, seorang pemimpi, sukses di usia muda, banyak pengalaman menarik
dan berharga hampir disetiap
pemaparannya berhasil memotivasi para pendengarnya, bukan hanya itu hal yang
paling mengagumkan dari perkenalannya adalah dia juga seseorang yang aktif dibidang
keagamaan dan tentunya Guru muda yang sholeh nan santun.
Ada
kesamaan yang membuat Kiara terenyuh saat mendengarkan motivasi Mr. Ahmad,
tentang keajaiban “menulis”.
“
Tuliskan setiap mimpimu karena secara tidak langsung target dalam tulisan itu
menjadi doa dan strategi yang akan mengantarkanmu pada keberhasilan.
Orang-orang yang sukses adalah mereka yang terbiasa menuliskan setiap target
dan mimpi dalam tulisan”
Rangkaian
kalimat yang membuat Kiara semakin yakin dengan keajaiban tulisan yang biasa ia
lakukan.
Setelah
memberikan motivasi, Mr. Ahmad pun bertanya kepada para siswa kelas XIIIpa. 1
“Siapa
ketua kelas Ipa. 1?”
“Anindia”
jawab para murid serempak.
“Kalau
sekretarisnya”
“Kiaraa
” jawab mereka mengarah ke Kiara dan Anindia
“Hmm
ternyata dua orang yang duduk di bangku yang sama” ujar Mr. Ahmad dengan
senyuman penuh Tanya
“Peringkat
ke-1 ,2 dan 3 di kelas ini siapa? Tanya nya lagi
“
Anindia…Kiara” masih dengan jawaban yang sama
dan dilanjut “ Sonia”
“Kalian
berdua yaaaa” senyumannya kian tak jelas
Pertemuan kedua,
Hari
selasa tiba, pertanda mata pelajaran bahasa inggris yang tidak digemari Kiara
akan tiba.
Proses
pembelajaran berbeda dari biasanya, Kiara dibuat jatuh cinta dengan mapel ini
pengajaran yang dilakukan Mr. Ahmad sangat unik, menyenangkan, mudah dipahami
dan tidak lagi membosankan.
Selepas
pembelajaran itu berakhir disambung dengan istirahat. Di ujung kelas sana ada
Bu Rika yang memanggil Kiara dkk. Seketika Bu Rika merangkul pundak Kiara dan
berbisik.
“Indii,
kamu ada niatan nikah muda ngga? Kalau ada ibu kenalin ke Mr. Ahmad ya. Dia mau
nikah muda.” Bisik bu Rika
Seketika
perasaan Kiara berkecamuk tak menentu, tak ada jawaban yang mengiyakan selain
senyuman yang menandakan kekonyolan. Setelah berbisik kepada Kiara Anindia
menjadi sasaran selanjutnya, dengan pertanyaan yang sama. Sesampainya di kelas,
Kiara dkk ngobrol seperti biasanya karena Guru Mapel Fisika tidak hadir, dan
itu menjadi moment bergosip ria. Dari obrolan tersebut sampailah Kiara pada
satu kesimpulan, bahwa orang yang dibisiki dan ditawari Bu Rika hanya dia dan
Anindia.
Bel…
pulang telah berbunyi
Kiara
masih dengan kebiasaan rutinnya, sebagai
sekretaris kelas dia harus setia mengantarkan buku agenda dan presensi kelas.
Ada satu kejadian yang membuat hatinya bergetar perasaan aneh yang
berturut-turut.
“
Assalamualaikum, indii .” sapa Mr. Ahmad didepan pintu kantor
“Waalikumsalam”
jawab Kiara
“Buku
agendanya disimpan disini ya…”
“Baik
Mr.” jawab Kiara sambil menyimpan buku agenda.
Indii,?
Tanya Kiara didalam hatinya.
Nama
panggilan yang berasal dari nama akhir, nama yang hanya disebut oleh
orang-orang terdekat saja, nama panggilan yang hanya disebut ketika sudah akrab
dan nama panggilan yang hanya disebut oleh guru yang benar-benar dekat. Kini
dalam benak Kiara hanya merasakan keanehan sekaligus rasa senang. Darimana dia
tahu nama panggilan Indi, Tanyanya lagi dalam hati. Namanya yang panjang kadang
sulit untuk diingat orang, hal yang jelas berbeda dari Mr. Ahmad. Di pertemuan
kedua ini dia langsung mengenal dan mengingat nama Kiara bahkan nama panggilan
khusus.
Nama
panggilan yang berhasil membuat hati Kiara bergetar dan terbang kegirangan.
Agustus ,
14
Agustus adalah Hari Pramuka, Kiara dan anggota pramuka lainnya mengikuti acara
camping. Untuk tiga hari dua malam, yang membuat Kiara, Anindia, dan Mr. Ahmad
semakin dekat. Acara yang di hadiri siswa SD-SMA semakin meriah dan terasa
hangat tepat dimalam api unggun. Cuaca malam dihiasi bulan, kian menambah
keindahan malam. Kehadiran Mr. Ahmad semakin memacu Kiara untuk tampil menjadi
yang terbaik. Bersamaan dengan itu Kiara ditunjuk untuk membacakan Puisi,
membacanya dihadapan orang-orang berbaju coklat. Selepas bacaan puisi sampai
pada titik terakhir, seakan ada tarikan kuat yang membuat mata Kiara tertuju
pada Mr. Ahmad, senyuman dengan acungan jempol yang melegakan. Tak sampai disana, tiba-tiba Kiara
mendengarkan curhatan Anindia Mr. Ahmad datang memenuhi layar ponsel Anindia
memberikan banyak perhatian dan perlahan Anindia di buat jatuh cinta. Sontak
keheningan malam kian terasa, baru saja dalam hitungan menit dia merasakan
bahagia kini disusul dengan rasa sesak di dada.
Keesokan
harinnya,
Waktunya
pulang, setelah tiga hari camping tanpa makanan enak dan jauh dari orangtua
akhirnya waktu untuk rebahan tiba. Karena perwakilan dari SMA hanya ada 10
orang maka sekolah pun tidak menyewa mobil yang ada hanya motor dari beberapa
anggota. Kiara datang diantarkan ayahnya sedangkan Anindia diantarkan oleh Kakaknya.
Sampailah mereka pada titik kebingungan pulang bareng siapa, mencari target
yang bisa mengantarkan mereka pulang. Tiba-tiba datanglah Mr. Ahmad dan Pak
Samsul menawarkan jasa, dengan cepat Kiara memilih ikut dengan Pak Samsul dan
menyarankan Anindia agar ikut Mr. Ahmad. Berdasarkan kesepakatan bersama
sebelum pulang ke sekolah dan rumah masing-masing kita semua harus mencuci
tenda ke sungai. Tingkah anak-anak kelas XI dan XII itu tak ubahnya anak kecil
bermain air dan susah dikendalikan. Dan akhirnya mencuci tenda menjadi tugas
para Pembina.
Ada
panggilan yang tiba-tiba menghentikan kegiatan yang mengasyikan bagi Kiara.
“Indii,
sini bantuin Mr.” pinta Mr. Ahmad
“Baik
Mr.” Jawab Kiara menghampiri
Ketika
tenda itu dibentangkan dari ujung keujung, kemudian dilipat sampai akhirnya
lipatan terkecil itu membuat Kiara dan Mr. Ahmad saling mendekat ada senyuman
yang tidak bisa dihindarkan. Semua tenda sudah dicuci bersih, Anindia berbisik
meminta sesuatu pada Kiara.
“Kaa
indii, kita tukeran posisi yu, aku gamau pulang bareng Mr. Ahmad” pintanya
memelas
Melihat
ekspresi sahabatnya, Kiara pun langsung mengiyakan. Sahabatnya yang satu ini
adalah sahabat terbaik Kiara, panggilan Kakak sudah melekat di diri Kiara
khususnya panggillan yang selalu Anindia ucapkan.
Bagi
Anindia yang anggun nan sholehah, sulit untuk mengajukan permintaan. Akhirnya Kiara
pun menawarkan diri untuk ikut Mr. Ahmad. Rumah yang searah menjadi alasan yang
kuat. Setelah sekian lama Kiara tidak merasakan hal yang mendebarkan dan
setelah sekian lama pula tidak mendengar kata “cieeee” kata itu pun mendarat
ditelinga Kiara. Dengan tidak sengaja salahsatu temannya yang sedang
menongkrong di jalan tersenyum dan meneriakan kata ciee. Mungkin terlihat seperti
sepasang kekasih, pikir Kiara.
Setelah
banyak kejadian yang membuat hatinya berwarna, ada satu hal yang mebuat Kiara
semakin yakin bahwa dialah orang yang selama ini dia tunggu kehadirannya. Satu
informasi yang meyakinkan Kiara bahwa Mr. Ahmad lahir di hari jumat dengan
symbol air, symbol yang sedari dulu Kiara yakini bahwa orang-orang yang
bersimbol air selalu membuatnya merasa tenang, dan itu terbukti dari sahabat
dan si bungsu yang mampu mereedam amarah Kiara. Sejak saat itu Kiara menjuluki
Mr. Ahmad dengan julukan Sang air hujan. Dia yang lahir di hari jumat, anak
pertama, dengan inisial A dan bergolongan darah O perpaduan sempurna yang dia
cari selama ini.
***
Dimana
ada Anindia disitu ada Kiara, nomor satu dan dua, untuk perawakan yang
sama-sama kecilnya, senyuman yang sama pula, Anindia perempuan yang sesuai
dengan kriterianya keanggunan, keshalihan, kepintaran yang selalu membuat Ahmad
terpesona. Kiara bayangan Anindia yang asik ketika diajak diskusi, memberikan
kenyamanan, dan keceriaan yang selalu dia tampilkan. Tidak sulit bagi Ahmad
untuk memikat keduanya,layaknya rangking di kelas Anindia tetap menjadi yang
pertama. Kiara tetaplah nomor dua bayangan yang dapat mengantarkannya pada
pilihan pertama. Sejak pertemuan pertama, ada yang lain dipandangan Ahmad
ketika melihat Anindia dan Kiara kesatuan yang Ia rindukan nomor satu dan nomor
dua. Permintaan Kiara yang sulit ditolak oleh Anindia menjadi informasi yang
menguntungkan bagi Ahmad dengan begitu Ahmad bisa mendekati keduanya. Mengajak Kiara
adalah tiket perdana yang bisa ia dapatkan agar bisa dekat denganAnindia.
Desember
Agenda
study tour telah tiba, dua rombongan bus melaju menuju kota Bandung pergi ke
museum Geologi, menjajaki kampus ITB dan bonusnya berkunjung ke kebun binatang
dan alun-alun Bandung. Ahmad menjadi salah satu pembimbing yang ikut menemani
para siswa. Setiap momen ia gunakan dengan baik, tentang rencananya mendekati
Anindia lewat Kiara berjalan dengan baik. Langkah kaki ketiganya jalan
beriringan, hingga sampai pada fase yang menggambarkan semuanya. Mereka bertiga
terpisah dari rombongan dan sampailah pada danau kecil dengan beberapa sepeda
air berbentuk angsa dengan keadaan yang hening hanya ada mereka dan dua orang
penjaga. Ahmad pun mengajak Kiara untuk naik sepeda air, sudah dipastikan jika Kiara
berkata ya maka Anindia pun sama. Ketiganya naik sepeda air berbentuk angsa,
air yang cukup hijau, pemandangan sepasang angsa yang kian menambah kebahagiaan
Ahmad. Dia duduk di tengah di samping kanan ada Anindia yang terus ia
perhatikan, dan disamping kiri Kiara yang sedari tadi memotret pemandangan alam
sekitar. Melihat Kiara memotret Ahmad pun berinisiatif dan meminta Kiara untuk
memotretnya berdua bersama Anindia, lalu mengajaknya untuk wefi. Moment
terindah yang Ahmad rasakan.
***
Kejadian
di kota Bandung menjadi sejarah yang mengesankan bagi Kiara, dan menjadi
pelengkap di catatan hariannya. Banyak kisah dan berujung pada kesimpulan yang
semu. Sang air hujan yang mulai menghiasi warna hatinya selalu membuat Kiara
bingung, dengan apa yang sebenarnya Mr. Ahmad raskan, di lain sisi dia
memberikan perhatian yang sama, sesekali dia dapati Mr. Ahmad yang sedang
mencuri pandang.
Kejadian
di sepeda air tadi sebenarnya telah menjawab setiap tanya Kiara, namun rasa
kagumnya mulai mengalahkan dan membutakan mata hati Kiara. Yang Kiara lihat
hanyalah rasa yang dimiliki Ahmad. Tak berselang lama dari kejadian tadi,
lagi-lagi Kiara dibuat terkejut dan bahagia dengan segala kejadian yang
didukung oleh alam, kebaperannya kian menjadi-jadi. Ketika mata Ahmad dan Kiara
saling bertemu, lambaian tangan Ahmad mendorong langkah Kiara. Ajakan Ahmad
berhasil membuat ketiganya terjebak dalam situasi yang sama. Saat Ahmad
mengajak Kiara untuk pergi berbelanja ke swalayan terdekat, berburu oleh-oleh
dan menikmati keramaian Bandung di sore hari. Langkah mereka berhenti di salah
satu tempat perburuan pakaian. Pakaian anak yang dipilih Kiara sebagai buah
tangan untuk si bungsu dan keponakannya.
Bukan lagi seperti pasangan kekasih, tapi seperti pasutri yang sedang
berburu pakaian untuk anak-anaknya. Sesekali Ahmad tersenyum melihat tingkah Kiara,
itulah ekspresi yang Kiara dapatkan dari wajah Ahmad, menggoda Kiara dan ikut
memilih pakaian anak. Satu saran yang Kiara iyakan, berlabuhlah pilihannya pada
baju overall berwarna coklat. Ketika Kiara ingin mengambil baju dari gantungan
yang tinggi, lagi-lagi Ahmad tersenyum dan menggodanya kembali, melihat Kiara
yang jingjit-jingjit meraih pakaian yang tak kunjung teraih, Ahmad pun meraih
pakaian yang Kiara pilih. Kesigapan dan gelagat Ahmad semakin membuat Kiara
merasa special.
Part 7 Alarm
Libur
penghujung semester kedua,
Kiara
masih merasakan libur akhir semesternya, yang mulai terasa jenuh dan
membosankan. Setelah hampir dua bulan diam di rumah, di habiskan dengan
rebahan. Kegiatan yang sama untuk setiap harinya setelah membantu Ibu dan
mengerjakan agenda wajib, mencuci, akhirnya kembali dalam pelukan kasur. Rindu sahabat the sayur, rindu kosan, rindu
perkuliahan dan segala hal yang membuat dia menyepi sendiri. Para mahasiswa
yang seangkatan dengan Kiara pasti sedang merasakan kejenuhan yang sama, beda
halnya dengan mahasiswa tingkat 3 yang disibukan dengan kegiatan PPL dan KKN.
Semenjak memutuskan untuk membuka hati, layar ponsel Kiara dipenuhi chatan
dengan dia yang berinisial “D”.
Dera Nayazka
Mahadev nama kontak paling atas yang bertengger di whatsapp Kiara, setelah
beberapa minggu kebelakang chatan mereka semakin intens dilakukan, apalagi
ketika Dera meminta Kiara untuk menjadi “alarm” shalatnya. Ada beberapa nama
yang datang dengan ketidakjelasan, memberi komentar di setiap snapan, atau
bahkan tiba-tiba memberikan perhatian yang justru tidak diindahkan oleh Kiara,
terlalu caper itu yang membuat Kiara mengabaikannya. Ada hal yang aneh yang
dirasakan Kiara, berbeda dengan yang lain Dera berhasil menjadi nama paling
atas dan paling sering dihubungi. Dera
yang hadir tepat disaat Kiara mulai membuka diri dan hati, meski ketakutan masih
membayangi Kiara. Berawal dari teman
curhat, untuk pertama kalinya Kiara berani mencurahkan keluh kesahnya pada
lawan jenis, ada kelegaan saat dia mencurahkan isi hatinya pada Dera. Pernah di
satu malam yang panjang, saat Kiara mencoba untuk begadang meminum seteguk kopi
yang membuat matanya sulit untuk dipejamkan, lambung yang terasa sakit dan naik
turun serta gemetar yang menimbulkan rasa letih. Untunglah pada saat itu chatan
dari Dera mampu menemani malam hening panjang yang melelahkan. Hal itu membuat
Kiara merasakan keanehan hingga sampai pada fase menjadi alarm shalat bagi
Dera.
Disaat
Dera memintanya untuk menjadi alarm, ada tanya dan curiga bau-bau modus itulah
yang Kiara pikirkan. Namun seakan ada tarikan kuat yang mampu menariknya untuk
masuk dalam jebakan akhirnya Kiara pun setuju dan mengiyakan.
Sejak
saat itulah kedekatan yang tidak biasa yang Kiara rasakan. Kontak dengan nama Dera
Nayazka Mahadev pun berubah menjadi Mocin, nama yang disarankan Dera pada
Kiara. Seperti seorang muadzin yang setia mengumandangkan adzan mengingatkan
untuk shalat, hal yang sama yang dilakukan Kiara. Di setiap waktunya Kiara
mengingatkan Dera untuk shalat, atau jika Kiara telat mengingatkan Dera yang
akan mengingatkan Kiara, saling bergantian dan mengingatkan. Setelah menjadi
alarm shalat tanya pada hati Kiara semakin menjadi-jadi, puncaknya ketika Dera
melaksanakan KKN, ada satu permintaan Dera yang kembali Kiara iyakan, saat Dera
meminta Kiara untuk memposting video grup KKN Dera dengan caption “semangat
Teteh mocin”. Kiara yang membaui kemodusan namun tidak bisa mengelak tanpa
alasan.
Selama
Dera KKN, kedekatan mereka pun semakin menjadi-jadi meskipun diantara mereka
hanya sebatas teman maya. Awal pertemuan Kiara dan Dera di acara organ extra
kampus, setelah itu tidak pernah bertemu lagi, sekalinya bertemu ketika acara
liliwetan dan itu pun tanpa tegur sapa.
Dan
kini nama Dera masuk ke dalam buku catatan harian Kiara, inisial “D” dengan
ribuan tanya. Perlahan namun pasti, nama dengan inisial “D” menggeser inisial
“A” sang air hujan yang ingin dia lupakan. Sejenak curhatan Dera tentang
melupakan membuat Kiara sadar untuk melupakan bayangan yang tak semestinya dia
aamiinkan.
Nyatanya melupakan seseorang menggunakan
seseorang
Bukanlah hal yang tepat dan hanya akan bertahan sesaat.
Qotp.2
Kkn
diminggu pertama sudah dilalui dengan baik, meskipun jaringan disana lemah
sesekali Kiara mendapatkan kabar dari Dera bahkan sempat ada telpon masuk,
bukan hanya ponselnya saja yang bergetar hal yang sama yang dirasakan hati
Kiara. Untuk panggilan pertama Kiara tidak menjawabnya, berat bagi Kiara yang
introvert untuk menjawab telepon.
Seseorang
dengan inisial “D” yang datang seperti angin membuat Kiara merasakan kesejukan.
Dia yang kini Kiara juluki Sang angin, berhasil masuk dalam pori-pori
kenyamanan, menjadi tempat mencurahkan isi hati dan menjadi penasihat yang
Kiara dengarkan. Ada satu kecelakaan yang membuat Kiara merasa hancur tak
karuan, dia butuh orang yang dapat memberikan ketenangan. Setelah mencurahkan
segala isi hatinya di sujud malam dan tulisan, selain itu terlintas dibenak
Kiara untuk menghubungi sang angin, ingin sekali dia menceritakan kejadian
mengenaskan yang tengah ia rasakan, namun sayang yang terlihat hanya ceklis 1.
Dua
hari kemudian,
Hp
Kiara bergetar, panggilan masuk dari orang yang selama ini ia butuhkan. Dengan
seketika Kiara menceritakan kejadian naasnya dan Dera meluncurkan
kalimat-kalimat nasihat yang menyejukan.
Untukmu teman mayaku…
Yang haDir tanpa kejelasan namun memberikan kenyamanan
ADa banyak Tanya yang meliputi
Tentang rasa yang tidak bisa ku jelaskan dengan kata-kata.
Dan Aku hanyalah perempuan biasa
Makhluk yang mudah melibatkan rasa
-angin
Part 8
Janji Pertama
Masih
di liburan panjang yang Kiara rasakan, bertukar pesan dan cerita dengan sang
angin, membuat kejenuhan kian sirna. Nama mocin yang tercyduk oleh Kakaknya
membuat Kiara dihampiri banyak pertanyaan. Akhirnya Kiara pun menceritakan secara
detail siapa dia dan bagaiamana bisa chatingan. Mungkin menjadi pemandangan
aneh bagi Kakak Kiara, tak biasanya Kiara mengunci ponselnya dengan pengaturan
ekstra, rasa curiga kian menjadi-jadi setelah Kiara terlihat asik dengan
handphonenya dengan senyuman yang tidak bisa dia sembunyikan.
Kejadian
ini lantas menjadi laporan yang ia laporkan pada sang angin, sampai pada titik
Kiara mnceritakan tentang ketakutannya mengenai pacaran. Ketakutan yang
memiliki alasan, ketakutan ini muncul sejak Kiara duduk dibangku putih abu
tepatnya kelas XI. Banyak kejadian menyeramkan dari pacaran yang nampak
dihadapan Kiara, selain itu ada beberapa kehilangan yang Dia rasakan. Tepat di
kelas XI salah satu teman dekat Kiara putus sekolah dan akhirnya menikah
alasannya ya karena pacaran yang berlebihan. Dan moment paling menyedihkan bagi
Kiara ketika saudara dekatnya berubah 180 derajat ketika sudah mengenal kata
pacaran, sikapnya yang mulai berubah, seakan hidup ini hanya miliki mereka
berdua, menjadi sosok yang tidak Kiara kenali dan inilah moment kehilangan
terbesar serta patah hati paling serius yang Kiara rasakan. Kejadian ini
membuat Kiara benar-benar merasa ketakutan, terlihat jelas bagaiamana kesedihan
orangtua saudaranya yang menyaksikan kejadian itu raut kekhawatiran tergambar
jelas. Satu pemandangan yang membuat Kiara merasakan bagaimana rasa khawatir
orangtua ketika melihat anaknya pacaran.
Moment
ketakutan dan kehilangan yang Kiara rasakan mengantarkannya pada cahaya cinta
yang sesungguhnya. Dalam ketakutannya Sang Maha Cinta datang menyapa lembut,
menunjukkan kasih sayang yang tak ada bandingannya. Kejaadian yang membuat
Kiara hijrah dan lebih mendekatkan diri pada Sang Kuasa. Sejak saat itu pula
Kiara mulai membenahi diri, kembali mengaji setelah satu tahun resign, dan
mempelajari ilmu agama leih dalam lagi.
Duduk
dibangku kuliah dengan segala rasa sepi yang dialami, menjadikan Kiara si
pemburu kajian dan tiap pekannya tak terlewatkan. Dari kajian-kajian tersebut kian membawa
Kiara pada cahaya cintanya, beberapa kajian membahas tentang bahaya
khalwat/pacaran. Kajian yang ngena dan membuat keyakinan tentang ketakutannya
itu benar. Dengan sangat jelas Pak Ustadz menerangkan bahaya pacaran. Jangankan
pacaran mendekatinya saja bahaya.
Seringnya
komunikasi dengan Dera membuat Kiara merasakan ketakutan, takut jatuh cinta itulah
yang dia rasakan. Masih pada ketakutan yang justru membuat dia berlabuh pada
sujud-sujud malam yang panjang, selepas berdoa dan memohon ampunan seperti
biasa Kiara pun mencurahkan isi hatinya pada Sang Maha Cinta, menceritakan
setiap kejadiannya, kedekatannya, bahkan ketakutannya. Dan sampailah pada titik
doa.
“Jika
dia jodohku dan yang terbaik untukku, maka satukanlah kami dengan Cinta-Mu.
Mudahkanlah dalam setiap penjemputannya. Jika dia bukan yang terbaik untukku
jauhkanlah sejauh mungkin dan berikan hamba keikhlasan.”
Minggu selanjutnya,
Layar
ponsel Kiara kini tak banyak diusap, di whatsappnya hanya ada pesan grup dan
dua nama dengan pesan baru yang tak dihiraukannya. Sang angin, menghembuskan
tiupannya entah kemana. Akhir-akhir ini tak ada lagi kabar tentang dia, tak ada
lagi alarm yang mengingatkan untuk shlat,
tak ada lagi chatan dan komunikasi antara Kiara dan Dera. Hanya tersisa
satu pertanyaan di benak Kiara apakah ini bagian dari doa-doa panjangnya. Tak
sengaja Kiara melihat snapan Dera yang bertuliskan akhwat manis. Kiara pun
menghela nafas, mengucap syukur serta beristigfar, mungkin ini memang jawaban
terbaik dari doa yang dia langitkan. Ada akhwat manis, mungkin dia adalah
perempuan special bagi Dera yang telah membuuatnya move-on dari mantannya,
pikirnya begitu.
Secara tidak langsung snap WA memberikan kabar
yang mengejutkan, kejadian ini langsung Kiara adukan dalam sujud panjang dan
tulisan. Kiara sadar akhir-akhir ini dia mulai keluar dari batasan. Dan ini
menjadi teguran termanis yang Ia rasakan.
“Wahai
Pemilik hati…
Maafkan
diri ini yang luput dalam perasaan yang salah
Maaf
telah menjadikan dia makhlukmu sebagai sandaran luapan isi hati
Maafkan
diri ini telah membuat-Mu cemburu
Dan
hari ini aku berjanji untuk tidak berkomunikasi lagi dengan dia
Untuk
tidak menjadikannya tempat mencurahkan isi hati
Gugur,
1
Part 9
Dipertemukan
Semester
ketiga,
Di awal semester baru setelah masa hibernasi selama 3 bulan
lamanya cukup membuat segala kerinduan Kiara terobati. Di semester baru dengan
pemikiran yang baru dan keadaan hati yang baru, mulai membuat semangat dan
kepercayadirian Kiara tumbuh kembali. Di semester ganjil ini Kiara hadir dengan
semangat baru, mengikuti berbagai kegiatan dan ikut serta menjadi panitia acara
membuat Kiara hidup kembali. Organisasi dan komunitas yang Kiara ikuti cukup
membuat dia disibukkan dengan berbagai kegiatan dan membuatnya tidak merasa
kesepian. Untuk pertamakalinya setelah akrab lewat chatan dia kembali
dipertemukan dengan Dera sang angin yang telah meniupkan helaian daun, ada rasa
bingung dan canggung yang dirasakan oleh Kiara, harus nanya dari mana atau
sekedar senyum pun berat bagi manusia yang berwatak seperti Kiara. Dalam
hatinya banyak perdebatan yang sedang terjadi.
“Kalo ketemu dia aku harus ngobrol apa, senyum jangan ya…
ah jangankan senyum dan ngobrol menatap saja aku takut. Dasar aku asyik di chat
tapi garing di dunia nyata -,- udahlah diem aja kalo dia senyum baru senyum,
kalo dia ngajak ngobrol baru aku jawab. Selebihnnya mh diam saja -,”
Dipertemukan di lingkungan kampus sendiri rasanya aneh bagi
Kiara, setelah banyak obrolan yang terjadi semuanya seakan asing, tak seakrab
di whatsapp. Untuk karakter yang hampir sama pikir Kiara begitu.
Setelah beberapa minggu masa PKKMB berakhir, organisasi
KAMMI mengadakan acara daurah yang seperti biasa dilakukan. Sebelum daurah
diadakan seminar kemahasiswaan terlebih dahulu dilaksanakan. Di kegiatan
seminar tersebut Kiara menjadi panitia acara bersama dengan Rahayu teman
seorganisasinya. Menjadi partner terbaik sekaligus teman curhat Kiara.
Dipertemukan di acara daurah yang sama membuat Kiara dan Rahayu merasa klop.
Merancang acara bersama dan dipertemukan beberapa kali di rapat pekanan,
semakin membuat keduanya saling memahami satu sama lain.
H-2 Seminar…
Dua pekan rapat, mengajukan proposal, dan mempersiapkan
acara dengan matang menghadirkan keakraban di antara anggota yang lain termasuk
Kiara, ditengah percobaannya untuk lebih membuka diri membuat dia tidak sepertiu
dulu. Kebetulan untuk panitia acara ada empat orang yaitu Kiara, Rahayu, Fauzi
dan Sodikin. Untuk kegiatan seminar ini mereka benar-benar bekerjasama dengan
baik. Ada satu pertemuan khusus panitia acara, disana Kiara mulai mengenal Kang
Sodikin ikhwan soleh pemilik suara merdu, di awal semester Kiara pernah menjadi
fans Kang Sodik suaranya yang merdu saat melantunkan ayat suci al-quran yang
terdengar jelas di balik kosan Kiara, menjadi imam masjid dengan suara khasnya
membuat setiap orang yang mendengarnya akan terenyuh dan dibuat jatuh cinta.
Dipertemukan langsung dan berkenalan membuat Kiara mulai merasa bersyukur,
selain itu ada Kang Fauzi yang sama baiknya, humoris meskipun baru pertamakali
kenal tapi sudah terasa akrab, apalagi saat keduanya sudah memanggil Kiara
dengan panggilan Indi. Di pertemuan rapat kali ini ada beberapa hal yang
dibahas dari pembagian tugas sampai menyusun rundown acara, Rahayu menjadi pengatur
acara, Kang Sodik menjadi pembaca tilawah quran, Fauzi dan Kiara menjadi
moderator dan Dera menjadi MC. Selama rapat khusus ini ada beberapa pemandangan
yang menghadirkan kata “oh” bagi Kiara. Dari mulai melihat karakter Kang Sodik
yang ternyata asik. Di balik acara rapat sore Kiara tak sengaja memperhatikan
gerak-gerik ketiga rekannya, sampai memberikan kesimpulan pasti akan ada
sesuatu diantara ketiganya. Kang Fauzi yang tak henti-hentinya menggoda Kang
Sodik dan Teh Rahayu, dan seakan menjodohkan keduanya. Tatapan Kang Sodik ke Teh
Rahayu kadang tak sengaja Kiara dapati, melihat senyuman diantara keduanya
membuat Kiara geli sendiri.
H-1 acara seminar …
Senja kian menampakkan diri
Awan biru yang mulai tergantikan oleh kilauan jingga,
Dan kepadatan umat manusia diujung jalan pemda, menandakan
bahwa sore telah tiba,
Namun kegiatan tak berhenti sampai di waktu ini, para
panitia disibukkan dengan blusukan lokasi sampai membersihkan aula yang akan
menjadi tempat seminar. Sayangnya, tak semua panitia terlibat dalam kegiatan
beres-beres hanya ada beberapa orang yang akhir-akhir ini membuat Kiara
mengenal mereka lebih jauh, ada Teh Rahayu orang paling loyal dan on time, Kang
Sodik yang sedari tadi sibuk mengajak di grup, Kang Fauzi orang yang kian
menambah keceriaan selama beres-beres, Teh Reni pembicara pintar yang terus
memberikan semangat, Kang Nugraha salahsatu pemateri acara seminar, dan Kang
Dera yang membuat pemandangan lain bagi Kiara. Diantara segelintir panitia yang
datang, Kiara dibuat tersentuh ketika kedatangan Dera yang tidak sendiri,
membawa sesosok makhluk lucu, seorang anak kecil yang ikut setia menemani
langkah Dera, ternyata anak laki-laki yang sedari tadi nempel di dekat Dera
adalah keponakannya. Pemandangan itu kian membuat Kiara semakin bertanya-tanya
paada rasa aneh yang meliputi perasaannya. Yang jelas pemandangan itu membuat
Kiara senyum sendirii dan lagi hatinya sibuk ngobrol sendiri dengan kesimpulan
yang baik.
“Terlihat jelas ponakannya dekat banget sama Kang Dera, sampe
gak mau jauh-jauh gitu. Salut deh sama dia ditengah kesibukannya masih mau
ngajak ponakannya ke acara kek gini, hal yang jarang terjadi nih hal langka
buat para pemuda milineal. Ponakannya aja sampe diajak-ajak gitu apalagi anak nya nanti. Duh calon bapak
yang baik.”
Obrolan hati Kiara terhenti ketika Teh Rahayu
mengahampirinya,
“Indii?” panggil Rahayu
“Iya ada apa Teh?” Tanya Kiara
“Di kosan kamu ada sapu sama pel” Tanya Teh Rahayu
“Ada Teh” jawab Kiara
“Boleh pinjem, soalnya disini ga ada sapu sama pellan.”
Pinta Teh Rahayu
“Boleh pisan Teh, tapi harus diambil dulu ke kosan kan
lumayan jauh juga.”
“Tunggu bentar ya, harus pinjem motor dulu. Kamu bisa bawa
motor” Tanya Teh Rahayu lagi
“Bisa Teh”
Diparkiran hanya ada
tiga motor yang ketiganya bukan motor matic yang biaasa dipakai cewe, padahal
Kiara sudah terbiasa dengan motor bergigi, hanya saja tidak ada kesempatan
untuk dia mengendarainya dengan alasan khawatir, alhasil Kiara pun pergi
diantar Kang Fauzi. Untuk pertamakalinya lagi dia dibonceng oleh lawan jenis,
selama di perjalanan rasa takut terus menghampiri. Sesampainya di kosan Kiara
pun langsung membawa perlengkapan yang dibutuhkan.
Setelah peralatan ada, para panitia pun bekerjasama
membersihkan aula. Dan lagi Kiara dibuat tersentuh dengan perbuatan Dera. Kiara
hanya menyapu dan membersihkan sedikit halaman luar tanpa mengepel lantai.
Lantai yang lumayan kotor membuat Kiara enggan untuk melakukannya, akhirnya Teh
Rahayu dan Dera yang mengepel lantai. Pemandangan unik yang membuat hatinya tersentuh,
seorang laki-laki yang dengan rela melakukan pekerjaan rumahan, tanpa ada rasa
malu dan tidak enggan untuk melakukannya sungguh membuat Kiara mengingat
sesosok cinta pertamanya, ya Ayahnya yang rajin itu seorang pemimpin keluarga
yang pandai melakukan segala hal, teladan terbaik bagi Kiara. Dan hari ini dia
melihat Dera melakukan pekerjaan simple namun bermakna, sudah dipastikan dia
akan menjadi imam yang baik pikirnya begitu.
Keesokan harinya,
Acara yang disusun dari jauh-jauh hari akhirnya tiba juga,
ada banyak kepuasaan dari acara tersebut, jumlah peserta yang membludak
memenuhi ruangan menjadi salahsatu kepuasan tersendiri, kekompakan para panitia
meskipun sempat ada cekcok ringan namun berkesan, dan kesuksesan acara seminar
yang berakhir di waktu yang tepat meskipun di awal acara sempat ngaret.
Kegiatan yang berkesan dan tak terlupakan bagi Kiara,
pengalaman pertama yang memberi banyak warna dan tanya. Kegiatan acara sampai
dipenghujung, semua peserta mendapatkan selebaran formulir, dan sebagian
mendapatkan hadiah, senyuman mereka menjadi kepuasan tersendiri bagi para
panitia.
Adzan dzuhur telah berkumandang, semua panitia, kecuali
satu kepala yang tidak Nampak di hadapan Kiara mulai bergegas mengambil air
wudhu dan menuju panggilannya, mendirikan shalat dan berdoa selepas shalat
dzuhur para panitia kembali ke aula untuk melakukan evaluasi acara, semua
panitia di tuntut untuk mengeluarkan uneg-uneg dan saran selama persiapan dan
acara berlangsung. Kritikan Kiara hanya sampai pada pemilik suara merdu yaitu
kang Sodik yang membuatnya greget. Kecerewetannya di grup panitia yang kadang
mengeluarkan kata-kata yang akan mengguncangkan hati membuat Kiara cukup kesal
dan moment evaluasi ini menjadi tempat dan waktu yang tepat untuk diluapkan.
Meskipun saling memberi kritik tidak membuat diantara panitia berselisih justru
membuatnya semakin erat dan mulai memahami satu sama lain.
Jarum jam sudah menunjukkan angka 14.45 hari mulai sore,
para panitia lantas tidak langsung pulang mereka masih disibukan dengan tugas.
Tugas untuk mengembalikan barang-barang pinjaman, dan masing-masing orang
kebagian. Ketika semua sudah pulang, tinggal tersisa tiga panitia yaitu Rahayu,
Kiara dan Dera. Kiara dengan setia menunggu Teh Rahayu sampai dipastikan aman
naik angkot. Yang tersisa tinggal Kiara dan Dera dengan barang yang menumpuk
dalam pegangan mereka. Disaat Kiara ingin memesan ojek online hpnya mendadak
lowbat, kalaupun naik angkot berat bagi Kiara yang harus jalan dengan barang
bawaan yang begitu banyaknya. Tetiba Dera datang menghampiri dan menawarkan
diri untuk mengantarkan Kiara. Tak ada pilihan lain bagi Kiara selain
mengiyakan, meskipun rasa bingung menghampiri Kiara, bingung tentang topic apa
yang harus dibicarakan selama diperjalanan dia tidak ingin ada keheningan dan
menjadi makhluk yang membosankan. Sampai akhirnya obrolan yang memecah
keheningan dan menimbulkan pertanyaan, satu pernyataan Dera yang membuat Kiara
bertanya pada hatinya setelah dua kejadian yang membuat hatinya merasa
tersentuh.
“Dii, maaf yah.” Dera mengawali obrolan
“Maaf untuk apa?” Tanya Kiara penasaran.
“Aku belum shalat, dan ini udah telat banget.” Tuturnya
pelan
Setelah pernyataan itu sampai di telinga Kiara, membuat
keheningan kembal terjadi. Kiara disibukkan kembali dengan percakapan antara
hati dan pikirannya. Sampai pada satu pertanyaan spontan yang ia tanyakan pada
dirinya sendiri.
“Mengakhirkan waktu shalat. Apakah dia akan menjadi imam
yang baik ketika shalatnya sajaa Dia lalaikan.”
Kebiasaan adalah pola yang diciptakan
dari hal-hal yang dianggap kecil, namun berdampak besar.
Shd_
Part 10
Kabar
Sore hari di tengah meja persegi ini nampak Ahmad dan Pak
Kurnaedi sedang berbincang bersama, keduanya terlihat akrab. Tempat makan ini
menjadi tempat yang sering Ahmad kunjungi setiap harinya apalagi Ahmad yang
masih membujang dan tinggal sendirian mana sempat masak, dan makan di warung
menjadi satu-satunya pilihan. Selain untuk mengisi perutnya yang kosong pemilik
warung yang ramah dan asik diajak ngobrol dan diskusi membuat Ahmad semakin
sering berkunjung, hampir disetiap obrolan nama putri kedua Pak Kurni dia
tanyakan. Beberapa hari ke belakang Ahmad sedang dilanda kebingungan targetnya
untuk membangun rumah sudah didepan mata, hanya saja bagi Ahmad yang baru
bermukim di desa ini membuatnya kebingungan untuk mencari kontraktor bangunan.
Selepas makan dan bercerita pada Pak Kurni akhirnya senyuman dan kelegaan
menghampiri Ahmad.
***
Detik berubah menjadi menit, menit menjadi jam, jam menjadi
hari dan hari berubah menjadi minggu, keseharian Kiara masih tetap sama setiap
Senin-Jumat kuliah, Sabtu-Minggu dia gunakan untuk kajian atau bahkan rebahan.
Disetiap malam Ibu Kiara setia menelpon tak ada malam-malam yang terlewatkan,
dan malam ini menjadi malam sabtu yang penuh kerinduan bagi Kiara. Kakak perempuan
dan keponakannya menginap di rumah, semua anggota keluarga kumpul kecuali
Kiara, hanya vidcall yang bisa dilakukan untuk mengobati rasa rindu yang ada.
Disaat vidcall berlangsung ada kata *cieeee* yang dilemparkan pada Kiara. Kabar
tentang sang hujan tiba-tiba mendarat di telinga Kiara, seketika bayangan Kiara
terbang menghampiri sang hujan dengan senyuman.
“Dii, tadi siang ada yang nanyain lho” ucap Teh Fanila
terkekeh
“Siapa?” jawab Kiara penasaran
“Si dia, calon adik ipar.” Timpalnya lagi
“Calon adik ipar, siapa?” Tanyanya lagi semakin penasaran
“Mr. Ahmad tadi nanyain kamu, dan kata Bapak hampir tiap
kesini pasti nanyain kabar tentang kamu dii, tadi juga ngobrolnya udah kaya
Bapak sama anak” jelasnya
“Nanyain dan ngebahas apa aja?” Tanya Kiara spontan
“Cieee yang penasaran” godanya sambil tertawa
“Eh bukan gitu” jawab Kiara malu
“Tadi dia kesini sambil makan juga, terus nanyain kamu
katanya ada peluang kerja bagus di sekolah. Dia juga ngasih kabar katanya mau
bangun rumah dan kebetulan bapak punya kenalan kontraktor buat bangun rumahnya
Mr. Ahmad.” Tutur Ka Fanila
“Ohhh gitu.” Jawab Kiara singkat.
Setelah obrolan panjang sampailah Kiara pada satu kesimpulan
yang membuat Tanya di hatinya kian
bertambah. Tentang perasaan Kiara dan kekagumannya pada Mr. Ahmad tidak pernah
ia ceritakan pada siapapun kecuali pada doa disepanjang malam dan buku
hariannya. Dan sekarang keluarganya seakan-akan dibuat jatuh cinta pada sang
air hujan. Perasaan Kiara melambung tinggi dan didera kebingungan, bukan hanya
dia yang dibuat terbawa perasaan tapi orangtua dan saudaranya pun sama.
Kabar yang disampaikan Teh Fanila benar-benar membuat
pergolakan hati Kiara semakin menjadi-jadi, di sisi lain dia merasa senang tapi
di sisi lain dia takut semua in hannya harapan semu yang akan berakhir dengan
rasa kecewa.
Semua mesti berjalan dengan sendirinya, Kiara hanya
memasrahkan setiap rasa yang ada, di pertengahan semester tiga ini ada beberapa
kabar yang membuat hatinya kian bertanya-tanya. Tentang sang air hujan yang
datang tanpa kepastian, tentang sang angin yang berhembus kencang.
Di hari senin yang cerah, Kiara melangkahkan kakinya
dengaan penuh semangat jadwal jam 07.00 pagi membuat semua energinya masih
terjaga dengan baik. Hari ini pikirannya benar-benar dinetralkan dari belenggu
perasaan yang terus menjadi Tanya, malam harinya Kiara menuliskan jadwal dan
target yang harus dia capai, target harian tepatnya. Setelah matakuliah pertama
slesai ada jadwal kosong sampai jam 13.00, di ujung kelas yang paling pojok
sudah dikerumuni para pemburu wifi, Kiara dan sahabatnya pun mennyempatkan diri
untuk memburu wifi sebelum pergi ke kosan. Ditengah kesekaratan kuota wifi
kampus pun menjadi incaran, login dan dapat seketika senyuman pun menyeruak di
wajah-wajah kaum du-wifi. Satu persatu pesan di whatsapp memenuhi layar ponsel
mereka, ada yang langsung streaming youtube, ada juga yang langsung melesat
mendowload drakor semuanya serius dengan gadgetnya masing-masing. Tetiba Kiara
dibuat terkejut dengan salah satu kabar dari grup organ ekstra ada banyak
ucapan “syafakallah” yang ditujukan pada Dera. Menghilang tanpa kabar dan
sekalinya ada kabar dia sakit, ada kecemasan yang tak sengaja menghampiri Kiara
meskipun dia bukan siapa-siapa bagi Kiara namun kekhawatiran tidak bisa
dihilangkan dan dilawan begitu saja. Hanya untaian doa yang mampu Kiara lakukan
untuk menetralisir kekhawatirannya.
Di minggu berikutnya, tanpa Kiara sangka-sangka pesan
whatsapp dari seseorang yang berinisial “DR” membuatnya terkejut setelah sekian
lama tak ada kabar. Untuk ketiga kalinya nama kontak Dera diubah dari nama
lengkap, nama panggilan, sampai hanya inisial semua itu Kiara lakukan khusus
pada satu orang yang membuatnya merasa aneh.
“Assalamualaikum” ketik Dera
“Waalaikumsalam” jawab Kiara
“Boleh minta bantuan?” Tanya Dera
“Bantuan apa?” jawab Kiara
“Tolong bantuin aku buat bikin video ucapan ulangtahun.”
Pinta Dera
“Ucapan buat siapa?”
“Buat pacar aku. Jadi kamu bikin video singkat dan ngucapin
ulangtahun buat dia yang ke 22.”
“Tapikan aku gak kenal sama pacar kamu, nanti jadi geje gak
kenal tiba-tiba ngucapin.”
“Gapapa, temen aku yang perempuan juga sama dia gak kenal tapi
aku suruh buat bikin video yang sama,.”
“Okesip” jawab Kiara singkat
“Makasih, videonya ditunggu besok ya.” Tutup Dera
Seketika senyuman getir menghampiri Kiara, “dia memang aneh
dan benar-benar aneh” gerutunya didalam hati.
Bagi Kiara dan bagi perempuan lain mungkin semua ini terasa
aneh, seseorang yang tiba-tiba datang lagi setelah lama menghilang dan
sekalinya datang langsung minta bantuan yang dipersembahkan untuk pacarnya, dan
pacarnya yang sama sekali tidak dia kenali atau bahkan akrab terus sekarang
harus ngucapin ulang tahun. Hati dan pikiran Kiara mulai berdebat keras.
Keesokan harinya,
Sesuai dengan janjinya Kiara pun membuatkan video ucapan
ulang tahun untuk Isna pacarnya Dera, video aneh yang dibuatnya sepenuh hati,
dan bermodalkan hp canggih milik sahabatnya. Tanpa banyak cerita Kiara membuat
video itu dan langsung mengirimkannya pada Dera.
Part 11
Satu Hari Satu Malam
Penghujung tahun di semester ketiga,
Undangan acara seminar di salahsatu perguruan tinggi
fakultas ekonomi syariah, membuat semangat Kiara semakin menjadi-jadi. Sejak
datangnya undangan tersebut Kiara langsung mengosongkan jadwal di hari Sabtu
untuk datang ke acara seminar yang bertemakan Ekonomi dan Entreupeuner. Janjian
dengan beberapa teman, menyiapkan buku dan pikiran untuk menerima ilmu, dan
berangkat sangat pagi, semua itu terbayar sudah dengan acara seminar yang luar
biasa. Dekorasi yang sederhana namun berkelas dan elegant, pemateri-pemateri
yang hebat, apalagi moderator muda yang memancarkan aura kesuksesan dan
ketampanan. Peserta yang membludak, para panitia yang ramah dan jamuan yang
nikmat, setengah hari yang menyenangkan mendapatkan banyak ilmu, bertemu dan
berkenalan dengan teman baru serta mendapatkan doorprize membuat Kiara merasa
senang tak terhingga. Awalnya Kiara duduk dibangku paling depan bersama dengan
teman sekampusnya, chat di whatsapp Kiara terus berdering telpon dari Teh
Rahayu, Teh Janah, dan Teh Hasanah membuat Kiara menoleh kebelakang dan didapatinya
ketiga rekan seorganisasinya, Risti teman yang dari tadi menemaninya pun
melakukan hal yang sama. Akhirnya Kiara dan Risti berpisah berkumpul dengan
temannya masing-masing.
Adzan dzuhur telah berkumandang, acara seminar
diistirahatkan lautan manusia berbondong-bondong ke masjid menuju panggilannya.
Selepas shalat dzuhur di group kammi riuh dengan rencana
acara dadakan, yaitu acara liliwetan di rumahnya Teh Hasanah setelah banyak
drama bau-bau batalnya acara, akhirnya acara berlanjut, sehabis seminar mereka
pun berlalu menuju rumah Teh Hasanah.
Di gerbang pintu kedua ada seseorang yang aneh tertangkap
oleh bola mata Kiara, dia yang sudah lama tak menunjukan batang hidungnya baik
di hadapan Kiara maupun rekan seorganisasinya, kebingungan kembali menghampiri
Kiara antara harus menyapa atau diam dan pura-pura tak melihat Dera, kebingungannya
hilang berkat Teh Hasanah yang langsung menyapa dan mengajak Dera untuk ikut ke
acara liliwetan dadakan. Satu pemandangan aneh yang membuat Kiara tercengang
sepuntung rokok yang terselip ditangan kanan Dera.
Sesampainya dikampus,
Sebelum berangkat ke rumah Teh Hasanah mereka saling
menunggu di depan kampus Kiara, menunggu sampai 11 orang terkumpul dengan
sempurna. Disaat berkumpul dan saling menunggu tiba-tiba pesan dari Teh Janah
menggetarkan hp Kiara, sebuah pesan yang mengatakan bahwa dia akan ikut jika
dibonceng oleh Fauzi. Kedua orang itu yang akhir-akhir ini sering curhat pada
Kiara, keduanya yang sempat menjauh dan hari ini pun masih memanas. Kiara
menjadi salah satu perantara diantara hubungan keduanya, dilibatkan dalam kisah
asmara yang rumit sudah seperti bacaan di novel remaja membuatnya banyak
menghela nafas panjang. Setelah hampir satu jam menunggu semua member terkumpul
dan kami pun melaju menuju rumah yang penuh dengan santapan. Semua orang
berangkat berbonceng-boncengan, laki-laki dengan laki-laki perempuan dengan
perempuan, kecuali Teh Janah dan Dera.
Di sepanjang perjalanan Kiara merasakan kesejukan, cuaca
yang sedikit mendung, pemandangan yang masih asri, perkebunan hijau yang menyegarkan,
ditambah dengan senyuman dan kebersamaan yang kian hangat dirasakan, semuanya
menjadi paduan yang tertulis nyata dalam ingatan. Sesampainya di rumah Teh Hasanah
semua orang disibukan dengan urusannya masing-masing, ada yang menyiapkan
makanan, adapula yang rapat untuk mempersiapkan rangkaian acara Daurah dan
Milad KAMMI.
Dibeberapa kesempatan Teh Janah kembali mencurahkan isi
hatinya langsung pada Kiara dengan tulus Kiara mendengarkan setiap cerita yang
diutarakan Teh Janah padanya, curhatan tentang Fauzi yang terus mendarat
ditelinga Kiara. Disaat Kiara mendengarkan curhatan Teh Janah pemandangan aneh
kembali menghampiri Kiara dan merambat pada Teh Janah. Kedua lelaki yang masuk
dengan asap rokok yang kemudian langsung di enyahkan, mereka Dera dan Fauzi
yang terlihat sama anehnya ketika menghisap asap rokok. Raut wajah kecewa nampak
jelas di wajah Teh Janah.
Setelah berjam-jam di rumah Teh Hasanah menyantap makanan,
dan berbincang banyak hal, tak terasa jarum sudah jam menunjukkan angka 17.20
waktu yang begitu petang untuk pulang. Kiara dibonceng oleh Hayati teman yang
asyik sekaligus cerewet, disepanjang perjalanan bibirnya tak henti-henti
berbicara, menceritakan segala hal. Disaat Kiara dan Hayati asyik berbincang
tiba-tiba motor Dera yang tepat didepan Kiara berhenti dan melambai. Kejadian
tak terduga pun terjadi.
“Hey sini, berhenti dulu” ucap Dera
“Ada apa” Tanya Hayati
“Ini Teh Janah tiba-tiba ngerasa sakit dan kedinginan,
kalau bisa tukeran posisi biar dia bisa mendapatkan kehangatan.” Tutur dera
Semua rombongan berhenti sejenak, dan Kiara pun turun dari
motor Hayati menggandeng Teh Janah yang tinggi semampai, tiba-tiba tubuh mungil
Kiara terjatuh bersamaan dengan Teh Janah yang pinsan tak sadarkan diri. Sontak
kepanikan mengampiri semua orang tak terkecuali masyarakat disekitar. Kepanikan
terlihat jelas di mata Fauzi dengan sigap dia pun menggendong Teh Janah dan
membawanya ke klinik terdekat. Sesampainya di klinik Teh Janah langsung ditangani
perawat dan tak lama dari itu dia pun sadarkan diri.
Gelap mulai menghampiri, sebagian dari mereka ada yang
pamit pergi yang tersisa untuk berjaga tinggal Kiara, Dera, Hayati dan Fauzi.
Mereka harus berjaga sampai Teh Janah benar-benar pulih, infusan menancap
ditangannya, rengekan untuk rasa pusing dan sakitnya membuat Kiara khawatir,
mengusap kepala Teh Janah dengan lembut mungkin bisa mengurangi rasa pusingnnya
, pikir Kiara begitu.
Adzan magrib telah berkumandang,
Kiara segera mengajak ketiga temannya untuk shalat, Hayati
yang sedang berhalangan membuat Kiara melangkahkan kaki sendirian. Selepas
shalat magrib Kiara pun kembali ke ruangan Teh Janah, ada beberapa obrolan dan
candaan singkat antara Hayati, Kiara dan Dera. Mereka bertiga seakan memberikan
kesempatan pada Fauzi dan Teh Janah untuk saling bicara, dan menghasilkan
senyuman tanda redanya permaasalahan diantara keduanya. Teh Janah yang sedang
membutuhkan asupan makanan membuat Fauzi berinisiatif untuk membelikan makanan,
tak lupa saat membeli makanan dia pun mengajak Hayati.
Dan kini tersisa tiga orang Teh Janah, Kiara dan Dera, keadaan
yang membuat Kiara merasa canggung dan akhirnya diam. Disaat Dera menemani Teh
Janah Kiara menunggu di kursi tunggu, untuk menghindari kecanggungan. Tiba-tiba
Dera memanggil dan dipanggilan yang kedua Dera memanggilnya dengan nama
panjang.
“Diii “ panggil Dera
“ …. “
“Kiara Khanza Sugandi? Sini!” ucapnya
“Iya bentar.”
Kiara pun masuk ke ruangan
“Sini duduk disini.” Sambil menunjukan kursi
Duduklah Kiara tepat disebelah Teh Janah, tiba-tiba Teh
Janah bersuara dan pernyataannya membuat Kiara kian terlelap dalam tanya dan
prasangka.
“Indiii, kamu tahu engga ternyta cewe yang selama ini
sering diceritain Dera dan disukainya adalah kamu.” Ugkapnya sambil tersenyum
Mendengar itu semua Kiara hanya tersenyum dan tak percaya,
justru semakin menambah tanya dalam pikiran dan hatinya. Ditengah perdebatan
hati dan pikiran Kiara, suara Hayati mampu membuyarkan perdebatan hati yang
sedang terjadi, ada rasa lega yang Kiara rasakan, akhirnya kecanggungan itu
berakhir. Menunggu sampai jam 21.00 akhirnya Teh Janah bisa pulang, mereka
bertiga pulang menuju kosan Kiara. Sesampainya di gerbang kosan,, tiba-tiba Teh
Janah kembali pinsan, seketika teriakan Kiara berhamburan memanggil nama Fauzi dan Dera yang belum jauh dari
gerbang. Mereka berdua segera menghampiri dan mengangkat Teh Janah menuju kamar
kosan Kiara. Keadaan masih sama kritisnya, mereka pun memutuskan untuk membawa Teh
Janah ke klinik terdekat.
Satu keadaan yang membuat mereka ada dalam satu malam yang
sama dan bersama. Satu hari satu malam bersama dalam penjagaan membuat
keakraban diantara mereka semakin bertambah meski kecanggungan masih terlihat
di wajah Kiara. Saat mereka bersama ada canda dan tawa, obrolan-obrolan
bermakna meskipun berujung garing terjadi pada mereka. Tapi pemandangan lain
terasa ketika yang tersisa tinggal Dera dan Kiara, canggung dan hening.
Kesan sempurna yang berjalan dalam
hitungan detik pun
akan menjadi kenangan indah yang terpatri nyata dan sulit untuk dilupa.
Shd_
Part 12
Akhir yang Semu
Setelah satu hari satu malam mereka lalui bersama tiba-tiba
kabar buruk datang menghampiri. Hayati yang kemarin malam berjaga kini dia
sakit salah satu penyebabnya akibat kelelahan, setelah mendengar kabar itu
Kiara pun merasa khawatir dan ingin langsung menjenguk Hayati. Namun suasana
malam tak mendukungnya untuk pergi ke klinik. Pesan whatsapp dari Dera membuat
Kiara bersemangat untuk mengajaknya menjenguk Hayati, dan Dera langsung
mengiyakan ajakan Kiara.
Siang hari, setelah proses perkuliahan berakhir Kiara pun
langsung bergegas ke kosan, menunggu jemputan Dera. Bunyi klakson motor Dera
sudah terdengar dan mendarat di telinga Kiara. Mereka berdua pun segera melaju
menuju kosan Hayati, agar tidak ada kegaringan sesekali Kiara melontarkan
pertanyaan, berbincang ketika berkendara adalah hal yang sulit bagi Kiara,
bukan tanpa alasan selain karena topic obrolan penggunaan helm pun menjadi
alasan terberat bagi si aneh Kiara.
Kiara bertanya seakan tidak tahu apa-apa dan ingin
memastikan rasa penasarannya.
“Pas seminar, aku banyak ngobrol lho sama Teh Janah.” Ucap
Kiara memulai
“Ngobrol apa aja?” Tanya Dera
“Tentang perasaan dan hubungan dia sama Fauzi. Menurut kamu
hubungan mereka gimana?” tanyanya lagi
“Kalau menurut aku mereka … … … “ pernyataan panjang Dera.
“Eh kemarin juga Teh Janah nyeritain cewe yang kamu suka,
emang siapa?” tanya Kiara
Seketika hening, di hati Kiara ada jawaban “kamu” tapi
semua itu terbantahkan oleh jawaban Dera.
“Dia adalah ………
Teh Reni akhwat tangguh, cerdas, sholehah dan dewasa. Wawasan
dan pengalamannnya luas, sayangnya usia diantara kita lumayan jauh.” Jawab Dera
jelas.
“Ohh… iya dia memang pantas untuk di kagumi.”
Setelah itu keheningan kembali menghampiri, disepanjang
perjalanan Kiara kembali pada perdebatan hati dan pikirannya. Logika Kiara
berjalan dengan baik menjadi pemenang dari setiap praduga yang selama ini perasaannya
bangun. Bagaikan langit dan bumi antara Kiara dan Teh Reni itu pematahan paling
serius yang dirasakan hati Kiara. Perasaannya berhenti berprasangka dan menyerahkan
semuanya pada logika. Untuk akhir yang semu tanpa ada kejelasan dalam setiap
tanyanya, bahkan setelah pernyataan yang jelas keluar langsung dari mulut Dera
tanya dalam hatinya masih saja berkata sama.
Seminggu kemudian…
Pesan whatsapp di layar gadget Kiara membuatnya kembali
tersenyum getir, terjebak dalam akhir yang semu. Pesan yang dikirim Dera
berhasil membuat kerongkongan Kiara terasa pengap dan sesak.
“Ini pesan terakhirku dan untuk terakhir kalinya aku
ngechat kamu. Aku titip pesan tolong rahasian dan lupain kalau kita pernah akrab
di chat, jangan sampai ada yang tau. Anggap saja kita ga pernah kenal.” PP
Membaca itu semua Kiara hanya tersenyum dan diliputi
perasaan aneh cenderung kesal. Dalam hatinya berkata “siapa aku, siapa kamu? Ia
kali aku ceritain semua ini ke orang lain”
Semua kejadian itu tertulis lengkap dalam catatan harian
Kiara, makhluk aneh dan geje yang pernah dia temui berhasil masuk dalam buku
harian Kiara. Mendapatkan kejadian-kejadian aneh setelah kenal dengan Dera
membuat kebiasaan Kiara di masa putih biru hidup kembali. Pada sehelai daun dia
ungkapakan setiap kekesalannya, lalu dia simpan di dalam buku dan diawetkan
dengan cara herbarium. Kebiasaan di masa lalu yang tak pernah ia sangka akan
hadir kembali. Dan ungkapan pada sehelai daun berhasil membuatnya merasa tenang
dan lega, rasa kesal perlahan hilang.
Terjebak dalam ketidakpastian
akan membuatmu terus mealaju dalam kebingungan tanpa arah dan tujuan yang
melelahkan.
Shd_
Part 13
Kembali Pada Bayangan
Tahun baru disemester ketiga,
Tahun baru telah tiba tak ada perayaan apapun ataupun
liburan, bagi Kiara dan keluarga kumpul dan makan bersama sudah cukup membuat
tahun barunya terasa hangat dan bahagia. Sederhana namun bermakna, ada canda
tawa, obrolan tentang masa depan dan lainnya. Setiap kali membahas masa depan
Kiara menjadi sasaran empuk keluarganya, karena dia masih single dan belum
menikah. Sesekali kakak Kiara menggodanya dengan menyebutkan nama Mr. Ahmad,
senyuman di bibir Kiara dan rasa yang ada pada hatinya tak mampu ia sembunyikaan, meskipun berkali-kali
membantah, untungnya Ibu Kiara begitu pengertian menjadi pembela yang mamapu
menyembunyikan perasaan Kiara.
“Eh… tuh lihat Indi kasihan ya dari tadi bengong terus
lihatin kita-kita yang sudah berpasangan makan sepiring berdua.” Celoteh Kak
Imat mengawali.
“ …. -, “ Kiara hanya diam
“Segerakan dong Dii biar kamu gak sendirian, dan semoga
tahun depan Om Ahmad bisa gabung ya, hhaaha” timpal Teh Fanila
Semenjak Mr. Ahmad sering berkunjung dan berbincang dengan
Ayah Kiara, Kakak-Kakak Kiara resmi memanggilnya dengan panggilan “om”
Ketika Kiara mencuci piring hatinya tak henti-henti
berbicara,
Dalam hati Kiara berkata: “andai saja ada yang mengerti
tentang perasaanku, semakin mereka bertingkah dan bertanya aneh seperti itu,
disaat yang sama pula aku semakin terbawa oleh perasaan, bertanya pada takdir
akankah semuanya sama seperti yang aku dan keluargaku harapkan. Aku hanya tidak
ingin berharap dan berujung kecewa, tentang perasaan sang hujan yang tak
kunjung menemukan temu dan kejelasan, ah suddahlah -,”
***
Di puncak tertinggi terlihat jelas sorak-sorai orang-orang,
letusan kembang api yang indah kian menambah pesona dan keramaian tahun baru.
Tahun baru di puncak Gunung Guntur menjadi kebiasaan yang tak terlewatkan bagi
Ahmad, selain jago bahasa inggris Ahmad juga pandai berolahraga dan hiking
adalah salahsatu hobby yang ia geluti.
Rebahan diatas amparan alam, memandang langit dengan jelas
yang dihiasi bintang-bintang, gelapnya malam kian menambah keimdahan yang
nampak jelas dimata Ahmad, seketika bayangan tentang perempuan berinisal “A”
kembali menghampiri Ahmad, untuk inisal yang sama pikirnya sambil tersenyum.
Buku tentang mimpi dan target-targetnya tak lupa Ahmad
bawa, dipuncak gunung akan ada banyak resolusi yang muncul di kepala lalu ia
tuliskan dalam buku. Sebelum menuliskan resolusi baru, Ahmad membuka
lembaran-lembaran di sepanjang tahun 2018, disaat semuanya terceklis dengan
baik rasa syukur dan senyuman demi senyuman hadir di wajah Ahmad.
Satu target besar dalam hidupnya tercapai dengan baik,
membangun rumah dengan hasil jerih payah sendiri, tiba-tiba Ahmad teringat
dengan satu nama yang telah membantunya, Ayahnya Kiara. Dalam hatinnya berkata,
bahawa dia harus berterimaksih pada keluarga Kiara terutama ayahnya yang dengan
senang hati membantunya dan menjadi tempat sharing paling nyaman dan nyambung.
Kiara kamu adalah bayangan yang memberikan kenyamanan, hati
Ahmad bergumam.
***
Januari pekan pertama,
Libur tahun baru telah berakhir, seperti biasa Kiara
kembali ke perantauan. Memulai perkuliahan dengan semangat baru. Pada helaian
daun Kiara menuliskan keinginannya semoga semangatnya kian bertambah, dan tahun
ini menjadi tahun yang penuh dengan warna. Untuk setiap harapan baik sehelai
daun itu Kiara terbangkan.
Hari pertama masuk perkuliahan, setelah 10 hari libur ada
suasana baru dan aliran positif yang Kiara rasakan, mungkin doa-doa yang dia
tulis pada sehelai daun telah Allah ridhai dan kabulkan.
Sepulangnya dari kampus acara jajan bakso bersama sahabat
the sayur dia lakukan, berbincang dan menceritakan moment liburan sampai curhat
beberapa hal. Pulang dan sampai kosan, acara biasa ,rebahan, di kosan Kiara
untuk hari ini diliburkan. Kini Kiara tinggal di kosan sendirian bertemankan
keheningan. Untuk melepaskan rasa bosan Kiara pun membuka Instagram dan
Facebooknya. Ketika membuka aplikasi tersebut, Kiara dikagetkan dengan
banyaknya postingan yang mengucapkan bela sungkawa pada Mr. Ahmad, didapatinya
bahwa Mr. Ahmad mengalami kecelakaan parah sampai kaki kanannya patah. Seketika
kekhawatiran melanda Kiara, rasanya baru minggu kemarin dia berpapasan dengan
Mr. Ahmad dalam keadaan baik-baik saja dan sekarang dia terbaring lemah dengan kaki
yang diperban. Hanya doa yang mampu Kiara panjatkan semoga Mr. Ahmad lekas
membaik.
Di tengah trendingnya berita tentang kecelakaan Mr. Ahmad
ada satu notification yang membuat bayangan Kiara terbang ke masa putih abu,
bayangan tentang Mr. Ahmad. Satu postingan yang mengingatkan Kiara pada
kejadian tersebut. Ketika ujian akhir sekolah Mr. Ahmad menjadi guru pengawas,
dan kebetulan saat diawasi oleh Mr. Ahmad keadaan Kiara sedang tidak membaik
flu yang membuat hidungnya meler, maka Kiara pun menutup hidungnya dan yang
terlihat hanya sepasang matanya saja.
Terlihat jelas Mr. Ahmad yang sedang sibuk mencari seseorang, dan akhirnya Mr.
Ahmad pun bertanya “Dimana Indi?” teman-teman sekelas menjawab dan mengarahkan
pandangannya pada Kiara yang tepat duduk dibangku kedua sejajar dengan meja
pengawas. Menginngat itu semua membuat Kiara merasa berbunga-bunga dan kini
sosok itu sedang meraskan kesakitan.
Dimalam harinya,
Telepon berdering seperti biasa panggilan masuk dari kontak
bernama my first love datang memanggil Kiara. Ibu Kiara menanyakan kabar dan
aktifitas Kiara sampai pada satu berita yang mengarah pada keadaan Mr. Ahmad.
Kiara pura-pura tidak tahu dan memberikan respon terkejut, selepas itu telpon
ditutup dan Kiara membuka buku catatan harian lalu menuliskan kejadian hari ini
dengan untaian doa yang ditulisnya rapat dan padat.
Part 14
Ungkapan
Akhir semester ketiga,
Setelah empat bulan kuliah sampailah pada Ujian Akhir
Semester, untuk semester yang berwarna dan penuh cerita berbeda dengan tahun
sebelumnya, di semester tiga ini dia benar-benar mempersiapkan diri dengan
baik, tiap malam belajar, menghapal dan menuliskan target-target, setidaknya
usaha tidak akan mengkhianati hasil pikirnya begitu. Satu minggu ujian begitu
terasa singkat, libur semesteran sudah di depan mata, hanya saja liburan kali
ini diberi jatah 10 hari saja. Untuk 10 hari yang bermakna, di liburan semester
ini Kiara bertemu dengan sahabat tercinta Anindia setelah satu tahun tak
bertemu akhirnya rindu keduanya saling temu meskipun hanya sekejap. Saat
keduanya saling bertemu ada ungkapan yang Anindia katakan tentang Mr. Ahmad
yang masih berproses menuju sembuh, kakinya masih belum bisa berjalan. Anindia
pun mengatakannya dengan sangat perlahan.
“Teh Indi.., Mr, Ahmad masih sakit dan belum siuman ya,
besok aku udah mau ke Jogja lagi. Kalau nanti sore kita jenguk Mr,Ahmad, gimana
bisa?” tuturnya lembut
“Hm… oke kuy nanti kabar-kabari lagi ya.
Eh sekarang perasaan kamu sama Mr, Ahmad gimana?” Tanya
Kiara
“Perasaan aku udah biasa aja, dan sebelum Mr. Ahmad
kecelakaan dia sempat ingin datang ke rumah menemui Abah. Tapi Qodarullah
semuanya belum sempat terjadi kecelakaan justru lebih datang menghampiri.”
Jawabnya sambil menghela nafas panjang.
“Terus kalau nanti jadi datang ke rumah, gimana” Tanya
Kiara lagi
“Semuanya di serahin ke Abah dulu, kalau Abah sudah
memberikan restu dan setuju ya InsyaAllah jika berjodoh akan disatukan.” Ungkap
anindia
Beberapa menit keheningan pun mengahmpiri, Kiara pun
mengubah topic obrolan dari topic perasaan menjadi topic tentang perkuliahan.
Kekaguman Kiara terhadap sahabatnya kian bertambah setelah banyak prestasi yang
di raih oleh Anindia dan secara tidak langsung membuat Kiara tersentuh dan
termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi seperti Anindia. Pertemuan dan
obrolan sejam lamanya begitu tak terasa, jam pulang sudah memanggil. Mereka
berdua pun saling berpelukan dan berpamitan.
Sesampainnya dirumah,
Kiara membuka galeri foto dilihatnya satu persatau foto
hasil jepretan tadi dengan Anindia sampailah pada satu pilihan yang menurutnya
bagus, lalu mempostingnya di Wa dan sosmed lainnnya.
Sejenak Kiara pun mematikan datanya dan rebahan menikmati
liburan yang singkat ini. Tertidur pulas dan hanyut dalam mimpi di siang hari.
Bangun dari tidur siang membuatnya sedikit kesal, seperti bayi yang belum tidur
pulas namun dibangunkan kebisingan. Setelah terbangun dari tidur siangnya,
Kiara pun mengaktifkan data, menunggu chatan Anindia, tiba-tiba ada satu pesan
panjang yang membuatnya terheran-heran. Bukan pesan dari Anindia melainkan
pesan ungkapan perasaan Dera.
Saya mungkin bakalan berdosa bilang
seperti ini dan mengungkapkan kebenaran dan mungkin kurang ajar juga…Tapi
wakttu pertama kali chat kamu saya buat satu kebohongan (sayaa tidak menyukaiTeh
Reni) saya hanya ingin dekat sama kamu. Dan lagi saat kamu nanya siapa yang
saya sukai … saya berbohong saya gak mungkin jawab “kamu” lagian kamu tahu
sendiri aku deket sama oranglain. Mungkin bakal terdengar kurang ajar kalau
waktu itu saya jawab jujur. Dan kali ini saya jujur dan kurang aja juga. Kalau
alasan saya betah diorganisasi karena ada orang yang disuka, tapi semenjak ada
yang berbeda dari kamu saya jadi kurang nyaman. Jadi dua kebohongan. Maafkan …
saya gak akan kontek kamu lagi, tolong rahasiakan ini. Saya akan blokir no kamu
biar kamu nyaman.
Ungkapan yang
membuat tanya dalam hati merasakan kelegaan, dan menemukan jawaban.
Cinta yang ditolak
lebih baik
Daripada yang tidak
pernah diungkapkan sama sekali.
Sebab memendam perasaan
terlalu lama lebih merusak jiwa,
Dibanding patah
hati sekali.
-@warungsastra
Part 15
Blokiran Pertama
Layar ponsel Kiara masih dilihatnya dengan seksama, membaca
ulang pesan yang dia terima dari Dera. Kali ini dugaan hatinya menang telak dan
membantah setiap praduga logika. Ketika membaca pesan sesekali Kiara mengatur
nafas dengan baik menariknya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan,
memikirkan jawaban apa yang harus dia ketik, kemudian membiarkannya begitu
saja. Disaat dia memutuskan untuk mengabaikan tapi hatinya merengek untuk
kemenangan dugaan yang hanya dibiarkan begitu saja, dan kali ini Kiara pun mengikuti
permintaan hatinya. Membalas pesan dari Dera, dengan segera tangan Kiara lincah
menuliskan balasan yang panjang, tapi semua itu berakhir naas ketika ceklis
satu menegaskan bahwa dia sudah diblokir, dan ini adalah blokiran pertama yang
Kiara rasakan dan dapatkan.
Tak pernah terlintas di benak Kiara bahwa dia akan
mendapatkan blokiran, untuk pertamakalinya dia merasakan sesak dan kesalnya
saat di blokir. Sepanjang menggunakan whatsapp dan social media lainnya tak
pernah dia dapati diblokir atau memblokir orang lain. Pikiran Kiara mulai
berbicara:
“Dugaan perasaan kamu memang benar tapi sekarang kamu
merasakan kecewa lagi bukan? Dia datang lalu pergi, tetap mebingungkan
mengungkapkan lalu pergi meninggalkan. Udahlah focus aja ke cita-cita jangan
mengikuti perasaan dan cinta yang salah.”
Pikiran Kiara seakan
tidak ingin kalah dari perasaan yang selalu Kiara turuti, tapi pernyataan
logika memang benar. Mengenal Dera bagaikan naik rollercoaster naik turun
secara tiba-tiba, perasaan Kiara yang sesaat dibuat naik lalu turun dengan
sangat cepat, jantung yang sering dibuat dagdidug tidak normal.
Awal Semester keempat,
Waktu liburan semesteran sudah berakhir pertanda zona
nyaman rumah harus segera ia tinggalkan, angka jarum jam sudah menunjukan angka
11.30 transfosrtasi umum sudah ada didepan rumah, salam dan berpamitan seperti
biasanya dengan adegan yang masih sama tangisan si bungsu yang tak henti-henti,
matanya yang sembab, dan pelukannya yang erat membuat Kiara enggan untuk pergi,
namun semuanya tidak bisa dihentikan dan harus berjalan dengan semestinya.
Lambaian tangan Kiara kian jauh sampai tak terlihat, mobil melaju dan pergi
begitu saja. Di sepanjang perjalanan angannya terbang kemana-mana, sesekali
mengalihkaannya pada pemandangan jalan yang indah, tapi tetap kembali lagi pada
angan. Bayangan tangisan si bungsu membuat Kiara tak tenang dan sedih, baru dua
jam perjalanan handponenya bergetar panggilan dari my first love yang setia
menanyakan bagaimana perjalannya, sudah sampai mana, mengabari si bungsu yang
masih menangis dan diakhiri dengan do’a tulusnya. Do’a yang tak pernah
tertinggal dari setiap percakapan teleponnya.
“Semoga sukses, diberikan kemudahan dan kelancaran. Dan
semoga menjadi makhluk yang di sayangi banyak orang”
Doa mustajab yang Kiara rasakan, sepanjang hidupnya ia
selalu diliputi orang-orang yang tulus menyayanginya, yang setia menemani
kisahnya. Duduk dibangku perkuliahan dengan segala kejulidan sebagian orang, menjadi seleksi alam yang menunjukkan siapa
saja yang benar-benar tulus menyayanginya, hal ini membuat Kiara semakin
merasakan kemustajaban doa tulus ibunya.
Senin pagi,
Jadwal perkuliahan sudah keluar dan hari senin masih sama seperti
waktu di SMA jadwal pagi bahkan teramat
pagi, mata kuliah pengelolaan pendidikan yang tepat pukul 07.00 pagi dengan
dosen yang super ontime. Bagi Kiara masuk dijadwal sepagi ini tidak menjadi
masalah karena jarak dari kosan ke kampusnya hanya terhitung puluhan langkah,
jarak yang sangat dekat. Dua matakuliah di hari senin telah selesai
dilaksanakan, dan waaktunya pulang. Di semester 4 ini Kiara dan sahabat the
sayurnya mulai berpikir dan bertekad untuk serius kuliah dan mengurangi jadwal
gibahan dan rebahan di kosan. Sepulangnya dari kampus mereka pun langsung pergi
ke perpustakaan memulai kegiatan yang baik dan positif. Membaca dan pada
akhirnya kembali pada kebiasaan yang sama, jajan dan berakhir rebahan di kosan.
Blokiran pertama yang Kiara dapatkan sepertinya sudah pulih
kembali, saat pulang menuju kosan ada satu pesan masuk, pesan dari kontak
bernama “gj” untuk kesekian kalinya Kiara mendapatkan keanehan. Jarinya seakan
tak merasakan kekapokan yang diikuti hanyalah keinginan yang ada dalam
perasaannya saja, sekuat apapun logikanya berkata tetap saja dia mengikuti
perasaan dan rasa penasarannya.
Blokiran pertama yang tidak membuatnya jera justru ingin
lebih mengungkapkan apa-apa saja yang ada dalam perasaannya. Pemandangan aneh
yang sahabat-sahabat Kiara lihat, terlihat raut keseriusan yang Kiara lakukan.
Menggerakan jarinya, mengetik tulisan panjang, yang kemudian di hapus lagi.
setelah tiga semester bersama, Kiara tidak pernah bercerita tentang perasaan
dan kisah asmaranya, apalagi membalas pesan sampai seserius itu. Mereka hanya
bisa memperhatikan gerak-gerik Kiara sampai akhirnya dia sendiri yang akan
bercerita.
Setelah sahabat the sayur pulang ke rumah dan kosan
masing-masing tinggalah Kiara sendirian, dengan kecamuk perasaan yang ingin
segera ia luapkan.
Awalnya balasan pesan untuk manusia geje, dia balas dengan
tulisan singkat, karena luapan perasaannya yang panjang maka berakhir di
voicenote.
“Ya kalau kamu
serius datangi saja bapaku.” Balas Kiara.
“Emang kamu dah siap?” balas Dera
Di lubuk hati Kiara yang paling dalam belum ada kesiapan,
membayangkannya saja masih takut apalagi langsung dalam kenyataan. Tak ada
jawaban yang mengiyakan ataupun penolakan, bisa saling menjaga itu saja sudah
cukup bagi Kiara yang masih dihantui ketakutan. Rekaman suara yang berdurasi 03
menit 36 detik itu menyatakan apa saja yang Kiara rasakan dari awal kehadiran
Dera dalam kehidupannya, ketidak jelasaan, keanehan, datang dan pergi begitu
saja, Kiara ungkapkan semuanya. Bahkan untuk permintaan Dera yang Kiara
indahkan. Permintaan pertama agar Kiara tidak seenaknya mencurahkan isi hati
dan perasaannya dan permintaan kedua agar Kiara dapat menjaga diri dengan baik
dan jangan sampai dibonceng oleh lawan jenis. Mendengar permintaan itu Kiara
langsung mengiyakan namun ada kekesalan dalam hatinya.
Setelah blokiran pertama yang Kiara rasakan, kini nama
kontak yang bertuliskan “gj” hadir
kembali dan menjadi kontak yang paling atas dalam isi whatsapp Kiara. Berawal
dari blokiran pertama keduanya pun saling berjanji untuk saling percaya dan
yakin. Berdasarkan kesepakatan bersama Kiara pun memblokir kontak Dera dan
sewaktu-waktu saat dia membutuhkannya dia bisa membuka kembali blokirannya.
Blokiran pertama yang Kiara lakukan pada kontak di ponselnya.
Part 16
Makhluk Egois dan Manusia Geje
Untuk kessekian kalinya Kiara mengubah nama kontak Dera,
dan sekarang nama kontak Dera berubah menjadi “gj” menggambarkan setiap
ketidakjelasan yang Dera lakukan dan Kiara rasakan. Sejak Dera datang dan pergi
begitu saja, tepatnya saat Dera mengirimkan pesan yang seakan mengakhiri
semuanya semakin tepat bagi Kiara untuk mengubah nama kontaknya, manusia geje
yang datang seenaknya mengirim pesan tanpa memikirkan hati penerimanya dan
ketidakjelasan lainnya.
Seminggu setelah memblokir kontak Dera, Kiara pun
membukanya kembali karena ada kepentingan yang membuatnya langsung tertuju pada
manusia geje. Minta tolong, menanyakan saran sudah menjadi hal yang mulai Kiara lakukan
pada Dera, tepat hari senin setelah perkuliahan selesai ada acara di kampus sebelah
yang membuat Kiara menghubungi Dera untuk mengantarnya ke kampus lain, karena
Kiara ingat dengan janji dan permintaan Dera agar Kiara tidak dibonceng oleh
oranglain.
Segeralah Kiara membuka blokiran dan mengirimkan pesan
tersirat.
“Dimana?” P
Beberapa menit kemudian
“Di rumah, mau diantar kemana?” jawab Dera
Seakan sudah paham dengan makna kata“dimana” yang Kiara kirimkan, kata tanya yang sudah
menjadi kode rahasia yang hanya dipahami oleh mereka berdua. Karena Dera masih
di rumah, Kiara pun melaju menuju kampus UNG dengan dua orang sahabatnya, di
“deti” dempet tiga menjadi kebiasaan konyol yang dilakukan Kiara dan sahabat
the sayurnya.
Sebuah kebetulan dan kesamaan yang aneh, yang kini Kiara
rasakan. Bersamaan dengan pengubahan nama Dera menjadi “gj” hal yang sama juga
dilakukan oleh Dera, dari hasil screenshootan yang Kiara dapatkan terbaca jelas
bahwa namanya berubah menjadi Makhluk Egois. Sebuah kebetulan yang sama, tanpa
ada janjian ataupun hal lainnya kedua nama yang menggambarkan masing-masing
perasaan pemiliknya.
Informasi yang Kiara dapatkan dari Dera, penamaan makhluk
egois sesuai dengan karakter Kiara akhir-akhir ini, makhluk egois yang ingin
dimengerti tanpa mengerti orang lain.
“Nama yang sesuai sama kamu yang egois ingin dimengerti
tanpa mengerti, kamu tahu ga rasanya ketika chat kamu berakhir di centang biru,
terus yang bacanya nyindir lewat story. Bikin story bisa tapi ngebalas pesan ga
bisa malah diabaikan. Semenjak itu nama kontak kamu aku ubah jadi “makhluk
egois” balasan pesan dari Dera.
Seiring berjalannya waktu kedekatan diantara Kiara dan Dera
kian bertambah, sharing, bercerita tentang masa lalu dan kadang sampai
membicarakan masa depan. Makhluk egois
dan manusia gj kini sedang akur-akurnya, namun sikap dingin Kiara masih belum
berubah. Disaat Dera memberikan perhatiannya, terkadang Kiara tidak membalasnya
keegoisan yang kini Kiara akui, sikap yang selama ini tidak dia rasakan.
Semenjak kenal dan dekat
dengan Dera, Kiara dibuat semakin mengenal dirinya sendiri, penilaian yang
berbeda yang Kiara dapatkan dari Dera. Penilaian orang-orang terhadap Kiara
hamper sama menilai Kiara dengan penilaian yang positif, makhluk yang calm dan
dewasa. Beda halnya dengan penilaian Dera yang blak-blakan menyebutkan Kiara
makhluk yang egois, manja, dan kekanak-kanakan. Satu penilaian yang membuat
Kiara merasa aneh. Dianggap baik dan dewasa oleh orang lain menjadi doa yang
selalu dia aamiinkan. Penilaian manusia gj yang Kiara abadikan dalam catatan
harianya.
Terimakasihku untukmu Manusia
gj yang telah menyadarkanku akan setiap sikap burukku yang selama ini aku
abaikan, tetaplah menjadi hembusan angin yang menyejukkan.
-angin
Pada sehelai daun Kiara sampaikan perasaannya saat ini,
perasaan bahagia yang masih diliputi ketakutan. Kiara menuliskannya lalu naik
keatas genting dan menerbangkan helaian daun yang dipenuhi tulisan ungkapan
perasaannya. Untuk setiap kebahagiaan dan harapan daun di lepas dan
diterbangkan, beda halnya ketika ungkapan kesedihan yang Kiara simpan dalam
tabung rahasia.
“Jika manusia gj itu yang terbaik untukku tolong dekatkan
aku dengannya hembuskan daun ini hingga
sampai padanya, jika bukan tolong jauhkan aku dengannya sejauh-jauhnya,”
Dan sekarang………
terbanglah.
Sehelai daun dari ketinggian yang telah Kiara lepaskan
turun dengan hembusan angin, tertiup dan menghilang.
Pandangan
orang terhadapmu akan berbeda
sesuai dengan kedekatan yang terukur dan tertakar.
Part 17
Pindah Kosan
Pertengahan semester keempat,
Di semester ini ada warna baru yang menghiasi perjalanan
Kiara penambah kisah kasih dalam catatan hariannya, warna yang memberikan
kebahagiaan sekaligus ketakutan bagi Kiara. Dia takut terbang terlalu tinggi
dan tiba-tiba jatuh kedalam jurang. Selain itu ketakutan terbesarnya adalah dia
takut terjebak dalam lembah dosa yang didukung oleh hawa nafsu. Cobaan perasaan
yang tiada hentinya. Disisi lain kebahagiaan dan kesepian yang mulai sirna tapi
disisi lain ada ketakutan takut terlibat dalam dosa berpacaran. Sulit bagi
perasaan Kiara untuk mengakhiri semuanya, disiang hari dia tersenyum setiap
kali menerima pesan dari Dera, di malam harinya dia bersujud memohon ampunan.
Dia sadar bahwa dia adalah makhluk munafik yang tahu tentang hukuman dari
perbuatan dosa namun malah terbawa arus dan lebih mengikuti perasaannya.
Meskipun diantara Dera dan Kiara tidak terikat hubungan pacaran dan komitment
tetap saja interaksi diantara keduanya seolah sepasang pasangan yang saling
memberi kabar dan perhatian.
Dalam keheningan malam, mata Kiara sulit untuk dipejamkan
kejadian demi kejadian hadir dalam benaknya. Keheningan kosan membuat Kiara
semakin terjebak dalam angan, sikap individualis yang terlihat nyata di kosan
putri ini, kian membulatkan Kiara untuk pindah dari kosan, selain itu kosan ini
sudah diketahui oleh teman laki-lakinya seperti Fauzi, Dera dan Iman. Rencana
untuk pindah kosan telah Kiara tuliskan dalam buku birdong, seminggu setelah
itu keajaiban datang disaat Kiara jajan bakso langgananya ada seorang Ibu yang
menawarkan kosan, ibu yang ramah, Kiara pun dibuat jatuh cinta pada karakter
calon ibu kost. Hari rabu bertemu dengan ibu kost dan hari jumatnya dia
putuskan untuk pindah kosan.
Saat pertamakali masuk ke kosan putri yang bernama kosan ceria
anak kosan disana baik dan ramah satu kerinduan yang akan terobati keramahan
dan kebersamaan yang sama seperti di kosan putri Barokah. Setelah dua hari
menimbang, meminta saran orangtua, Kakak, sahabat the sayur, Kiara pun mantap
untuk pindah kosan tapi dalam hati Kiara ada keraguan, namun keraguan itu sirna
saat sikap acuh tak acuh yang diperlihatkan oleh penghuni kosan Rajawali,
jangankan membantu berkemas bertanya dan senyum pun tidak.
Selain karena factor keindividualisan, ingin menjauh dari
Dera menjadi salah satu alasannya. Pikiran Kiara berkata
“Jika kamu memiliki banyak kesibukan dan interaksi dengan
oranglain akan membuatmu melupakan dia dan komunikasi kamu dengan dia pun akan
terkikis dengan sendirinya. Kebersamaan dengan teman barumu akan membuatmu
jarang menghubungi Dera. Sudah pindah saja.” Bisik pikirannya.
Ketika pikiran Kiara berkata Kiara pun mengikuti saran yang
ada dalam pikirannya, perasaannya kini ia abaikan.
Jumat,
Sepulangnya dari kampus Kiara dan keempat sahabatnya segera
berkemas membereskan pakaian yang akan Kiara bawa dan peralatan lainnya. Berkemas
selama hamper sejam membuat wajah-wajah lelah dari sahabatnya terpancar nyata.
Untuk kedua kalinya mereka merasakan lelah yang sama. Di semester tiga Kiara
pun melakukan yang sama pindah kosan menjadi kebiasaan yang tidak aneh bagi
Kiara bahkan tak jarang sahabatnya mengolok-olok Kiara atas kebiasaan buruknya
itu. Setiap kali melihat kosan yang diangggapnya nyaman disaat itu pula
sahabatnya menutup mata Kiara dan mengucapkan istiggfar.
Jarak dari kosan rajawali ke kosan ceria lumayan jauh,
sahabatnya dibuat kewalahan setelah 7 kali putaran semua perlengkapan sudah
sampai kosan ceria. Istirahat sejenak lalu merapihkan dan menyusun dengan baik.
Tiga jam sudah waktu berlalu, kelima orang itu masih merasakan lelah tapi rapat
organisasi kampus menggerakan langkah mereka dalam keadaan lelah.
Malam pertama di kosan
ceria
Di ruang tengah empat orang sedang berkumpul ditambah satu
orang wanita paruh baya dengan segala keramahannya mengenalkan Kiara pada tiga
orang lainnya. Berkenalan dan saling menjaga satu sama lain diakhiri dengan
foto bersama. Kehangatan yang selama ini Kiara rindukan. Nonton bersama bahkan
makan bersama di malam hari meskipun masih ada kecanggungan yang Kiara rasakan.
Untuk malam pertama yang berkesan dan menyenangkan.
Sabtu,
Hari kedua dikosan ceria kesibukan setiap penghuni kos
semakin terlihat. Satu hari tanpa penghuni, Teh Irma yang sibuk kerja sampai
sore, Teh Rita yang sibuk di acara kampus, Nina yang sibuk main ke rumah
saudaranya, dan Kiara yang sibuk diacara PO organisasinya. Mereka hanya
berkumpul dimalam hari dengan wajah-wajah lelah tak ada kumpul bersama dan
makan bersama semua penghuni kos diam di kamarnya masing-masing.
Malam kian larut angka jarum jam telah menunjukkan 00.00
tapi mata Kiara belum juga terlelap di malam kedua di kosan ceria kian menambah
ketidaknyamanan keputusan yang diambil tergesa-gesa membuat Kiara ada dalam
penyesalan yang mendalam, nyatanya tak ada bedanya masih dalam keheningan.
Dalam larutnya malam mata yang belum terpejam suara ringkik dan tangisan membuat
Kiara ketakutan belum lagi ada penampakan aneh dibalik kaca jendela kamar
Kiara. Nafas Kiara tersenggal-senggal, keringat dingin membasahi tubuhnnya
jantungnya yang berdetak abnormal membuat dia semakin tidak merasakan
kenyamanan. Waktu berjalan terasa lambat, adzan subuh belum juga terdengar.
Semalaman tanpa mengerjapkan mata membuat Kiara lelah. Pergolakan batinnya yang
meronta-ronta memintanya untuk kembali lagi pada kenyamanan yang pernah ada.
Minggu,
Kegiatan yang berturut-turut dilakukan membuat siang Kiara
terasa menyenangkan sejenak tentang beban perasaan mengenai kosan barunya mulai
terlupakan. Ada banyak canda dan tawa namun malam harinya kembali pada
peredaran yang sama- hening-
Dua hari dikosan baru dengan pergolakan batin yang terhimpit
ketidaknyamanan berhasil membuat berat badan Kiara menurun, tulang di
pergelangan tangan mulai terlihat jelas sahabat the sayurnya merasakan apa yang
Kiara rasakan, meskipun tersenyum ada lamunan yang tidak bisa disembunyikan,
mereka mulai merasakan kekhawatiran yang sama.
Kunci kosan rajawali masih ada ditangan Kiara, setiap kali
ingin menyerahkan pada Bapak kost ada saja yang menghambatnya. Keadaan seakan
mendukung Kiara untuk kembali pada kamar kosan berwarna gading yang menyediakan
banyak kenyamanan. Sesekali dia menangis, menyesali ketidaknyamanan ini,
lamunan panjangnya secara tidak sadar membuat Whatsapp Kiara terhapus.
Dicarinya ikon berwarna hijau muda, namun tak kunjung temu sampai akhirnya dia
sadar apklikasi yang sudah ter-uninstall.
Dimalam panjang penuh dengan lamunan Kiara pun meng-install
ulang dan menghubungi setiap orang terdekatnnya, termasuk Dera. Tekadnya untuk
pindah kembali ke kosan rajawali hamper urung dilakukan, meminta bantuan
sahabatnya lagi, berat bagi Kiara rasa kasihan dan tidak enak meliputi Kiara.
Sampailah tekadnya pada satu orang yang akan ia mintai bantuan. Dera menjadi
orang yang ia mintai saran lalu bantuan, dengan keyakinan yang diberikan Dera
membuat Kiara merasa lega.
Pindah kosan salahsatu alasan untuk menjauh dari Dera
justru membuatnya semakin dekat. Satu keadaan yang tak bisa Kiara elakkan.
Senin,
03.00
Setelah berdoa dan mencurahkan hati pada Sang Kuasa, Kiara
pun segera berkemas membereskan pakaian, mengemas peralatan makan, alat masak
dan perlengkapan lainnya. Sudah seperti maling semuanya dilakukan pelan dan
sembunyi-sembunyi. Penghuni kost lainnya masih terlelap dalam tidur, ketika
adzan subuh berkumandang Nina bangun dan bertanya.
“Kamu mau kemana udah beres-beres?” Tanya nina heran
“Kayanya rencana aku jadi deh.” Jawab Kiara pelan
“Jadi pindah? Padahal disini aja dulu nanti juga bakal
nyaman dengan sendirinya.”
“ J ‘ Kiara hanya tersenyum
Seolah mengerti dengan senyuman Kiara, Nina pun tidak
berkata apa-apa selain membiarkan kemauan Kiara. Tak ada yang membantu,
semuanya sudah siap. Dibukanya pesan dari Dera yang sudah diperjalanan menuju
kosan Kiara. Tidak perlu menunggu lama bunyi klakson motor Dera sudah berbunyi.
Senyuman pun hinggap pada Kiara.
Dibukalah pintu utama kosan, kesigapan Dera terlihat jelas
di mata Kiara. Bentuk kesungguhan yang Kiara rasakan. Di pagi buta ini dia
datang untuk membantu Kiara, jarak yang jauh dan waktu tidak menjadi
penghalang. Sungguh hari ini Dera berhasil membuat Kiara terbang berhembus
bersama dengan tiupan angin,
Keduanya berkemas dan mengangkat barang-barang, di putaran
ke dua tiba-tiba Ibu kost datang menghampiri Kiara. Dia pun merasa takut, malu
dan terkejut. Ibu kostan ceria mengajak Kiara untuk berbincang diruang tengah
membujuknya agar memikirkan keputusan dengan matang. Kiara merasa seperti terdakwa
yang sedang disidang di cecar banyak pertanyaan, untungnya Dera ada disana
sebagai penengah dan pembela Kiara. Setelah terjadi obrolan panjang akhirnya
Ibu kost yang baik itu mengizinkan Kiara untuk kembali ke kosan Rajawali.
Kamu
adalah hembusan angin yang menyejukan. Dan kini aku benar-benar jatuh cinta.
-angin
Part 18
Terungkap
Senin,
Masih di hari yang sama, niat Kiara untuk pindah kosan
tanpa bantuan dan merepotkan sahabat the sayur akhirnya terjadi. Ba’da subuh
Kiara sudah memberitahu sahabatnya bahwa dia akan masuk mata kuliah Pak Ana di
jam 10.20 bersama dengan kelas 2C tanpa memberitahukan alasannya.
07.30
Semua barang-barang sudah mendarat di dalam kamar kosan
Kiara, setelah bolak-balik sampai juga pada akhir yang melelahkan. Ketika
semuanya sudah selesai, Dera pun berpamitan dan berlalu sampai tak terlihat
tapi wangi khasnya masih tersisa bersama dengan Kiara.
Rehat sejenak, melihat pemandangan kamar yang sudah seperti
kapal pecah dalam kelelahannya Kiara pun segera membereskan dan merapihkan
kamar kost. Waktu terus berjalan perut masih kosong pekerjaan masih menumpuk
membuat Kiara mengabaikan teriakan cacing-cacing diperutnya. Tetap focus pada
pekerjaan sambil terus melihat angka jarum jam.
09.45
“Akhirnya pekerjaan yang melelahkan ini selesai juga” sahut
Kiara dalam hati sambil merentangkan badannya di kasur.
Semua sudah terpasang rapih, seperti lima hari yang lalu,
rebahan sebentar sampai terlelap tidur. Untungnya dia sudah memasang alarm,
tepat diangka 10.00 alarmnya berbunyi, dengan segera Kiara pun mandi
membersihkan diri yang mulai layu ini.
5 menit lagi jam perkuliahan akan dimulai, dengan segera
Kiara bergegas lari dan sampailah di kelas dengan nafas tersenggal-senggal.
Telat masuk di kelas oranglain akan membuat Kiara malu. Sendiri di kelas
oranglain sungguh membuat Kiara merasa tidak nyaman, jarum jam yang berjalan
seakan melambat, sesekalai dia pun membuka layar ponselnya. Di grup yang
bertuliskan “sayur” telah penuh dan riuh, disaat dosen menerangkan Kiara malah
asyik membalas pesan grup dan pesan dari Dera. Dera yang perhatian yang mengingatkan
Kiara untuk makan, seakan tahu dari tadi teriakan cacing di perut Kiara yang
diabaikaan.
“Beruntunglah kamu cacing hari ini ada yang perhatian
padamu, dia memang perhatian. Cacing diperutku saja dapat merasakannya”
bisiknya didalam hati sambil tersenyum kecil.
Jadwal pun berakhir dengan sendirinya, Kiara dan sahabatnya
bertemu di pelataran Masjid saling mencari dan akhirnya bertemu. Seperti anak yang sudah lama tidak bertemu
dengan ibunya mereka pun berpelukan, diikuti pertanyaan yang berhamburan.
Sebelum Kiara
menjawab semua pertanyaan keempat sahabatnya, dia pamit sebentar untuk membeli
perbekalan cacing di perut bersama dengan Sifa. Dan ketiga sahabat lainnya
menunggu di pelataran masjid. Kepindahan Kiara tanpa sepengetahuan sahabat the
sayur. Mungkin ketika mereka menunggu Kiara di kelas lain ada obrolan dan
dugaan yang menimbulkan beberapa pertanyaan.
“Indi, kamu kenapa?” Tanya sifa heran sambil merangkul dan
menatap Kiara dalam-dalam.
“Ada something” jawab Kiara misterius
“Iiiiiiiiii,, ayo dong cerita.” Pinta Sifa
Kiara hanya tersenyum dan mengambil ancang-ancang untuk
memberitahu kejadian pagi ini.
“Aku pindah kosan lagi” kejutnya sambil tersenyum malu
“Ya Allah…. Indi ternyata dugaan kita benar.” Ujarnya lega
“Siapa yang bantuin kamu?” tanyanya lagi.
“Ada someone, J “ jawab Kiara
mencurigakan
Dia yang selama ini Kiara sembunyikan dan tak pernah ia
ceritakan kecuali pada Teh Rahayu, tiba-tiba satu nama yang Sifa sebutkan
membuat Kiara kaget dan tidak bisa mengelak.
“Kang Dera? Benarkan?” Tanya Sifa mengagetkan
“Bu… bu… kan, kenapa kamu nyangka dia yang bantuin aku?”
tanya balik Kiara
“Kamu gak bisa bohong, benaarkan”
“Hmm… iya.” Jawabnya pasrah.
“Ternyata hasil pengamaatanku selama ini benar lho Ndii.”
Ucapnya penuh bangga
“Hasil pengamatan?” tanyanya heran
“Iya selama ini aku ngamatin gerak-gerik kang Dera, dia care
banget sama kamu. Apalagi pas kita ikutan kursus jelas banget tauuu. Dan
sekarang dia bantuin kamu. wkwkwk” Tutur Sifa.
Kejadian yang selama ini Kiara sembunyikan akhirnya
terungkap dengan sendirinya, satu orang tahu semua member di the sayur juga
wajib tahu untuk setiap hal kecil maupun besar kejujuran dan saling terbuka
menjadi pondasi persahabatan mereka.
Sekembalinya Kiara dan Sifa dari warung hijau, gelak tawa
Sifa yang penuh tanya membuat ketiga sahabatnya bingung dan penasaran. Belum
sempat Sifa menjawab pertanyaan, Kiara langsung mengajak mereka ke kosan.
Kebingungan pun menghampiri mereka ketika langkah kaki Kiara mengarah menuju
kosan rajawali.
“Indiii? Kenapa kesini?” tanya Yani, Aini dan Maryam
serempak
“Aku pindah lagi J” Jawabnya malu
Respon dan tanya yang sama seperti Sifa. Seketika sifa pun
memberikan isyarat dibalik gelak tawanya tadi dan mereka pun mengerti.
Kosan ini menjadi kosan ternyaman untuk rebahan, belum
sempat rebahan tanya kian berhamburan dan akhirnya semuanya pun terungkap.
Ketidaksengajaan yang membuat semuanya terungkap, dan kini
untuk pertamakalinya sahabat Kiara mendengarkan ungkapan terpanjang dari Kiara bahasan
yang sebelumnya tidak pernah keluar dari mulut Kiara, yaitu bahasan tentang
perasaan.
Keujujuran dan saling pengertian mampu
mengeratkan
hubungan tanpa darah semakin erat dan
berkesan.
Sahabat adalah hadiah terindah, hubungan tanpa darah namun bisa sedekat nadi
yang berarah.
Part 19
Cemburu…
Seminggu setelah kembalinya Kiara ke kosan berwarna gading,
kedekatan Kiara dan Dera pun semakin mendekat, tiap hari dan tiap malam saling
bertukar pesan dan perhatian. Sesuai dengan perjanjian awal keduanya harus
mampu menjaga jarak dan mengendalikan perasaan agar tidak terjerumus dalam
ikatan yang salah. Kiara pun kembali memblokir kontak Dera.
Kamis,
Kamis malam yang syahdu, kini Kiara merasakan kesepian tak
seperti biasanya. Hampir tiap malam bertukar pesan dan kini kontak Dera dalam
keadaan di blokir, ingin rasanya membuka blokiran itu tapi Kiara harus tetap
menjaga dan membiasakan rasa sepi itu hadir sebelum semuanya jatuh lebih dalam
lagi.
Snap WA Fauzi menjadi pusat informasi tentang keberadaan
Dera saat ini, ada perasaan lega yang meliputi Kiara dia sang angin, baik-baik
saja dan semangat yang terpancar dari wajah Dera membuat Kiara bahagia,
setidaknya hari ini dia berkumpul dengan orang-orang yang baik dengan kegiatan
yang positif.
Ketika melihat story WA ada satu kejanggalan dalam hati
Kiara, satu snapan dari seseorang yang bernama Mba Yani, sebuah capture yang menunjukan
isi percakapan. Seketika dugaan Kiara langsung terbang menuju Dera, ketikan dan
kata-kata yang tak asing bagi Kiara apalagi Dera pernah mengirimkan salinan
percakapannya dengan Mba Yani, dan hari ini dugaan dan kekecewaan Kiara tak
dapat dibendung lagi.
Dia merasa menjadi sehelai daun yang tertiup angin, sang
angin yang dulu memberikan kesejukan kini membuat helaiannya patah kemudian
terjatuh.
Cemburu tak henti-henti menghampiri perasaan Kiara,
meskipun masih dalam dugaan tapi rasa cemburu tak dapat dihentikan. Malam ini
tak ada persediaan daun untuk dijadikan media tulisan, semuanya dia tumpahkan
dalam buku catatan harian. Untuk malam yang panjang, untuk cemburu yang tak
berkesudahan.
Menahan cemburu dan praduga sendirian cukup membuat pertahanan
Kiara menurun, dia pun memutuskan untuk menceritakannya pada sahabat the sayur,
karena kini mereka sudah mengetahui kedekatan Kiara dan Dera. Grup sayur kini
ramai dengan isi curhatan Kiara, sahabat-sahabatnya memberikan saran dan semua
itu membuat Kiara sedikit tenang.
02.00
Janji kedua,
Baru tiga jam terlelap dari tidurnya kegelisahan berhasil
membangunkan Kiara. Untuk melepaskan segala rasa gelisah Kiara harus bersandar
dan bersujud pada Sang Maha Cinta. Dengan segera Kiara beranjak mengambil air
wudhu kemudian bersujud memohon ampunan dan mencurahkan isi hatinya. Dalam doanya Kiara sadar untuk kesekian
kalinya dia menceritakan orang yang sama dan rasa kecewa yang sama pula. Dia
berjanji pada Sang Maha Cinta untuk menjauhi Dera agar tidak merasakan kecewa
lagi. sebuah teguran manis yang membuat air matanya mengalir deras.
Jumat pagi,
Langkah Kiara bergerak menuju kampus, hari ini lelah yang
Kiara rasakan 3 jam tidur membuatnya lemas, langkah kaki kian mengecil. Puluhan
anak tangga harus di lewati satu persatu dengan pelan tangan memegang dinding,
pandangan kosong mata sembab lengkap sudah pemandangan aneh yang nampak dari
Kiara. Sesampainya di kelas, sahabatnya langsung memeluk memberikan dukungan.
Diam itu saja yang bisa dilakukan Kiara, tapi semangat dan ajakan
sahabat-sahabatnya membuat Kiara kembali ceria. Melupakan semua kisah yang ada
tertawa lepas.
Rasa cemburu yang menghampiri, membuat Kiara bersyukur dari
kejadian ini ketulusan dan perhatian dari sahabatnya kian terasa.
Sepulangnya dari kampus dan tempat spot foto yang membuat
Kiara bahagia, dua motor sahabat the sayurnya langsung melaju menuju kosan.
Satu motor yang ditumpangi oleh tiga orang penumpang, melaju saling beriringan.
Cacing-cacing diperut yang mulai berdamaian, sepoi angin
yang menyejukan membuat mata tak sanggup untuk terlelap, mereka semua tidur
berjejeran sampai waktu ashar tiba. Setelah bangun dan shalat tiba-tiba satu
pesan dari Fauzi menjadi obrolan dan diskusi hangat bagi Kiara dan sahabatnya.
“Indii kata Dera buka blokiran” pesan dari fauzi
Mendapatkan pesan dari Fauzi membuat beberapa saran
bermunculan ada yang mendukung untuk membukanya dan ada juga yang memberi saran
untuk mengabaikannya. Kiara dibuat seolah lupa akan janjinya malam tadi.
Dibukalah blokiran itu, dan pesan dari Dera pun masuk ke ponsel Kiara tanpa dia
balas.
Dugaan Kiara masih sama, dan menduga bahwa Dera tahu
tentang rasa cemburu yang saat ini dia rasakan namun semua itu menjadi dugaan
yang salah.
Untuk menjawab rasa penasaran dan cemburunya Kiara pun
mengirimkan satu gambar berisi kata-kata yang sesuai dengan keadaan hatinya
saat ini. Dera pun membalas dan menjelaskan semuanya. Penjelasan yang sia-sia
bagi perempuan yang sedang di bakar api cemburu apalagi bagi Kiara yang mudah
membatu.
Rasa cemburu yang tak semestinya ada membuat Kiara menutup
diri dan menenangkannya sejenak dari permukaan dunia yang melelahkan.
“Wanita mampu
meneyembunyikan cinta selama 40
tahun lamanya,
tapi tak mampu menyembunyikan cemburu meski sesaat.”
Ali Bin Abi Thalib
Part 20
Kejadian yang Sama
Sabtu,
Kiara masih diliputi rasa cemburu, disaat yang sama Dera
terus menghubungi Kiara memintanya untuk percaya bahwa tidak ada hubungan
apapun antara Mba Yani dan Dera.
Tapi hati Kiara masih sangat keras dan membatu, usaha Dera
untuk meyakinkan Kiara dan menghilangkan rasa cemburunya hanyalah sia-sia.
Tawaran Dera untuk tukeran akun WA sempat Kiara tolak, setelah drama panjang
akhirnya Kiara pun mengiyakan tawaran Dera.
Tawaran Dera membuat Kiara terbang ke masa lalu. Kejadian
yang sama yang membuat Kiara ingat pada masa putih biru. Teringat dengan
perlakuan yang sama, yang dilakukan pacar pertama Kiara di masa lalu, masa
ketika Rega yang meyakinkan Kiara saat banyak orang di sekolah bergosip ria
tentang kedekatan Rega dan Mia yang bukan lain adalah sahabat Kiara sendiri.
Cemburu Kiara pada waktu itu bukan tanpa alasan, Mia yang selalu mengejar Rega
sampai akhirnya Rega menyatakan perasaan dan memilih Kiara. Seminggu setelah
jadian Kiara dibuat cemburu, dan Rega pun menawarkan diri untuk menukarkan sim
card nya pada Kiara. Di masa putih biru belum ada aplikasi semacam whatsapp,
tukeran sim card menjadi salah satu solusi untuk membuat Kiara percaya. Setelah
Kiara mendapatkan sim card Rega aksi licik Kiara berlanjut, aksi yang saat ini
sama ia lakukan pada Mba Yani.
Kiara memang aneh, dia merasa cemburu tapi saat dia sendiri
yang melakukan chatan langsung dengan perempuan yang ia cemburui maka senyuman
langsung datang menghampirinya. Kejadian yang sama dan berulang.
Ini adalah kejadian yang sama, dan untuk kedua kalinya Dera
berhasil menghidupkan kisah-kisah di masalalu Kiara. Curhat diatas helaian daun
yang hidup kembali setelah dia mengenal Dera, sampai tawaran yang sama,
semuanya nyata sama persis.
Setelah keadaan hati Kiara mereda dan perlahan rasa
cemburunya hilang, pesan-pesan dari Dera berhasil membuatnya tersenyum kembali.
Minggu,
Kegiatan olahraga yang diadakan di KAMMI mau tidak mau
membuat Kiara bertemu dengan Dera, setelah perasaan yang mulai mereda nyatanya
Kiara masih tetap sama diam dan marah. Sesekali Dera bertanya pada Kiara namun
dia abaikan, rasa kesalnya masih membekas dalam hati Kiara dan membungkam
mulutnya, terkunci oleh rasa cemburu. Kiara yang saat ini benar-benar
menyebalkan. Apa maunya tak ada yang tahu termasuk dirinya sendiri. Manusia
rumit dengan segala keanehannya.
Kebatuan Kiara mulai melunak ketika Dera meminjamkan buku
yang berisi tentang pernikahan.
“Coba kamu baca ini, buku yang cocok bagi mereka yang ingin
nikah muda.” Tutur Dera lembut
Tanpa menjawab Kiara pun mengambil buku itu, dan mulai
membacanya.
Pertandingan futsal telah berakhir, para pemain dari
organisasi lain mulai berhamburan pergi meninggalkan GOR, yang tersisa tinggal
kader Kammi. Kegiatan mereka belum berakhir sampai di jam ini. Masih ada
rangkaian acara lainnya, yaitu survey lokasi dan mmembersihkan gedung yang akan
digunakan untuk acara Milad KAMMI besok hari. Beberapa motor melaju menuju
Gedung berwarna biru muda, disana mereka dibuat sibuk membagi tugas dan
bekerjasama dengan baik. Gotong royong dan saling membantu satu sama lain.
Menyapu sampai mendekor ruangan mereka lakukan bersama.
Adzan ashar telah berkumandang,
Semua orang yang sedang bekerjasama langsung berhamburan
menuju mushala kecil yang ada di lantai 1.
Ada satu kejadian yang membuat Kiara tersenyum bangga,
ketika melihat Dera menjadi imam shalat. Kejadian yang sama yang membuat Kiara
kembali pada masa putih biru, dengan orang yang sama pula.
Di masa lalu saat Kiara menjadi panitia perkemahan di acara
PRAMUKA, Rega menjadi imam shalat untuk Kiara dan keempat sahabatnya.
Keesokan harinya,
Setelah badai cemburu yang kemarin hinggap di hati Kiara,
kini hatinya kembali membaik api cemburu yang sudah padam dan mereda. Handphone
Kiara bergetar panggilan masuk dari kontak berinisial “Dn” memanggil, terlihat
lengkungan senyuman di wajah Kiara. Inisial yang berhasil membuatnya tersenyum
bukan lain adalah Dera, yaa untuk kesekian kalinya nama kontak Dera diubah
setelah gj kini Dn. Obrolan singkat dengan topic masa depan, pernikahan dan
keseriusan.
Lagi dan lagi, dengan kejadian dan obrolan yang sama. Kiara
dibuat pergi lagi ke masa lalu yang sama, Rega, semasa duduk di bangku SMP ada
obrolan dengan doa yang sama. Masih jelas terngiang di telinga Kiara saat Rega
mengatakan keseriusannya dan membahas masa depan, yang membuat imajinasinya
berjalan lebih cepat.
Dan kini kejadian yang sama, ia dengar dengan sama
jelasnya.
Mengenal dan dekat dengan Dera membuat Kiara kembali pada
masa lalu yang pernah ia lupakan dan kini hadir kembali pada kejadian yang sama
namun dengan orang yang berbeda.
Lagi dan lagi…
Kehadiranmu bagaikan bayangan dimasa lalu.
Dan kamu adalah gabungan dari puzzle yang pernah aku temukan.
-angin
Part 21
Mengikhlaskan
Dipandanginya foto 2 orang perempuan yang ada di sisi kanan
dan kirinya berlatar danau kecil dengan sepasang angsa putih, foto 3 tahun yang
lalu tepatnya. Dilihatnya dengan seksama, mengatur nafas dengan pelan dan
perlahan, dan hatinya berkata “Sudah waktunya”
Dalam keheningan malam Ahmad berdialog dengan hati dan
pikirannya, sudah waktunya bagi Ahmad untuk mengikhlaskan perempuan impian
sekaligus perempuan bayangannya. Kini ia bulatkan tekadnya untuk mengikhlaskan.
Tak ada yang lebih melegakan selain mengikhlaskan daripada terus menunggu dalam
ketidakpastian. Anindia dan bayangannya yang tak mungkin ia persunting di waktu
yang dekat ini, sedangkan target menikah sudah ada di depan mata. Keduanya
sudah sangat menjauh dari peredaran Ahmad, lalu dia pun memutuskan untuk
mengikhlaskan keduanya seikhlas-ikhlasnya, dan focus pada pemantasan diri yang
sebenarnya.
Sebulan setelah proses mengikhlaskan, lebih banyak
memantaskan dan mendekatkan diri pada Allah itu yang dilakukan Ahmad, dan Maha
Baik Allah yang langsung mempertemukannya dengan seorang perempuan sholehah nan
anggun, hafidzah dan lulusan terbaik dari salah satu universitas negeri di
Bandung. Untuk proses yang singkat namun
langsung berlabuh dan menetap. Asmarani perempuan shalihah yang kini menjadi
pendamping hidupku.
***
Pertengahan semester keempat,
Sabtu,
Pergolakan hati Kiara kian mendidih membuatnya terjebak
dalam kegelisahan dan ketidaktenangan, tidur di setiap malamnya di liputi
kegundahan. Semua ini buah dari perbuatan dosa-dosa, pikirnya begitu.
Kiara sadar langkahnya sudah sangat jauh, langkah yang
mulai jauh dari cahaya cinta Sang Maha Cinta, langkah yang kian mengikuti hawa
nafsu, dan langkah yang membuatnya terjebak dalam lembah dosa yang meredupkan
cahaya cinta yang sesungguhnya.
Disisi lain ada kebahagian yang Kiara rasakan, dekat dengan
seseorang yang memberinya banyak perhatian, dewasa, dan menjadi tujuan saat dia
membutuhkan sesuatu. Dekat dengan dia yang telah memberinya warna baru.
Messkipun tak ada hubungan resmi atau terikat dalam ikatan “pacaran”, tapi
kedekatan diantara keduanya tidak bisa membohongi nurani Kiara, dan dia sadar
bahwa semua itu menjurus pada lembah dosa.
Malam-malam yang sama, kegelisahan yang membuat tidurnya
kurang dari 4 jam, shalat kemudian berdoa dan menangis tapi masih dalam lembah
yang sama membuatnya di liputi ketidaktenangan.
Merenungi setiap perbuatan yang Dia lakukan akhir-akhir ini,
membuatnya sampai pada satu keputusan. Keputusan yang didukung oleh banyak hal.
Selama proses perenungan itu laman Instagram Kiara menunjukan beberapa video
dan picture tentang pentingnya mengikhlaskan, video dengan konten yang seolah
menyindir perbuatan yang Kiara lakukan, kata-kata yang kian membuatnya resah.
Saat menonton youtube pun sama kajian/ceramah tentang bahayanya mendekati zina,
dan beberapa hal lainnya yang membuat Kiara semakin berpikir keras.
Pergulatan batin yang tiada henti membuat air matanya
kembali menetes, pada helaian daun yang ia terbangkan ada dua kata yang
mewakili perasaan Kiara “ikhlaskan / halalkan?”
Menimbang kedua pilihan itu, Kiara sadar memilih halalkan
adalah pilihan yang tepat di waktu yang salah, mengingat tentang kesiapan yang
dia miliki serta mimpi dan harapan orangtuanya, membuat dia menyerah pada
perasaannya sendiri. Mengikhlaskan adalah pilihan terakhirnya, mengikhlaskan
dia yang kini ada dalam hatinya, dia yang membuat harinya bersemangat dan dia
yang mulai masuk dalam daftar orang yang Ia sayangi. Bukan hal mudah bagi Kiara
untuk menetapkan pilihan ini, meninggaalkan orang yang baru saja menghiasi
harinya, dan kini keputusan besar harus tetap Ia putuskan. Sebelum semuanya
terlalu jauh.
Minggu,
Hari minggu menjadi hari mencari ilmu, seperti biasa Kiara
mengikuti kajian di masjid Muttaqin apalagi tema yang akan di bahas oleh Ustadz
Rama bertemakan tentang “Hawa Nafsu”, langkah kaki Kiara beranjak menuju
Masjid, di langkah pertama ada doa dan harapan yang Kiara panjatkan semoga
kajian hari ini menambah keyakinannya dalam menentukan keputusan. Hari ini tak ada
pesan dari Dera, Kiara pun mematikan ponselnya dan focus ke materi kajian. Dan
benar saja materi kajian itu mengarah pada apa yang sedang Kiara rasakan,
tentang beberapa jenis hawa nafsu yang harus dihindari. Semua materi masuk dan
meyakinkan keputusan Kiara untuk mengikhlaskan Dera.
Kajian telah selesai, setelah shalat dzuhur berjamaah Kiara
pun langsung bergegas untuk pulang. Hatinya sedang tidak baik-baik saja,
pandangan Kiara kosong, kakinya melangkah namun serasa tidak menapaki jalan,
Kiara sudah seperti mayat hidup pucat pasi tanpa warna. Masih dalam lamunan
yang panjang, tiba-tiba wangi yang tertiup angin sampai ke lorong hidung Kiara,
wangi yang sama yang saat ini sedang ia rindukan namun akan segera ia
ikhlaskan. Alam seakan menjegal langkah dan keputusan Kiara, pertanyaan yang meragukan
kian bermunculan tapi tekadnya sudah terlanjur bulat.
Sesampainya di kamar kost,
Segera dibuka layar ponselnya, masih tetap sama tak ada
notifikasi dari seseorang berinisial ‘Dn’, hal ini membuatnya semakin takut.
Jika dia terus bertahan tanpa mengikhlaaskan akan sedalam apa perasaannya
terhadap Dera, akan sejauh mana dia mengandalkan Dera, dan yang terakhir akan
sejauh mana rasa sakitnya nanti setelah semuanya terlalu jauh. Mumpung masih di
episode awal pikir Kiara meyakinkan.
Dimalam harinya Kiara pun mengirim pesan pada Dera, bukan
pesan biasa tapi bom P, namun kecewa yang didapatinya, ceklis satu kian
menambah kegelisahan.
Senin,
Di pagi buta, Kiara membuka layar ponselnya didapatinya
pesan dari Dera.
“Ada apa? Maaf kemarin aku ga ngasih kabar ngedadak mantai”
tulis Dera diikuti kiriman foto.
Foto Dera dengan kaos berwarna biru muda dan foto diatas
pasir yang bertuliskan “Dn” membuat niat Kiara urung untuk dilakukan, namun
hati nuraninya tetap meyakinkan dia untuk mengikhlaskan. Semuanya harus
diselesaikan sekarang juga. Dengan berat hati dan nafas yang naik turun, Kiara
pun mengungkapkan keinginan dan keputusannya. Keputusan terberat bagi Kiara
dengan harapan semoga semuanya berakhir baik-baik saja.
Setelah proses yang cukup panjang akhirnya keputusan
mengikhlaskan sudah dia ungkapkan dan dia pun memutuskan untuk memberikan buku
bersampul ungu pada Dera. Buku yang merangkum segala hal tentang kesendirian
dan masa penjagaan Kiara yang disimpan dan dirahasiakannya dengan baik, dan
kini Dia ingin memberikannya pada orang yang dia percayai dengan harapan semoga
kelak buku ini kembali lagi pada tangan Kiara. Ada beberapa halaman yang masih
kosong yang bisa dilengkapi oleh Dera dan jika waktu menyatukan mereka kembali
buku itu menjadi bagian yang utuh diisi dan dimiliki bersama.
Semoga kelak dipertemukan dengan cara yang baik dan benar.
-Qotp
Part 22
Terjebak Praduga
Rencana Kiara untuk menghidupkan harapan dan imajinasinya
kandas di patahkan waktu dan keadaan. Buku yang Kiara yakini sebagai symbol
belahan jiwa, yang akan dia serahkan pada Dera tak sampai dengan semestinya.
Janjian lalu saling menunggu sampai akhirnya berakhir di kata “benci” dan
blokir tanpa temu tanpa sapa dan tanpa serah terima.
“Dan kini kamu adalah makhluk yang paling aku benci” tulis
Dera.
Kebiasaan buruk Dera yang tidak disukai Kiara yang mudah
mengucapkan kata benci lalu memblokir kontak oranglain seenaknya saja membuat
Kiara berpikir ulang untuk memberikan buku itu pada Dera, tidak sampai disana
pikiran Kiara langsung melaju ke masa depan jika sekarang saja mudah
mengucapkan hal yang demikian bagaimana jika kelak ketika dia menjadi seorang
imam, pikirnya kian berkecamuk.
Selasa,
Hari ini ketenangan mulai menghinggapi Kiara, meskipun
bayang-bayang Dera masih ada dalam benaknya. Setelah kejadian kemarin kata
benci masih terngiang dalam ingatan Kiara lalu blokiran yang kian membuatnya
yakin bahwa Dera tidak akan hadir kembali dalam hidupnya atau bahkan dalam
layar ponselnya.
Sepulangnya dari kampus ketika Kiara dan sahabat the sayur
sedang asyik menyantap seblak, tiba-tiba getar di handphone Kiara membuatnya
tersedak. Pesan yang dia yakini tidak akan muncul lagi di layar handphonenya
kini muncul dan membuatnya bingung.
“Aku udah terlanjur sayang, dan sayang banget sama kamu”
pesan yang di terima Kiara
Masih hangat tulisan kata “benci” dia baca, kini kata
“sayang” muncul tak berselang lama, setelah membaca pesan tersebut Kiara
langsung membalasnya tanpa berpikir panjang apa yang akan dirasakan oleh
pembacanya. Dengan luapan emosi yang menggebu-gebu di tulisnya pesan yang cukup
panjang.
“Jika kamu
benar-benar sayang bukan seperti ini caranya. Dia yang benar menyayangimu tidak
akan mengajaknya dalam lembah dosa, namun menjaganya. Gini aja sekarang mh kalo
udah siap langsung aja datangi orang yang lebih berhak dengan diriku, temui
ayahku. Menikah adalah ibadah mulia dan ibadah terlama, maka awali dengan cara
yang baik.” Ceklis biru
Setelah terkirim dan
ceklis biru, typing… cukup lama masih ditunggu, balasan apa yang sedang di
tulis Dera membuat Kiara penasaran. Setelah ratusan detik menunggu balasan yang
Kiara dapatkan kian membuatnya kesal.
“Tenang saja aku gak
baca balasan kamu yang itu ko.” Tulis Dera singkat.
Beberapa hari
kemudian,
Ketenangan yang
Kiara duga setelah mengikhlaskan nyatanya tak kunjung hadir, kegalauan yang
justru datang bertubi-tubi, ingin kembali pada satu episode bersama Dera sempat
Kiara tuliskan dalam sehelai daun. Rasa yang semakin bertambah justru hadir
menghantuinya, lelah menahan rasa yang kini Kiara rasakan. Dibaca ulang pesan
yang beberapa hari lalu dia kirimkan pada Dera justru membuatnya terjebak dalam
paraduga yang tiada henti menghampirinya.
Libur semester keempat,
Waktu libur tiba,
waktu yang di tunggu-tunggu oleh Kiara, dan rumah menjadi sasaran utamnya untuk
meluapkan segala kegalauan yang kini menerpa Kiara. Nyatanya keramaian yang ada
di rumah tak mampu menghilangkan kagalauan yang sedang dia rasakan, lamunan
Kiara kian jauh, tak ada kabar apapun dari Dera selain telepon terakhir dari
Dera yang menyimpulkan bahwa kini perasaan Dera seperti kertas kosong tanpa
warna, dan enggan untuk mewarnainya kembali luka kemarin cukup membuat Dera
kecewa.
Kegalauan yang terus
Kiara rasakan namun dengan rapat dia sembunyikan, keluarga Kiara mengajaknya
untuk pergi berlibur ke Kawah Putih, liburan setitik cukup membuat rongga hati
Kiara melega meskipun tetap kembali pada bayangan yang sama. Raganya menapak namun
hati dan angannya terbang jauh dari kenyataan. Liburan, senyuman, kebahagiaan
dia tampakkan, meski dalam hatinya yang paling dalam sedang merasakan
kehampaan.
Senin,
Sekarang sedang
musim-musimnya virus yang menyerang pada penglihatan ,sakit mata, tak
terkecuali pada keluarga Kiara yang ikut terjangkit virus tersebut dari mulai
adik paling bungsunya sampai pada Kiara, mata Kiara kini memerah, berair, perih
dan sembab seperti mata yang kelelahan setelah menangis sepanjang malam.
Bersamaan dengan sembabnya mata Kiara berita mengejutkan datang dari Mr. Ahmad.
Berkali-kali pertanyaan yang sama dilemparkan pada Kiara yang membuat ingatan
dan perasaannya terguncang.
“Dii …kamu tahu ga?
hari kamis Mr. Ahmad bakalan nikah?”
tanya Teh fanila
“Benar ga dii”
tambah kak Imat
“Indi kamu tahu?”
Bapak menambahkan
“Kenapa pertanyaan
itu harus ditanyakan padaku, siapa aku dekat juga engga’
jawab Indi dalam
hati
“Gak tau,” jawab
Kiara singkat.
“Tadi, Ibu denger
langsung. Katanya benar hari kamis Mr. Ahmad bakalan nikah.” Tambah Ibu
“Indi… kamu jangan
galau gitu dong ditinggal nikah Mr. Ahmad.”
Sahut Teh fanila menggoda
“Iya tuh matanya
sampai sembab gitu.” Tambah Kak Imat
“Iiiiii, engga ini
mah kan lagi sakit mata.” Jawabnya sambil berlalu menuju kamar.
Berita yang membuat
Kiara kembali pada ingatannya tentang Mr.Ahmad, nyatanya setelah dekat dengan
Dera perasaan yang tersimpan rapi untuk Mr. Ahmad tidak bisa dia tampikan lagi,
untungnya hari ini mata Kiara sedang sakit-sakitnya air mata yang terus mengucur
membasahi pipi yang ia samarkan dengan virus yang menyerang matanya.
Dan kini Kiara sadar
tentang perasaannya yang bertepuk sebelah tangan, kekagumannya terhadap Mr.
Ahmad membutakan mata hati Kiara yang dia lihat hanya suka, kekaguman dan cinta
dalam diam yang kini berujung pada penyesalan. Mencintai sang hujan adalah fase
paling dewasa yang pernah dia rasakan, mencintai dalam diam, mendoakan,
merelakan dan cinta tak harus memiliki, menjadi pelengkap kisah kasih dalam
bukunya.
Kamis,
Menyibukkan diri
adalah salahsatu cara agar angannya tidak terjebak pada bayangan yang sama,
Kiara pun memutuskan untuk membereskan, mendekor ulang dan menata kamarnya agar
mendapatkan suasana baru, kebiasaan mengubah posisi kasur dan lemari menjadi kebiasaan
aneh Kiara baik di kosan maupun di rumahnya. Ketika merapihkan buku-buku,
ditemukannya satu buku bersampul merah muda ,buku catatan harian pertamanya
semasa putih biru, dibuka dan dibacanya
dengan seksama senyuman-senyuman kecil menghampiri Kiara, perasaan geli pun
hadir, sesekali dia menggelengkan kepala untuk setiap kelebayannya di masa
lalu. Senyuman itu hilang dan membuatnya berpikir keras terjebak dalam praduga saat
Kiara membaca tulisan dilembar terakhir
yang berisi do’a.
“Ya Rabb… jatuh cintakan aku pada dia yang
benar-benar akan menjadi jodohku. Jangan biarkan aku dan dia (yang bukan
jodohku) sama-sama merasakan jatuh cinta. Dan tolong jangan biarkan oranglain
menyukai/mencintaiku selain jodohku”
Masih teringat
jelas, tulisan itu Kiara tulis saat dia duduk dibangku kelas 3 SMP saat dia
memutuskan untuk menjomblo sampai dia benar-benar bertemu dengan jodohnnya. Dan
kini dia berdecak kagum sebuah tulisan yang benar-benar menjadi doa. Setelah
tulisan itu dia tulis dengan penuh ketulusan, selama itu pula dia tidak pernah
merasakan kembali pacaran atau saling bertukar perhatian dengan lawan jenis. Membaca
ulang tulisan itu, membuat pikiran Kiara melambung menuju dua element yang
akhir-akhir ini ada dalam kehidupannya. Pantas saja cintanya pada sang air
hujan hanya cinta dalam diam dan bertepuk sebelah tangan, dan itu bukti dari
kemanjuran tulisan doanya. Dan kini tanya dan jebakan praduga mulai menjebak
Kiara, jebakan tentang perasaan yang sama yang dia rasakan dengan sang
angin.
Memikirkan itu semua
membuat Kiara pasrah saja pada keadaan, jika memang berjodoh sesulit apapun
rintangannya akan bertemu pada titik temu yang syahdu.
Suasana kamar baru
membuat Kiara merasa senang, posisi kasur yang diubah sesuai moodnya, dan warna
kamar yang kini berubah menjadi warna putih menggambarkan isi hati Kiara. Di
malam yang dingin Kiara pun menuliskan sebait kalimat yang mewakili perasaannya
saat ini. Temaram malam mengantarkan keinginannya untuk melihat profil Whatsapp
Dera, kejutan, saat di lihatnya foto profil dan info yang masih tertulis sama
‘Dn”. sontak tanya pun menghampiri Kiara, “apa arti semua ini? Apakah dia masih
memiliki perasaan yang sama? Apakah menjauh bagian dari balasan nyata dari
pesan yang pernah aku kirimkan padanya?” tanyannya dalam hati.
Tanya yang dia
tanyakan pada hatinya mulai menemukan jawaban ternyata praduga yang salah ,
ketika Dera menjelaskan belum sempat mengganti profilnya, jelas Dera tanpa
diminta.
1 bulan kemudian,
Satu bulan tanpa
berkomunikasi dengan Dera membuat Kiara membiasakan diri untuk tidak focus ke
handphonenya, mulai membenahi diri, menciptakan karakter yang sama seperti dulu
saat Kiara belum mengenal Dera. Niatnya gugur kembali saat notifikasi pesan
dari nomor yang sempat dia hapus muncul di layar ponsel. Permintaan maaf Dera
sehari sebelum menjelang bulan suci ramadhan. Kiara pun membalasnya dengan
balasan yang sama tentang permohonan maaf dan satu hal yang ingin dia ungkapkan
pada Dera.
Berharap apa yang
dia ungkapkan akan membuat hatinya tenang, alhasil nihil masih sama seperti
dulu saat ketikan panjang yang telah dia kirimkan pada Dera. Dan pada akhirnya
Kiara pun meminta kesepakatan dengan Dera untuk saling memblokir kontak Wa, Fb
dan social media lainnya. Chatan terakhir yang membulatkan tekadnya, dengan
segera Kiara pun memblokir semua kontak dan sosmed Dera.
Seminggu setelah
memblokir semua hal tentang Dera justru rasa penasaran kian menjadi-jadi, entah
angin mana yang telah meniupkannya pada satu keinginan untuk membuka kontak WA
Dera. Dan benar kata hati dan angin yang meniupkan gerak tangannya sampai pada
satu tanya yang kian menjebaknya dalam praduga.
Dilihat dan
dibacanya dengan teliti, foto profil Dera. Sebuah tulisan yang tak asing bagi
Kiara, namun dia tidak ingin langsung menyimpulkan bahwa itu tulisan yang
pernah dia tulis di Facebook semasa SMA. Untuk memastikan itu semua Kiara pun
mencari dan scrolling sampai ke kedalaman postingan di awal Kiara menggunakan
Facebook, tapi tak kunjung dia dapatkan mungkin sudah direport orang lain,
pikirnya menyerah. Tapi tidak dengan jarinya, dia pun langsung menanyakannya
pada Dera meski tak mendapatkan jawaban.
Awal semester kelima,
Setelah tiga bulan
berlalu, liburan terpanjang dengan segala drama yang telah di lalui,
menghabiskannya full di rumah, dan selama itu pula tak ada komunikasi antara
Kiara dan Dera. Satu kerinduan yang harus Kiara akui.
Ditulisnya dalam
buku harian
Jatuh cinta sebelum
halal itu perjuangan.
Perjuangan untuk melawan hawa nafsu dan perjuangan untuk menahan rindu.
-Qotp.11
Waktu libur telah
berakhir, seperti biasa dia pun kembali ke perantauan menggunakan tranfortasi
umum, yang menjadi spot terindah dalam mengingat dan berimajinasi. Di setiap
perjalannanya dipenuhi dengan adegan dramatis, melihat pemandangan jalan dengan
angan yang terbang jauh, atau tak sengaja tidur ke pundak orang lain dengan
pipi yang basah menjadi adegan yang menyenangkan sederhana namun penuh makna.
Dua jam berlalu,
mata Kiara enggan untuk berlabuh ke dunia mimpi. Tiba-tiba wangi parfum yang
sama, wangi yang dia cium 6 bulan yang lalu datang mengahampiri. Membuatnya
terbang menuju bayangan tentang sang angin, hadir bersamaan dengan rintik hujan
yang beriringan. Sesekali Kiara tersenyum membayangkan kekonyolannya saat dekat
dengan Dera dan keanehan lainnya. Tak ada harapan yang terlihat, untuk kembali
dekat seperti dulu mana bisa Kiara sadar akan keputusannya yang pasti akan membuat
Dera kecewa dan berpikir ulang untuk menghubunginya lagi. Lamunan Kiara buyar
ketika pesan dari Kang Sodik masuk ke layar ponselnya. Dengan seketika Kiara
langsung mengenal tulisan tersebut, tulisan dengan bahasa yang khas, orang yang
saat ini sedang hadir dalam bayangannya, dan kini hadir dengan beberapa kalimat
singkat yang Kara terima.
“Assalamualaikum,
Indi aku mau minta bantuan. Mau gak kamu bantuin aku sama Kang Sodik buat jadi
pengurus KAPERTA, nanti file tentang komunitas ini aku kirim lewat e-mail ya…by
Dera” ceklis biru
“Waalaikumsalam, iya
boleh. Kenapa pakai WA kang Sodik?” balas Kiara.
“Aku lagi malas
gunain WA, e-mail kamu mana?” ceklis biru.
“Ohmmm… Kiara11@gmail.com”
“Oke makasih,
ditunggu di e-mail aja ya buat filenya” balas Dera
“Iya sama-sama.
Okesip”
Lagi dan lagi dia
datang di celah yang tepat, kejadian ini kian membuat Kiara terjebak dalam
praduga. Dugaannya terbang pada pesan dan ungkapan pertama Dera padanya, masih
teringat ungkapan Dera yang mengatakan bahwa dia akan betah di suatu komunitas
saat dia menyukai seseorang, dan kini dia meminta langsung pada Kiara untuk
bergabung di komunitas yang sama. Setelah Dera memilih untuk resign dari Kammi
dan kini satu kejutan yang membuatnya ada dalam satu komunitas yang sama. Tanya
terus menghampiri Kiara, “apa arti dari semua ini? apakah praduga ku selama ini
benar? Atau hanya kebaperanku saja yang memaknai kata dengan rasa?”
Janji ketiga,
Beberapa minggu
kemudian, story WA Mba Yani mematahkan semua praduga Kiara tentang Dera.
Di slide pertama
tertulis “akan ada kejutan”, lanjut slide kedua “taraaaaaaa” dan slide ketiga
menunjukan segalanya, foto Mba Yani disamping Dera dan itu tepat diacara wisuda
Dera.
Foto yang menunjukan
bahwa Mba Yani memang special bagi Dera, menjadi orang special di hari
specialnya pula, pikir Kiara.
Melihat semua itu
kini hatinya pecah berkeping-keping bersama dengan praduga yang ia buat
sendiri. Janji ketiga yang benar-benar dia ucapkan dalam hati kemudian tuliskan
dalam buku bersampul ungu. Kali ketiga bagi Kiara berjanji dengan janji yang
sama, pergi menepi dan menjauh. Dia tekadkan dalam hati apapun yang terjadi
jika suatu saat nanti Dera datang menghubunginya, dia tidak akan membalasnya.
Terjebak dalam praduga
yang melelahkan, praduga kedua ini membuat Kiara merasa lelah namun menjadikan
sujud-sujud panjang yang penuh dengan kepasrahan.
“Ya
Rabb, jatuh cintakan aku pada dia yang membuat sujudku pada-Mu lebih panjang
lagi, yang menambahkan kecintaan hamba pada-Mu.
Wahai
Sang Pemilik Cinta aku mulai lelah dengan rasa ini, tapi jika lelah yang tak
berujung ini bagian dari penebusan dosa, maka hamba ikhlas.”
_Dotn
Saat memanjatkan doa
dalam sujud panjangnya, air mata tak henti-hentinya menetes tak dapat dibendung
lagi, ikhlas dan merasa tenang itu yang Dia inginkan. Menangis dalam sujud
malam membuatnya terlelap dalam tidur.
Akhir semester kelima,
Praduga kedua
setelah praduga pertama tentang perasaan Dera terhadap Kiara benar, kini
teka-teki silang itu kembali menghampiri dengan dugaan yang lebih rumit
daripada dugaan pertama. Banyak hal yang membenarkan dugaannya, namun ketakutan
tak henti-hentinnya membantah dugaan Kiara.
Berbalas pesan
e-mail dengan Dera kian membuatnnya terjebak dalam praduga yang melelahkan, hingga
menambah koleksi tanya dalam hatinya, “apakah hanya aku yang dia hubungi lewat
e-mail? Kenapa harus pakai e-mail? apakah ini bagian dari penjagaannya?” Sesekali
niat bulat Kiara untuk mencari jawaban atas semua praduganya dengan menanyakan
langsung pada Dera, tapi rasa gengsi Kiara sama besarnya dengan praduganya.
Lelah dalam jebakan
praduga, Kiara pun menuliskan dan meluapkannya dalam sehelai daun. Berharap
rasa lelahnya segera menemukan jawaban. Wahai angin, bawa terbang tulisan ini
dan segera datang dengan jawaban yang melegakan.
“Kita perlu bicara.
Agar anganku segera
terlepas dari jeratan praduga yang melelahkan.”
-shd
Part 23
The Last Scene
Awal semester keenam,
Setelah banyak drama panjang, praduga yang melelahkan tanpa
diucapkan. Kini keduanya bersama dalam obrolan singkat namun menenangkan “Aku
lebih senang kalau kamu bicara to the point, langsung jangan diam dan dipendem
sendirian” ucap Dera. Dan Kiara hanya tersenyum, bersyukur Dera yang pengertian
membuatnya tak perlu menceritakan banyak hal.
Kriiinggg…kringgggg…kringggg …
Bunyi alarm yang lupa dia matikan menghentikan adegan yang
melegakan, di hirupnya nafas panjang, karena Kiara sedang ada pada masa on
period, membuatnya tidak beranjak dari kasur, jarum jam masih menunjukan angka
03.00, mata yang enggan untuk terpejam membuatnya ada dalam lamunan panjang,
merenungi makna mimpi yang baru saja hadir dalam bunga tidurnya.
“Apakah ini pertanda agar aku mengatakan dan memastikannya
langsung pada Dera, tentang praduga yang selama ini menjebakku? Aku ingin
segera terlepas dari jeratn praduga yang melelahkan” gerutunya dalam hati.
Memikirkan semua itu membuat Kiara berinisiatif untuk
mengungkapkan praduga yang melelahkan lewat tulisan. Ditulisnya panjang lebar,
lalu dihapus ulang, tulis lagi sampai semua kata pas dan tersampaikan dengan
baik. Menulis adalah bagian dari ungkapan yang baik bagi Kiara yang tak terbiasa
bicara panjang lebar. Kejadian yang sama yang dia lakukan pada
saudara-saudarnya saat dia merasa kesal. Document yang bernama Saturday
disimpan dengan baik di waktu yang tepat tulisan itu akan sampai pada Dera,
rencananya begitu.
Senin,
Untuk menjawab semua lelahnnya Kiara pun memberanikan diri
untuk menulis pesan di e-mail dan dikirimkan pada Dera,
“Can I ask and tell you something?” pesan terkirim
“Sure” pesan diterima
Tinggal satu klik maka document yang berisi ungkapan
praduganya akan terkirim, tapi tombol keluar mengurungkan niat Kiara. Berat
rasanya harus menanyakan semua itu pada Dera apalagi dia adalah seorang
perempuan.
Dengan berjalannya waktu Kiara pun kembali melanggar janji
ketiganya, beberapa hari terakhir ini dia lebih sering berbalas e-mail dengan
Dera, sampai pada satu tawaran yang Kiara iyakan dengan senang hati, kesempatan
besar bagi Kiara untuk menceritakan semuanya langsung. Tawaran untuk ngobrol bareng tentang hal yang
mereka sukai dan hobby yang sama. Kiara pun
menentukan tanggal pertemuan itu tepat di tanggal yang sama saat dia
memutuskan untuk mengikhlaskan Dera.
Penghujung Maret,
Pandemi corona sedang melanda dunia, termasuk Indonesia.
Dua minggu kedepan sekolah-sekolah, kampus-kampus, tempat keramaian diliburkan
termasuk kampus Kiara. Semuanya di pulangkan mengisolasi diri sendiri sampai
keadaan membaik. Duka ada dimana-mana, korban yang kian bertambah, keramaian
yang mulai sepi, ekonomi yang turun drastic, masjid-masjid dan tempat peribadatan lainnya ditutup membuat
keadaan mencekam diliputi ketakutan. Jumlah libur yang terus ditambahkan,
membuat semua orang terpenjara dalam rumah sendiri, begitupun dengan
Kiara. Sudah satu bulan diam dirumah,
keadaan yang membatalkan tawaran dan ungkapan yang akan Kiara katakan pada
Dera. Sekarang waktunya mendekatkan diri pada Sang Maha Kuasa, bumi yang sudah
tua renta semestinya dijaga dengan menghindari perbuatan tercela.
Malam Nisfu Sya’ban dan
Janji keempat,
Malam yang dipenuhi dengan perenungan panjang, malam yang
penuh dengan ampunan dan malam pembebasan, membenahi diri menjadi lebih baik
lagi, memohon ampun untuk dosa di masa lalu, dan berdoa semoga dilembaran baru
menjadi manusia yang lebih baik lagi dan penuh dengan keberkahan.
Mempersembahkan lantunan Q.S Yasiin sebanyak 3 kali dan diakhiri dengan doa
yang penuh dengan keseriusan.
Di malam syahdu dengan lembaran baru Kiara pun kembali
mengikrarkan janji di dalam hatinya setelah didapatinya pesan dari Dera yang
lagi dan lagi membuatnya berpikir keras. Satu pesan yang menjadi teguran besar
di penghujung malam.
“Assalamualaikum… Indi sekarang aku mau membatasi diri
untuk berinteraksi dengan perempuan termasuk denganmu. Sebelumnya apa yang ingin
kamu bicarakan dan tanyakan? Bisa kammu ceritakan sekarang.” ceklis biru
“Waalaikumsalam, iya semoga istiqomah… hmm biar waktu yang
akan menjawab semuanya.” Balas Kiara pasrah.
Keesokann harinya,
Janji keempatnya semakin kuat setelah dilihatnya snapan WA
Mba Yani, lagi dan lagi screenshootan percakapan yang tak aneh bagi Kiara.
Dalam hatinya berkata:” yang katanya ingin menjaga interaksi, nah ini buktinya
masih sama, sudahlah ini janji terakhir jangan sampai terulang lagi.” Gerutunya
kesal.
Juni,
Sampai sejauh ini janji keempat Kiara tidak Dia langgar, tiba-tiba
satu pesan yang sama di dua grup WA yang berbeda, pesan dari kontak yang
berinisial “Z’, untuk kesekian kalinya juga Kiara mengubah nama Dera di
kontaknya dan kini dinamai “Z’.
Di bulan syawal ini banyak orang yang mengikrarkan janji, undangan
pernikahan dalam bentuk e-undangan sering menghampiri layar ponsel Kiara. Dan
pesan yang dikirimkan oleh Dera sama seperti undangan pernikahan. Ada rasa aneh
yang meliputi Kiara, dia begitu enggan untuk membuka pesan grup, takut kecewa
dan tiba-tiba dugaanya benar undangan pernikahan. Satu ketakutan yang membuat
Kiara sadar ternyata perasaan yang belum sepenuhnya ikhlas ada dalam hati
Kiara.
Mendapatkan perasaan takut kehilangan, dengan segera di
malam yang panjang dia berdo’a pada Allah SWT Sang Pemilik Cinta, dengan
tarikan nafas yang panjang, dia awali doanya dengan memohon ampun, diikuti oleh
kata yang sama. “Maafkan hamba, malam ini hamba masih mencurhatkan orang yang
sama… ….” Dan curahan hati lainnya.
Jika kamu jatuh hati, sertakan Allah saat mencintainya.
Agar hatimu tidak patah lagi.”
-Qotp
Dua hari kemudian, keajaiban doa datang menhampiri Kiara.
Keajaiban yang menggugurkan janji keempat Kiara. Pesan dari Dera tak sanggup
dia abaikan begitu saja, setelah rasa lelah dan praduga yang hinggap di hati
Kiara. Entah mantra apa yang membuat Kiara luluh dengan pesan singkat yang
dikirim Dera. Dan seakan ada banyak ruang maaf yang disuguhkan Kiara untuk
Dera. Menjadi rumah untuk pulang, setelah lelah berpetualang.
“Assalamualaikum, Indi boleh minta bantuan. Buat
komen+kasih saran karyaku?” tulis Dera
“Waalaikumsalam, boleh tapi sarannya bakal seadanya saja.”
Balas Kiara
Menjadi pembaca pertama sekaligus memberikan saran pada
novel yang dibuat oleh Dera, membuat Kiara mengenal Dera dan mengetahui kisah
kasih Dera selama di bangku perkuliahan. Novel yang berjudul “the last scene”
menjadi jawaban atas dugaan Kiara, novel yang memiliki kesamaan dengan alur
cerita yang Kiara buat dalam karyanya.
10 bulan yang lalu, saat pertamakali Kiara melihat
postingan di instagram milik Dera terlihat sebuah foto yang menunjukan beberapa
judul cerita dalam sebuah novel. Lantas membuat Kiara langsung meluncurkan
dugaannya.
“Pasti akan ada karakterku didalam karyanya, jika itu benar
lucu jadinya. Andai waktu berkenan untuk membuat semuanya kembali seperti dulu
saat aku dekat dengannya, akan ku pastikan kisah lucu ini menjadi obrolan
unik.” Ucapnya dalam hati.
Dan kini satu dugaan dan harapan Kiara benar menjadi
kenyataan, novel The last scene sebuah karya milik Dera yang menjadi jawaban
atas segala praduga Kiara. Kata demi kata, kisah demi kisah telah menjadi bahan
jawaban atas praduganya, ditengah kesibukan yang menghampirinya Kiara selalu
menyempatkan diri untuk membaca helaian-demi helaian cerita yang ada
didalamnya, 25 episode yang menceritakan banyak hal. Dan kini sehelai daun yang
menjadi penanda bacaan telah sampai pada bagian 20.
Juli,
Talaga Bodas, Garut
Liburan dadakan tanpa direncakan membawa langkah Kiara pada
liburan setitik, setelah sekian lama dirumah saja akhirnya liburan bersama
dengan sahabat the sayurnya pun membuat segala kerinduan terobati. Perjalanan
panjang dari kosan menuju kawah yang memiliki banyak keindahan, di sepanjang
perjalanan mereka abadikan dalam tangkapan camera, pemandangan hijau dan
perkebunan selama diperjalanan menjadi hal yang tak terlupakan. Sesampainya
disana, masih ada perjuangan yang harus mereka lalui jalan kaki selama
seperempat jam membuat nafas kian tersenggal-senggal. Rasa lelah terbayar sudah
oleh keindahan alam dan kesejukan yang tiada tara. Tiupan angin kencang yang
menyejukan membuat rasa gerah hilang melunturkan sisa-sisa keringat yang
hinggap di kulit. Berfoto ria sampai makan bersama menjadi kebiasaan disetiap
perjlanan liburan mereka. Liburan sederhana namun bermakna.
Adzan dzuhur telah berkumandang, mereka pun langsung
menyegerakan diri menuju mushala yang ada di dekat telaga, hanya Kiara yang
menunngu dan berjaga karena dia sedang memasuki masa on period. Ditengah
kesendiriannya dia pun membuka tas dan diambilnya satu buku yang akhir-akhir
ini setia dibaca olehnya. Buku yang selama ini membawanya pada satu kisah
mendebarkan, membaca kisah seseorang yang pernah menghiasi harinya. Sampai pada
lembaran terakhir membuat perasaan Kiara tak menentu, Kini digenggam eratlah
novel itu sembari memandangi satu penanda buku yang dia buat dari sehelai daun
manngga. Beranjak dari tempat duduk dipandanginya kawah putih kebiru-biruan
yang luas, memejamkan mata sejenak sambil mengatur nafas penuh kelegaan.
Digenggam dan dipandanginya buku yang berjudul the last scene, lalu dia pun
mengambil penanda buku yang bertuliskan:
“Jodohku, aku rindu kamu. Segeralah bertemu dan bertamu”
@Kiara
Dengan segera tangannya menimbang dan matanya berkali-kali
membaca tulisan yang ada dalam sehelai daun. Angin yang kian meniup kencang
menambah kesyahduan dalam setiap adegan, sampai pada akhir kisah yang
mendebarkan membuatnya enggan untuk tetap diam. Satu helai daun yang ada dalam
genggamannya dia abadikan dalam tangkapan kamera lalu di terbangkan bersama
dengan hembusan angin kencang,
“Sekarang terbanglah dan sampaikan rindu ini pada pemiliki rindu
yang sesungguhnya. Terbanglah …” bisiknya dalam hati.
Angin yang kencang telah membawa daun itu pada permukaan
air yang tenang, melihat helaian daun itu terbang membuat angannya pergi jauh
tak karuan, dan panggilan Mulyani membuat angannya kembali pada peredaran. Dia
pun segera memasukan buku itu kedalam tas dan berbaalik badan melangkahkan kaki
menuju pada pusat panggilan. Senyuman tulus Mulyani telah membawa angannya pada
kenyataan.
Dan kini ikhlas yang sesungguhnya datang mengahampiri
Kiara, yang mulai menerjemahkan kata tanpa melibatkan rasa. Satu pemaknaan yang
dia dapatkan “bersama tanpa melibatkan rasa agar tak berujung pada luka dan
kecewa.”
Mengabadikan rasa lewat karya.
Akan selalu ada alasan untuk bertahan, jika kamu memang
tujuan.
-shd
Epilog
Terimakasihku pada sang
angin yang telah meniupkan daun, hingga sampai ke permukaan air. Dan
terimakasihku pada air yang sudah berkenan mengalirkan daun sampai pada tepian penantian
indah. Kini sehelai daun itu, sudah di genggam erat oleh seseorang yang hadir
dalam nyata yang bermakna. Berhenti dan menetap di tempat terindah … singgah
dan sungguh bersama senja yang indah.
Sebait kisah penutup yang Kiara tuliskan dalam buku
bercover ungu. Penantian panjang nan terjal mampu dia lewatkan dengan baik
meski air mata, senyuman, dan kekecewaan datang silih berganti, kini kilauan
senja hadir menyinari jalan ceritanya.
Di saat ikhlas tertanam dengan kesungguhan, memilih
cinta-Nya, dan melabuhkan setiap harapan pada Sang Maha Cinta membuat dia
bertemu pada kebahagiaan yang sesungguhnya.
Menerbangkan daun yang bertuliskan
“Jodohku, aku rindu kamu. Segeralah bertemu dan bertamu”
@Kiara
Tanpa di duga sehelai daun yang tertiup angin, lalu mengalir
bersama dengan aliran air mengantarkannya elemen yang tepat.
Salah satu makhluk yang berhasil membaca tulisan dalam
sehelai daun yang menepi ketepian, disaat mata dan tangannya lihai memotret
pemandangan sekitar tangkapan kameranya menuju pada tepian air yang tenang,
dengan sehelai daun diatasnya. Dilihatnya dengan seksama daun yang memiliki
tulisan unik disertai nama penulisnya. Entah aliran mana yang mengarahkan
tangannya, dia pun mengambil sehelai daun tersebut dan menyimpannya dengan
baik. Rasa penasaran kian menghujam, social media mungkin akan mempertemukannya
dengan pemiliki sehelai daun ini.
Dicarinya di laman Instagram dan dengan terkejut satu nama
dengan postingan sehelai daun yang sama dengan yang saat ini ada dalam
genggamannya, membawanya pada pencarian terakhir. Untuk bertemu kemudian
bertamu. Menemui rindu yang sesungguhnya
Perjalanan singkat lalu menetap.
Dan sebaik-baiknya kisah adalah ketika kamu mampu
tersenyum
dengan akhir
kisah yang tak terduga.
SEMOGA HARIMU SENIN TERUS, YAAA J
Menguras Emosi Dan Terimakasih Untuk Kisah Indah Ini🙏
BalasHapusBoleh chat sy?
Hapus